Karin dibawa masuk ke dalam sebuah mobil, yang sama sekali tidak dikenalilnya, pemiliknya. Pria yang duduk di sampingnya ini, sudah jelas bukanlah bos nya yang pemarah dan menyebalkan.
Begitu dilihatnya benar-benar, wajah pria yang duduk di sampingnya ini, mata Karin langsung saja melotot, tak percaya. “Bapak! apa yang Bapak lakukan kepada saya? akan Bapak apakan saya?” tanya Karin, sambil duduk menjauh dari samping pria yang pernah berlaku kasar kepadanya di ruang meeting beberapa waktu yang lalu
Pegawai senior itupun tertawa dengan nyaringnya, “Aku hanya akan memperingatkan mu, untuk segera berhenti dari perusahaan Atmaja dan jangan perlihatkan wajahmu di perusahaan lagi, kalau kau ingin selamat!”
“Berhenti, Pak!” perintah pegawai senior itu kepada sopir pribadinya. ia lalu memalingkan wajahnya ke arah Karin, “Turun kamu dari mobil saya! jangan harap saya akan mau memberikan tumpangan sampai ke perusahaan dan jangan kamu mengatakan kepada pak Ryan, kalau saya yang telah membawa kamu masuk ke dalam mobil!"
Karin pun turun dari dalam mobil, yang langsung saja dijalankan menjauh, meninggalkan debu yang beterbangan mengenai wajah Karin.
“Ya, Tuhan! mimpi apa aku tadi malam, sampai harus menerima kejadian yang tidak menyenangkan seperti ini! kemana jurusan yang harus aku ambil? sementara alamat kantor ada di dalam ponselku,” gumam Karin, sambil berjalan dengan terpincang, menyusuri jalanan yang tidak dikenalnya sama sekali. Ia memang lahir di Jakarta dan sempat beberapa tahun tinggal di kota ini, tetapi itu dahulu sekali dan Sekarang Jakarta sudah berubah, berbeda dari yang diingatnya.
Sementara itu, Ryan yang baru saja akan melihat ke arah wanita yang ia kira Karin menjadi terdiam di tempatnya. Ia kalah cepat, dengan seseorang yang memasukkan sekretarisnya ke dalam sebuah mobil.
Ryan pun dengan cepat kembali ke tempat di mana kekasihnya berdiri menunggu, “Kita harus segera pergi dari sini!” Ia menggandeng kekasihnya untuk masuk ke dalam mobilnya.
Setelah duduk dengan nyaman di dalam mobil, Ryan memerintahkan kepada sopirnya untuk mengikuti mobil yang membawa Karin pergi, entah kemana tujuannya.
Kekasih Ryan, memukul lengan pria itu pelan, “Mengapa kau harus peduli kepadanya? biarkan saja ia pergi bersama dengan pria tadi! siapa tahu pria itu kekasihnya dan kau hanya akan mengganggu kesenangan mereka saja!”
Ryan menatap geram kekasihnya, “Jangan pernah lagi berkata seperti itu! wanita tadi memang hanyalah sekretaris ku, tetapi, sebagai seorang pimpinan aku tidak mungkin membiarkan dirinya mendapat celaka. Aku mempunyai tanggung jawab, kepada keselamatannya, terlebih lagi aku melihat dirinya yang dibawa paksa masuk ke dalam mobil!”
Kekasih Ryan mendengus tidak suka mendengarnya, ia duduk di dalam mobil dengan memalingkan wajahnya dari Ryan dan melihat ke arah jalanan, melalui kaca jendela mobil.
“Pak cepat kejar mobil yang ada di depan kita!” perintah Ryan kepada sopir pribadinya. Dan dijawab sopir pribadi Ryan dengan anggukkan kepala.
Mereka sempat kehilangan jejak mobil yang membawa Karin dan hal itu tentu saja membuat Ryan memarahi sopir pribadinya, “Mengapa menguntit mobil begitu saja kamu sampai kehilangan jejak! Kamu harus berhasil menemukan kembali jejak mobil tadi, kalau tidak kamu akan saya hukum!”
Rosa, kekasih Ryan memalingkan wajahnya ke arah pria itu dan menatap galak ke arahnya, “Mengapa kamu begitu ngototnya? aku tidak percaya, kalau kamu hanya menganggap gadis itu sebagai sekretaris saja, sementara sikapmu menunjukkan sikap orang yang begitu posesif!”
Ryan hanya diam saja, pandangannya fokus ke depan dan ketika matanya menangkap sosok wanita yang dicarinya sedang berdiri kebingungan di pinggir jalan, Ryan pun memerintahkan kepada sopirnya untuk berhenti.
Belum lagi mobil benar-benar berhenti, Ryan sudah turun dan berjalan menghampiri Karin, yang terkejut melihat kedatangannya.
“Kamu wanita paling ceroboh yang pernah kukenal! apakah ibumu tidak pernah mengatakan kepadamu untuk tidak ikut naik mobil bersama dengan orang yang tidak dikenal! apa kamu memang sedang mencari perhatian dari pria asing?” tegur Ryan galak, sambil mengguncang pelan badan Karin.
Karin yang tadinya kebingungan dan merasa senang melihat wajah pria yang dikenalnya, berubah menjadi marah. Ryan dan mulut tajamnya sangat menjengkelkan.
Di tepiskannya dengan kasar tangan Ryan yang memegang pundaknya, “Saya rasa mata Bapak perlu di periksa, karena jelas sekali, kalau saya tadi tidak dengan sukarela ikut pria itu! saya tidak mengharapkan Bapak untuk datang menolong saya, karena saya lebih tahu, kalau Bapak itu sebenarnya suka melihat saya celaka!”
Karin berjalan melewati Ryan dan dengan sengaja menyenggol badan Ryan dengan kasar, untuk memperlihatkan kemarahannya. Namun, Karin salah, kalau ia mengira Ryan akan membiarkannya bebas berjalan begitu saja.
Ryan menarik pinggang Karin dengan kasar dan membalik badannya menghadap ke arahnya. “Kamu pikir kamu akan pergi kemana? kamu baru beberapa hari di Jakarta dan belum mengenal tempat ini! apakah kamu mau tersesat? dan membuat orang-orang menjadi bingung karena ulah mu!”
Karin melotot ke arah Ryan dan menginjak kakinya, sehingga Ryan melepaskan pegangannya di pinggang Karin.
“Saya lebih suka tersesat di kota ini, daripada harus mendapatkan pertolongan dari Bapak! saya bukan wanita bodoh dan naif! Saya bisa naik taksi dan akan menyebutkan nama perusahaan Bapak!”
Karin pun berjalan kembali, akan tetapi kembali langkahnya di hentikan oleh Ryan, yang langsung saja memanggulnya pada punggung pria itu. Karin memukul punggung Ryan, tetapi pria itu tidak peduli dan terus saja berjalan, sambil memanggul Karin.
"Pak, lepaskan saya! saya janji akan ikut dengan Bapak, tetapi jangan begini dong! saya, ‘kan, jadi malu!” teriak Karin di telinga Ryan dan tanpa sengaja, ia mencium pipi Ryan sekilas, ketika pria itu menolehkan wajah ke arahnya.
“Bisa tidak kamu itu diam dan jangan banyak gerak! kamu hanya membuat ‘adik kecilku’ bangun dari tidurnya!” bentak Ryan.
“Biar saja ‘adik kecilmu’ bangun, aku tidak peduli sama sekali!” sahut Karin tidak kalah emosinya. Ia tidak suka dengan sikap Ryan yang selalu saja mengganggunya.
Ryan menurunkan Karin tepat di samping mobilnya dan dibiarkannya badan Karin meluncur turun, menyentuh tubuhnya, “sekarang kamu sudah tahu bukan? jangan pancing aku untuk melakukan apa yang ada dalam pikiranku!” bisik Ryan di telinga Karin, sambil menggigit pelan telinganya, karena merasa gemas dan kesal kepada Karin.
Karin harus menahan desahan yang hampir terlontar di mulutnya, karena ulah Ryan. Ia mendorong tubuh Ryan menjauh, agar tidak menempel rapat pada tubuhnya, “Bapak tidak akan berani melakukannya, ada kekasih Bapak dan ini adalah tempat umum! Bapak akan saya laporkan melakukan pelecehan kepada saya.”
Ryan tersenyum miring ke arah Karin, dengan cepat diraihnya tengkuk Karin. “Jangan menantang ku, Karin! karena aku bukanlah seorang yang pengecut, yang akan berlari ketika mendapatkan tantangan!” Ryan lalu memberikan ciuman di bibir Karin dan didorongnya tubuhnya, sehingga badannya menempel pada mobil. Napas keduanya terdengar memburu dengan cepat, tetapi Ryan tidak mau melepaskan ciumannya. Karin sudah membangkitkan sesuatu yang liar di dalam tubuhnya.
Plak! Karin dan Ryan merasakan pukulan benda yang keras dan terasa sakit, sehingga membuat Ryan melepaskan ciumannya pada Karin.
“Kalian pikir apa yang sedang kalian perlihatkan! apakah kalian mencoba untuk menunjukkan kemesraan kalian untuk menyakiti hatiku dan membuatku menjadi cemburu?” bentak sebuah suara yang hampir dilupakan oleh Ryan kehadirannya.