Quarrels

2688 Kata
            Helga memandangi Kos minimalis dengan desain sederhana didepannya. Matanya menelisik setiap sudut bangunan sederhana didepannya kemudian tersenyum kecil. ‘jadi ini tempat adikku sekarang.’ Katanya dalam hati.             “Ngapain lo disini?” Tanya Sam memandang kakak sepupunya.             Helga tersenyum sinis. –HHHHH “Ngulek rujak… ya ngunjungin lo lah.” Jawab Helga sarkastik. Sam memutar bola matanya kesal.             “Ya sudah. Masuklah.” Kata Sam sambil membuka pintu. Helga mengekor Sam masuk ke dalam. Dari awal datang, Helga tidak berhenti terus memandangi keadaan kamar Kos tempat tinggal Sam. Sam sedikit risih dengan perilaku kakaknya yang seakan sedang menelanjanginya. Ah, kalian pasti bingung bagaimana seorang wanita bisa masuk ke Kos laki – laki, untuk Helga, apapun bisa dilakukan.             -HHHHH “Lo tinggal disini sejak kapan?” Tanya Helga.             Sam menoleh memandang kakaknya. “Satu setengah tahun yang lalu.” Jawab Sam datar. Ia kembali memfokuskan diri pada bacaan yang sejak tadi ia pegang.             Sam berusaha memfokuskan matanya pada buku yang sedang ia pegang, tetapi matanya juga tak lepas mengamati atas kepala kakaknya yang tidak terdapat angka sama sekali. Ini aneh, apakah kemampuan Sam memiliki kelemahan terhadap beberapa orang? Atau jangan – jangan Helga adalah seorang esper sehingga Sam tidak dapat melihat angka diatas kepalanya.             Sam menggeleng pelan. Pikiran macam apa tadi? Helga? Seorang esper? Sepertinya otak Sam mulai konslet gara – gara terlalu banyak melihat angka – angka berseliweran di sekitarnya.             ‘Gimana gue bisa nyelidikin ini?’ batin Sam kebingungan. Pandangannya sudah tidak fokus lagi pada bacaannya. Sesekali ia mencuri pandang kearah Helga, sedangkan ketika Helga balik memandangnya Sam akan langsung berpura – pura tengah membaca buku.             “Sam.” Panggil Helga pelan. Sam sedikit terlonjak mendengar panggilan kakaknya walau tidak Nampak seperti itu.             “Apa?” Tanya Sam datar. Ia tidak menatap kakaknya.             Helga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Sudalah, tidak jadi.” Katanya kemudian.             Sam memicingkan matanya. “Jangan buat gue penasaran begitu.” Kata Sam dingin. Tatapannya tidak lagi kepada bukunya. Ia meletakkan buku tebalnya di meja kemudian memandang intens ke arah kakaknya.             “Er…menurut lo, bagaimana dengan Fleur?” Tanya Helga pelan. Ia memandang tajam ke arah iris hitam Sam.             Sam mengerutkan alisnya. “Kenapa lo bertanya seperti itu?” Tanya Sam.             “Oh, bukan apa – apa kok.” Jawab Helga sambil tersenyum. Ia melirik ke arah arloji di lengannya. “Ah, gue rasa udah saatnya pulang.” Kata Helga             Sam memandangi kakak sepupunya. “Ke Prancis?” Tanya Sam polos.             Helga menghela napasnya pelan. Ia mendekati adiknya dan mengacak surai kecoklatan milik adiknya. “Tentu saja ke rumah Paman Evan. Apa lo gila? Gue baru sampai kemarin dan sekarang mau kembali ke sana?”             “Hanya menebak.” Kata Sam datar. . .             Esoknya Sam benar – benar kacau. Semalaman ia susah tidur gara – gara memikirkan fakta bahwa ia tidak mampu melihat angka di atas kepala Helga dan Fleur. Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua? Sam benar – benar pusing memikirkannya. Bukan sesuatu yang penting sebenarnya. Toh, Sam tidak mau tau kebohongan – kebohongan yang akan dilakukan kedua perempuan itu.             ‘Gue harus gimana untuk cari tahu semua ini?’ Batin Sam sambil meremat surai coklatnya.              Sam benar – benar kesal. Kenyataan bahwa ia tidak dapat melihat angka – angka itu di atas kepala Helga dan Fleur membuatnya bertanya – tanya, apa jangan – jangan kemampuannya memiliki suatu rahasia? Atau kemampuannya memiliki sebuah kelemahan di dalamnya. Sam mencatat sedikit tentang kemampuannya yang tidak mampu untuk melihat angka kebohongan di atas kepala Helga dan Fleur. Mulai saat ini Sam akan mulai mencari tahu kenapa ia tidak bisa melihat kebohongan mereka berdua. Dengan begitu, mungkin Sam juga akan tau darimana sebenarnya kemampuannya berasal. Karena kenyataannya Sam tidak memiliki ini sejak ia lahir.             Pikiran Sam semakin kacau saja ketika ia ingat bahwa hari ini Narcissa akan jalan berdua dengan Ren. Anak tahun ketiga itu benar – benar memuakkan untuk Sam. Pemuda bernama Ren itu memang terlihat baik, dengan wajah tampan dan senyum mempesonanya. Tidak, Sam tidak bermaksud memujinya hanya saja itulah yang sering dikatakan teman – teman perempuannya di kelas. Bahkan Stefan juga mengatakan bahwa senyuman Ren mempesona.             ‘Cih, Si Pretty Boy itu benar – benar memuakkan.’ Umpat Sam dalam hati.             Sekarang dua masalah ini benar – benar membuat kepala Sam sakit. Sam mengurut pelipisnya pelan. Memandang sekolahnya sebentar kemudian masuk dan langsung menuju ke kelasnya.             -090213 “Hai Sam. Mau ikut sarapan denganku?” seorang gadis tinggi menerobos ke dalam kelas Sam. Sam memandangi gadis di depannya. Rasa – rasanya ia pernah melihat gadis ini.             “Sorry, gue nggak kenal sama lu.” Kata Sam dingin. Ia memandang keluar jendela tanpa mempedulikan gadis itu.             -090213 “Ayolah Sam.” Gadis itu meraih lengan Sam dan memeluknya dengan posesif. Sam memandang kesal.             Sam melepaskan pelukan gadis itu di lengannya. Ia memandang tajam kepada gadis di depannya. “Apa gue kenal sama lo?” Tanya Sam dingin. Ia menatap iris coklat gadis di depannya dengan pandangan menusuk.             Gadis itu tersenyum. -090213 “Kau lupa Sam. Aku Bella—Bellatrix dari kelas B.” katanya tersenyum lebar.             Sam mengamati gadis didepannya. Ia tersenyum sinis. Ternyata memang si Bel listrik yang ditemuinya waktu itu. Oh ralat, bel listrik ini yang menemuinya. Sam memandang atas kepala gadis itu. Angkanya bertambah sangat pesat. Benar – benar gadis yang ‘luar biasa’.             Sam mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Ternyata Bellatrix tidak semudah itu menyerah, lihat saja sekarang. Ia bahkan berani menempelkan tubuhnya ke bahu Sam, benar – benar menjijikkan. Sam menyentak dengan keras tangan Bellatrix yang terus saja memeluknya sejak tadi.             -090214 “Awwh…! Kau jahat sekali Sam.” ~Ching -090214             Beberapa teman sekelas Sam memandangi mereka berdua. Dari kalangan laki – laki pastinya memandang Sam mencela karena telah menyakiti gadis. Sedangkan para anak – anak perempuan malah tersenyum sinis dengan gumaman ‘menjijikan’ kepada Bellatrix. Sam terkekeh pelan. Sungguh akting yang bagus. Sekarang angka gadis itu bertambah. Sam heran memandangi gadis itu. Seingatnya ia bertemu dengan dia sekitar dua atau tiga minggu yang lalu dan sekarang apa yang terjadi eh? Angkanya bertambah dua puluh ribu. Rekor yang bagus.             -00452 “Er… maaf nona manis. Sepertinya Sam sedang tidak mau diganggu.” Sam menoleh ketika ia mengenali suara Stefan di dekatnya. Ia melihat Stefan sedang membantu Bellatrix berdiri dan menasehatinya kalau boleh disebut begitu.             Sam melihat Bellatrix seperti akan menangis. ‘Pasti cuma akting.’ Kata Sam dalam hati.             -090214 “Kau jahat sekali Sam.” Benar dugaan Sam. Gadis itu menangis. Air matanya menetes menimbulkan jejak air mata yang sangat ketara di pipinya yang penuh polesan make up. Sam memandangi nya sinis, tidak peduli dengan tatapan – tatapan nyalang para penghuni laki – laki di kelasnya.             Bellatrix berbalik dan berlari meninggalkan kelas Sam. Beberapa anak sudah megalihkan pandangan dari drama picisan tadi. Tetapi beberapa masih ada yang mencuri – curi pandang ke arah Sam.             -00452 “Sam, kenapa lo kasar begitu? Dia 'kan perempuan.” Tanya Stefan pelan sambil memangku pipinya dengan sebelah tangan.             Sam menoleh ke arahnya. “Sejak kapan lo berubah menjadi gentleman?” Tanya Sam sinis.             Stefan menghela napas berat. Sudah terlalu hapal dengan sifat arogan teman sekelasnya itu. Kalau sudah begini, Stefan lebih memilih diam saja daripada melanjutkan topik obrolan yang menyinggung Sam.             Sam meremat – remat kertas yang ia genggam dari tadi. Kertas itu berisi sedikit catatan mengenai beberapa masalah Sam perihal kemampuannya. Sejauh ini, bahkan Narcissa sekali pun tidak pernah menyinggung mengenai kemampuan anehnya itu. Narcissa tetap bersikap biasa, seakan tidak pernah ada apa – apa antara mereka. Apalagi mengenai pelukan saat itu, Narcissa sama sekali tidak pernah mengungkitnya sama sekali.             Sam mengurut pelipisnya pelan. Helaan napas beratnya entah sudah yang keberapa kali. Sungguh, ia benar – benar pusing. Ia jadi bingung sendiri, harus mulai darimana ia menyelidiki ini semua.             ‘Kurasa aku akan bertanya pada Narcissa saja.’ Batin Sam pasrah. . .             Sam memandangi Narcissa yang sejak tadi tengah asyik dengan bunga – bunganya. Matanya tak lepas memandangi gadis manis itu, bagaimana ia tersenyum, bagaimana rambut hitam sebahu yang nampak lembut itu bergoyang, dan Sam juga mendengarkan senandung kecil dari bibir Narcissa.             “Cissy, er… bisa aku bertanya sedikit?” kata Sam pelan.             Narcissa menoleh ke arahnya. Ia tersenyum manis. -00000 “Silahkan Sam.” Jawab Narcissa.             Sam meneguk ludah dengan susah payah. Rasanya ia tidak pernah merasa sebegini gugup kepada orang lain. Situasi seperti ini benar – benar menurunkan pamor keluarganya yang terkenal dengan sikap dingin nan tenang nya.             “Kau masih ingat soal kemampuanku?” Tanya Sam pelan.             -00000 “Yang bisa melihat angka kebohongan itu?”             “Ya, dan tolong jangan terlalu keras bicara.”             Narcissa menggaruk tengkuknya dan meminta maaf karena suaranya yang riang dan tidak terkontrol.             “Jadi, menurutmu bagaimana jika ada orang yang tidak bisa aku lihat angkanya?” Tanya Sam hati – hati.             Narcissa mengerutkan alisnya. Ketara sekali jika ia bingung. -00000 “Maksudmu?” Tanya Narcissa lagi.             “Yeah, kau tau seperti apa aku melihat angka itu. Tapi ada orang yang di atas kepalanya hanya ada deretan huruf dan bukannya angka.” Jawab Sam lemah.             -00000 “Aku tidak mengerti. Tapi aku paham maksudmu Sam.”             “Lalu menurutmu bagaimana dengan fakta itu? Kau ada pendapat?” Tanya Sam sambil meremas – remas ujung bajunya.             -00000 “Bagaimana ya Sam. Aku tidak tau harus berpendapat seperti apa, aku bahkan tidak pernah melihatnya.” Kata Narcissa lemah.             Sam tersenyum samar. “Tidak masalah. Aku hanya ingin tau saja bagaimana pendapatmu. Jangan dipikirkan.”             -00000 “A—aku sungguh minta maaf Sam.” Suara Narcissa bergetar. Sam melihatnya seperti akan menangis.             Oh tidak, Narcissa tidak perlu merasa bersalah begitu. Lagipula Sam tidak menuntut jawaban yang memuaskan padanya. Sam sendiri mengerti bagaimana perasaan Narcissa, kalau ia yang di posisi Narcissa ia juga pastinya akan bingung karena ia sendiri tidak tau menahu mengenai bagaimana kelihatannya ketika seseorang melihat angka kebohongan.             “Jangan khawatir. Kau tidak perlu sedih begitu. Aku hanya sekedar ber-“             Brakk!!             Sam dan Narcissa otomatis menoleh kearah sumber suara di dekat mereka. Pintu rumah kaca itu dibuka dengan keras. Dan di sana berdiri Stefan dengan wajah pucat seperti menahan sesuatu.             -00452 “Apa yang gue dengar itu benar? lo? Sam? lo benar seperti itu?” Tanya Stefan terburu – buru. Matanya memandang tajam kearah Sam.             Sam lumayan terkejut mendengar ucapan Stefan. ‘Apa lagi ini?’ batin Sam kesal. Sekarang ada dua orang yang mengetahui kemampuan anehnya. Narcissa memang Sam sendiri yang memberitau, tetapi Stefan? Berani sekali pemuda ini menguping.             Sam menatap sinis kearah Stefan. “Gue pikir, pemikiran gue selama ini lumayan baik tentang lo. Sekarang apa yang lo lakuin? Menguping pembicaraan orang, gue nggak nyangka lo rendah juga.” Kata Sam tajam.             Stefan mengeratkan genggaman tangannya. Wajahnya memerah karena marah. Ia mendekati Stefan dan mengayunkan kepalan tangannya kewajah Stefan.             Duuak!!             -00452 “Elo! Berani beraninya lo ngatain gue rendahan.” Teriak Stefan marah. Ia menarik kerah baju Sam yang jatuh tersungkur akibat pukulan darinya.             Sam menggerang kesal. Darah segar menetes dari sudut bibir dan hidungnya. Ia menarik lengan Stefan yang memegangi kerah bajunya. “lo pikir apa yang lo lakukan hah?” bentak Sam tidak terima. Bagaimana mungkin ia terima, sudah privasinya diketahui sekarang yang bersangkutan malah seenaknya memukul wajahnya. Seumur hidup, tidak ada yang pernah memukul wajah Sam, oh minus Narcissa tentunya. Ia yang pertama kali memukul wajah tampan Sam.             -00000 “Hentikan! Kumohon.” Narcissa berteriak dan menarik lengan Stefan yang hendak memukul Sam lagi.             Sam dan Stefan menoleh, memandang Narcissa yang wajahnya diselimuti ketakutan melihat adegan k*******n secara live didepannya tadi. Sam mendecih pelan, sementara Stefan melepaskan pegangan Narcissa dilengannya kemudian memalingkan wajahnya.             -00000 “Kenapa kalian harus bertengkar?” Tanya Narcissa pelan. Suaranya parau seperti hendak menangis.             “Dia menguping privasi orang lain.” Kata Sam tajam.             -00230 “A—apa? Lo ngatain gue rendahan.” Balas Stefan tak kalah tajam. Matanya berkilat – kilat marah.             “Mahkluk apa namanya yang berani menguping pembicaraan orang lain. Lo memang rendahan.” Sam tersenyum mengejek.             Stefan mengepalkan tangannya. -00452 “Baiklah. Terserah lo, gue hanyalah mahkluk rendahan yang suka menguping pembicaraan orang lain yang sebenarnya hanya berharap bisa berteman baik dengan seorang pangeran. Ternyata percuma saja gue deketin elo, gue rasa lo kesepian dan butuh teman, ternyata lo terlalu ‘tinggi’ untuk berteman dengan gue yang cuma orang bawah.” Kata Stefan tajam. Ia memejamkan matanya sebentar kemudian beranjak pergi.             Sam mengangkat wajahnya. Ia memandang Stefan yang telah pergi dari sana. Sam mengepalkan lengannya. ‘s****n’ umpatnya dalam hati. Ia merasa bersalah kepada Stefan.             -00000 “Sam, dia hanya ingin membantu.” Kata Narcissa lembut. Sam menatap kilauan hazel Narcissa yang sedikit redup. “Kurasa gue mau kekelas.” Kata Sam singkat kemudian beranjak tanpa mengucapkan kata apapun. Narcissa dibelakangnya hanya menatap punggung Sam yang semakin menjauh. Ia menghela napasnya. Rasanya sedih sekali melihat teman – teman terdekat bermusuhan hanya karena hal sepele begini. . .             Hari – hari berikutnya, Stefan benar – benar menjauh dari Sam. Jangankan menyapa Sam, memandang Sam saja tidak pernah. Stefan tidak pernah lagi terlihat mengekor Sam kemana – mana atau menjahili Sam. Di klub pun Narcissa bilang jika Stefan hanya datang sesekali dan menanyakan kabar dari Narcissa. Stefan tidak pernah mengungkit masalahnya dengan Sam kepada Siapa – siapa. Bahkan Narcissa sendiri yang waktu itu mengetahui masalahnya.             Sam melangkah gontai menuju rumah kaca dibelakang sekolah. Rasanya benar – benar berbeda. Selama ini ia tidak pernah memiliki teman yang benar – benar tulus kepadanya. Kebanyakan hanya menjilatnya. Bisa dibilang jika Stefan adalah teman pertamanya, lalu kemudian ia bertemu Narcissa, gadis unik yang tidak pernah membuatnya bosan untuk tersenyum walaupun hanya senyuman tipis.             -00000 “Hai Sam.” Sapa Narcissa riang. Ia melepas sarung tangannya kemudian duduk disamping Sam.             -00000 “Sam, tadi Stefan kemari.” Ujar Narcissa pelan. Sam langsung mengalihkan pandangannya kepada Narcissa, sudah beberapa hari ini ia tidak melihat Sam sama sekali kecuali dikelas.             Sam diam saja. Bibirnya mengatup rapat. Ia tidak mengatakan apa – apa walaupun Narcissa menunggunya untuk berbicara.             -00000 “Stefan minta maaf kepadamu. Dia tidak bermaksud menguping, dan dia akan melupakan apa yang didengarnya. Dia tidak akan membocorkan soal kemampuanmu kepada orang lain.” Jelas Narcissa. Ia mengelus bahu Sam. Sam terlihat merasa bersalah. Mulutnya memang tajam, setajam tatapan matanya, tapi sebelumnya ia tidak pernah sekalipun mengatai orang lain rendahan.             “Aku akan kembali ke kelas.” Kata Sam datar. Narcissa menggelengkan kepalanya maklum. Rasanya sulit sekali mengembalikan mereka seperti semula. . .             Sam bangun dengan keadaan suntuk luar biasa. Rasanya malas melakukan hal – hal apapun. Hari ini har minggu, ia baru ingat sesuatu. Hari ini Narcissa akan pergi berdua dengan Ren, Sam mengurut pangkal hidungnya. Masalahnya datang banyak juga, mengenai kemampuannya, mengenai Helga dan Fleur, Narcissa yang akrab dengan Ren lalu sekarang, Stefan yang marah padanya.             Rasanya masalah selalu datang kepadanya. Hari ini Sam berencana ingin jalan – jalan saja sebentar. Tidak biasanya Sam ingin jalan – jalan. Biasanya ia hanya berdiam diri dirumah ketika libur sekolah. Diluar rumah terlalu memuakkan, melihat angka berseliweran dimana – mana, membuat kepalanya pusing.             Keadaan disekitar Kosnya biasa saja, jalanan ramai sekali. Maklum saja sekarang hari minggu, banyak muda-mudi yang berjalan berdua. Sam merutuki keputusannya yang salah. Ide berjalan – jalan sebentar sepertinya ide yang buruk.             Sam memandangi sekitarnya ketika dilihatnya siluet gadis yang dikenalnya. ‘Itu kan Cissy.’ Batin Sam penasaran. Ia mempercepat langkahnya ketika dilihanya Narcissa bersama anak laki – laki yang sudah pasti Ren itu memasuki sebuah g**g kecil didekat bar diujung jalan.             ‘Mau apa mereka?’             Sam membuntuti mereka. Rasanya Sam benar – benar menurunkan pamor keluarganya sekarang. Membuntuti orang lain? Ini juga perbuatan rendahan. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur dilakukan, maka teruskan saja.             Sam melihat Narcissa dan Ren masuk kesebuah rumah kecil di ujung g**g. Rumahnya aneh sekali, auranya suram. Mau – mau nya Narcissa masuk kerumah itu, dia perempuan kalau Ren itu melakukan hal – hal buruk bagimana? Narcissa itu hanya gadis polos yang terlalu gampang dibodohi.             ‘Gue rasa gue harus menyelidiki ini’ Batin Sam kemudian ia lanjut menuju rumah kecil itu, berharap Ren tidak melakukan hal buruk kepada Narcissa. ----  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN