Rival

2695 Kata
            Sore itu hujan turun deras sekali, seakan – akan akan membuat banjir jika hujan tidak segera berhenti. Sam memandangi hujan dengan sedikit kesal. Ia merutuki dirinya sendiri yang lupa membawa payung ketika kesekolah tadi, padahal biasanya ia dapat memprediksikan apakah akan hujan atau tidak.             Sam berdiri menyenderkan tubuh jangkungnya di tiang pembatas di halte seberang jalan. Ia tidak akan naik bus, ia hanya numpang berteduh saja disana. Suasana jalanan sepi sekali, hanya ada beberapa kendaraan yang lewat dengan cepat, wajar saja, sekarang sedang hujan deras. Orang mana yang mau keluar ditengah hujan lebat seperti ini.             “Hhhhh… kuharap hujannya segera berhenti.” Gumam Sam lelah. Sudah sejak dua jam yang lalu ia terjebak di halte ini memandangi rintik hujan yang besar – besar turun deras sejak tadi. Sam lelah sekali, tubuhnya pegal, perutnya sudah meronta - ronta sejak tadi, ia kelaparan—sungguh.             Drrrt…Drrttt…             Ponsel di saku Sam bergetar – getar. Sam meraih ponselnya dari saku celananya dan mendapati satu pesan masuk. From : Dad Kuharap nanti malam kau tidak ada kegiatan nak. Kau harus ke rumah, Helga dan Fleur ada disini. Ibumu menyuruhku menjemput mu sejak tadi, tapi sekarang hujan lebat dan ayah ada tamu bisnis.  Nanti malam aku akan mengirim sopir ke kos mu. Jangan lupa. PS : Tidak ada alasan apapun. Kau harus datang.             Sam mengerutkan dahinya. Malam ini ia harus kembali kerumah orang tuanya. Ia senang sih dengan kedatangan Helga, tapi ia sungguh malas untuk kembali ke rumah. Bukannya apa – apa, alasannya tetaplah sama, ia malas memandang angka – angka s****n yang selalu menempel di atas kepala setiap orang yang ia temui.             Sam mengangkat lengannya sedikit. Sekarang sudah jam 4 sore, dan hujan masih turun dengan lebat. Sam memandang ragu. Lengannya terulur menadah ke rintik hujan didepannya. Sensasi dingin tiba – tiba menyergap lengannya dan terus menjalar hingga ke tubuhnya. Sam bergidik pelan, kemudian menarik lengannya kembali.             Ia memandangi hujan untuk kesekian kalinya. “Hhh… tidak ada pilihan lagi.” Sam berlari menerjang derasnya hujan. Berlari dan melangkah lebar – lebar supaya cepat sampai. Angin berhembus lumayan kencang sehingga membuat tubuhnya menggigil kedinginan.             Hanya sekitar tiga puluh menit Sam berlari – lari kecil untuk sampai ke kosnya. Badannya basah kuyup. Bibirnya memucat dan tubuhnya sedikit bergetar menahan dingin. Sam segera masuk ke kosnya tanpa mempedulikan pakaian nya yang basah dan air yang menetes – netes di sekitar lantai kosnya. Sam segera menuju kamarnya, menyalakan pemanas air dan berendam diri sekalian mandi.             Drrrrt…Drrttt…Drrrtt…!!!             Ponsel Sam bergetar sejak tadi. Sam mengumpat tidak  jelas, berani sekali ada orang yang menganggu ritual mandinya. Ia segera bangkit dan melilitkan handuk disekitar pinggangnya. Ia meraih ponselnya dengan kasar. Ada telepon masuk.             Mom             Sam menghela napas pelan. Ternyata ibunya yang menelpon.             “Hallo.” Sapa Sam pelan.             //”Hallo, sayang. Kau sudah di kosmu kan? Jemputan akan datang satu jam dari sekarang, ibu harap kau segera bersiap.”// Nyonya Lily berkata dengan riang dari seberang telepon. Sam tidak dapat menyembunyikan senyumannya mendengar nada riang dari ibunya.             “Iya Bu. Aku akan bersiap.” Sam berkata dengan lembut.             //”Baiklah sayang, tidak perlu terlalu formal. Helga ada disini bersama Fleur. Baiklah kalau begitu. Sampai ketemu nanti sayang.”// Nyoya Lily mengakhiri sesi telepon singkatnya. Sam menghela napas, ia menghempaskan tubuh nakednya yang hanya terbalut handuk di ranjangnya. Jujur saja ia malas sekali pergi kesana.             Ibunya bilang tidak perlu terlalu formal. Sam terkekeh pelan. Bahkan seluruh pakaiannya bisa dibilang formal, atau minimal semi-formal lah.             Sam menarik setelan hitam nya dengan asal. Mau pilih manapun toh model pakaiannya juga tak jauh beda satu sama lain. Sam memandang dirinya sendiri didepan cermin, kemudian tersenyum kecil. ‘Perfect’ batinnya narsis.             Sam menyeduh teh hangat dan bersantai di kosnya sambil menunggu supir kiriman orang tuanya datang. Ia menyesap tehnya perlahan, sekalian menghangatkan tubuhnya yang sedikit menggigil gara – gara hujan – hujanan tadi. Ia juga mengambil dua lembar roti dan mengolesinya dengan selai cokelat kesukaannya. Sam mengunyah pelan rotinya. Sudah sejak tadi perutnya kelaparan minta diisi. Sedikit roti sudah dapat mengganjal perutnya. Sam memandang keluar jendela. Mobil jemputannya belum tiba juga. Sudah dua puluh menit ia menunggu.             Sam menyandarkan kepalanya di samping kursi, ia mengingat – ingat lagi tentang pertemuannya dengan Narcissa. Well—sebenarnya sedikit memalukan, sungguh Sam tidak menyangka ia akan lepas kendali seperti itu. Kesan dinginnya hilang entah kemana, Hanya karena menatap angka cantik diatas kepala Narcissa, ia langsung tertarik padanya. Sam tidak pernah berpikir akan menemukan seseorang dengan angka ‘0’ di atas kepalanya.             Ting Tong …!             Sam terlonjak kaget mendengar bel rumahnya berbunyi. Ia menatap jam tangannya sebentar, sudah waktunya ternyata. Sam tersenyum sendiri, memikirkan Narcissa membuat dirinya lupa waktu. Sam segera beranjak, merapikan sedikit pakaiannya dan keluar menemui supir orang tua nya.             -11889 “Selamat malam tuan muda.” Supir itu membungkuk hormat kepada Sam. Sam mengangguk singkat. -11889 “Sudah lama sekali tidak bertemu Tuan muda.” Lanjut supir tersebut. Sam menoleh padanya kemudian tersenyum tipis—tipis sekali.             “Hm” gumamnya pelan. Supir itu menggelengkan kepalanya maklum. Sudah terbiasa dengan sikap dingin tuan mudanya itu. Kemudian ia bergegas membukakan pintu mobil dan berangkat menuju kediaman keluarga Evan. . .             Sam melangkah pelan kedalam manor nya. Beberapa pelayan orang tuanya membungkuk hormat menyambutnya. Sam menghela napas pelan, ia tidak suka diperlakukan seperti pangeran begini. Kalaupun boleh memilih, ia ingin menjadi anak dari keluarga biasa saja. Bukannya ia tidak menyukai keluarganya, sungguh. Sam hanya berpikir mungkin hidupnya akan lebih menyenangkan jika memiliki keluarga sederhana saja.             -15490 “Ah sayang. Akhirnya kau datang juga.” Nyonya Lily berjalan cepat dan segera memeluk putra semata wayangnya tersebut. Nyonya Lily memberikan kecupan sayang dipipi kanan Sam. Sam tersenyum kecil, ia membalas pelukan ibunya. Lengannya mengelus pelan punggung ibunya.             Nyonya Lily baru melepas pelukannya ketika suaminya memanggilnya. Baru saja Sam dilepaskan dari pelukan maut ibunya ia langsung diterjang oleh tubuh tinggi besar yang nyaris sama dengan ukuran tubuhnya. “Woa. Sam, lo udah makin tinggi sekarang!” seseorang itu ternyata Helga. Wajahnya berbinar cerah. Gayanya masih sama seperti dulu. Ceria dan seenaknya sendiri.             Sam menatap kakak sepupunya, kemudian melirik kearah belakang kakak sepupunya. Ada seorang gadis disitu. Berambut pirang dengan mata Amber yang indah. ‘apa dia yang namanya Fleur?’ batin Sam.             Sam memandangi atas kepala Helga tidak ada angka disana. Yang Sam lihat diatas kepala kakaknya hanya deretan huruf – huruf. Sama seperti ketika ia memandang dirinya sendiri di cermin.             -HHHHH “Sam, kesini. Ini Fleur, lo masih inget?” Helga menarik lengan gadis bermata amber tersebut. Gadis itu terkejut dan sedikit oleng ketika lengannya ditarik dengan tak berperasaan oleh Helga. Sam memandangi gadis itu. Tidak Ada angka juga diatas kepalanya. -FFFFF . kemudian ia juga memandang kakak sepupunya dengan bingung, sama hal nya dengan Fleur, diatas kepala kakaknya juga tidak ada angka, yang ada hanya huruf -HHHHH             ‘Tidak ada angka sama sekali?.’ Batin Sam memandangi atas kepala Fleur.             Fleur mengulurkan sebelah tangannya. Ia tersenyum lembut memandang Sam. Sam jadi kikuk sendiri, senyuman gadis ini manis sekali. -FFFFF “Hai Sam, lama tidak bertemu.” Sam menyambut uluran tangan gadis itu, ia balas tersenyum walau senyumannya terkesan kaku.             “O—oh, hai.” Sam berkata sungguh pelan. Walau ia tidak ingat pernah bertemu gadis ini tapi ia berusaha untuk tidak menyakiti hati gadis manis didepannya. Helga terkikik geli, ia menyenggol pelan lengan Sam sambil membisikkan sesuatu.              –HHHHH “Cie... adik kecil gue udah gede rupanya” Bisik Helga ditelinga Sam. Sontak saja telinga Sam memerah. Ia memandang tajam wajah kakaknya yang tersenyum puas telah berhasil menggodanya.             -23609 “Baiklah baiklah. Kita bicara nanti lagi. Sebaiknya kita segera menuju meja makan. Makan malam sudah siap.” Tuan Evan menyelamatkan Sam kali ini. Sam bernapas lega.             Acara makan malam berlalu dengan cepat. Sekarang keluarga tuan Evan sedang berkumpul di ruang keluarga sambil menyesap teh dan memakan beberapa camilan kecil yang disediakan. Suasana diruangan itu sangat hangat. Senyuman – senyuman manis yang menguar disana menambah kesan hangat malam itu.             -HHHHH “Jadi? Gimana kabar adik gue ini?” Helga menyenggol lengan Sam dengan keras. Sam mendelik tajam.             “Bisa nggak sih lo nggak usah kasar kalau nanya ke orang?” Sam berkata tajam. Matanya menusuk kearah Helga. Helga terkekeh pelan. Ia mengacak surai kecoklatan adik sepupunya itu.             -HHHHH “Hehehe… maaf adik sayang.” Helga memasang senyuman terbaiknya. Sam mendesah keras. Kakaknya yang sudah dewasa sama sekali tidak berubah.             Sam larut dalam hangatnya suasana malam itu. Tidak banyak pelayan yang berada disekitar mereka. Malahan, suasananya terkesan sangat pribadi karena hanya ada Sam, Tuan Evan, Nyonya Lily, Helga, dan gadis manis bermata amber Fleur.             -23609 “Sudah larut malam. Kami berdua akan naik keatas. Kalian lanjutkan saja mengobrolnya.” Tuan Evan bangkit sambil menggandeng lengan istrinya. Nyonya Lily mengecup sekilas pipi Sam, Helga dan Fleur kemudian berlalu bersama dengan tuan Evan.             Setelah tuan Evan dan nyonya Lily keluar Helga juga berdiri dan menampakkan gesture hendak pergi juga. Sam mengerutkan alisnya. Jangan – jangan kakaknya mau meninggalkan ia berduaan dengan Fleur.             -HHHHH “Well—gue rasa gue juga mau keatas. gue ngantuk banget. Kalian mengobrol saja. Bye!” Helga menguap lebar, kemudian beranjak pergi meninggalkan Sam dan Fleur yang mematung menatap Helga pergi.             Suasana menjadi canggung untuk beberapa saat. Baik Sam maupun Fleur tidak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu. Sam diam saja, ia bukan type remaja banyak bicara, oh kecuali jika disamping Narcissa mungkin. Sedangkan Fleur sendiri juga tampak tenang, ia juga diam saja.             -FFFFF “Kudengar dari Bibi Lily kalau kau mengalami kecelakaan saat tahun pertamamu di SMP, itu berarti beberapa bulan setelah pertemuan kita di pesta tuan Henry kan?” Fleur menatap Sam lembut, bibir tipisnya menyunggingkan senyuman yang manis.             Sam menoleh memandang gadis itu. “Ya, begitulah.” Jawabnya singkat. Fleur tertawa kecil dengan perilaku dingin Sam.             -FFFFF “Kau tidak pernah berubah ya.” Kata Fleur             Sam mengerutkan dahinya bingung. “Ma—af?”             -FFFFF “Kau tetap dingin seperti dulu. Kau masih Sam yang dulu ternyata.” Fleur tertawa kacil. Ia meraih cangkir teh nya kemudian menyesapnya sedikit.             Sam memandangi gadis didepannya. Gaya gadis ini sangat anggun dan elegan, khas seperti gadis bangsawan. Yeah, wajahnya juga cantik dan jangan lupakan senyumannya yang amat manis itu. Sam membatin bersalah. Gadis ini sepertinya sangat mengenalnya, tetapi ia tidak ingat sama sekali dengannya. Sam menghela napas dengan berat.             -FFFFF “Ada apa?” Tanya Fleur setelah melihat Sam yang menghela napas dengan berat.             “Oh maaf. Tidak ada apa – apa.” Sam menjawab datar. “Sebenarnya, aku tidak mengingatmu sama sekali.” Ucap Sam pelan.             Fleur membelalakkan matanya. Ia terkejut dengan penuturan pemuda didepannya. Keterkejutannya memudar seiring waktu dan digantikan oleh senyuman manis nya. –FFFFF “Tidak apa. Kurasa mungkin itu efek kecelakaanmu.” Ucapnya lembut.             Sam memandang Fleur. Sayang sekali ia tidak dapat melihat angka diatas kepala gadis itu. Jika saja ia bisa melihatnya, maka ia akan tau apakah Fleur benar – benar tulus menerima keadaannya yang sama sekali tidak mengingat tentangnya. Sam hanya mengandalkan air muka Fleur yang terkesan sangat tulus, jadi untuk kali ini saja ia percaya kalau Fleur tulus memaklumi keadaannya, walau kenyataannya ia tidak bisa melihat angka diatas kepala gadis itu.             -FFFFF “Kurasa sekarang sudah sangat larut. Aku akan kekamar. Kau masih mau disini?” Tanya Fleur pelan.             Sam memandangnya sebentar. “Kau duluan saja. Aku disini dulu.” Jawabnya kemudian.             Fleur meninggalkan Sam yang masih duduk dikursi. Sepeninggal Fleur, Sam menebak – nebak bagaimana ia tidak bisa melihat angka diatas kepala gadis itu. Keadaan ini sama seperti ketika ia memandang dirinya didepan cermin. Tidak ada angka yang muncul dikepalanya dan hanya ada huruf –SSSSS di sana.             “Gue harus cari tau soal masalah ini.” Gumam Sam pelan, sebelum kemudian beranjak kekamarnya. . .               Sam meminta diantarkan sampai Kos nya saja. Ia akan berangkat jalan kaki kesekolahnya. Alasannya, karena ia tidak mau terlihat dilayani ketika disekolah, karena itu memalukan. Ia hanya akan terlihat sebagai anak manja. Semua orang yang mengenalnya disekolah tidak pernah tau latar belakang keluarga Sam.             Kemarin ia tidak bertemu Narcissa sama sekali. Rasa – rasanya ia merindukan Narcissa. ‘Oh tidak’ Sam membatin sebal. Apa – apaan maksudnya tadi? Merindukan Narcissa? Itu tidak mungkin. Sam hanya ingin melihat angka Narcissa, itu saja.             -00452 “Hai Sam!” sapa Stefan ketika mereka bertemu didepan sekolah. Sam memandang Stefan sebentar lalu meneruskan langkahnya.             Stefan mengerucutkan bibirnya. ‘Cih, sungguh respon yang menyebalkan.’ Batin Stefan kesal. Tapi walau begitu, ia tetap mengikuti langkah Sam menuju kelasnya.             -00452 “Sam, kemarin lo kemana? Tidak datang ke klub? Narcissa nanyain loh.” Stefan memandangi Sam yang tengah memejamkan matanya. Sam menoleh memandang Stefan. Dahinya berkerut samar.             Sam baru ingat, setelah pulang sekolah kemarin ia langsung pulang dan terjebak hujan hingga dua jam di halte. “Kenapa dia nyari gue?” Tanya Sam pelan yang sebenarnya lebih kepada dirinya sendiri.             -00452 “Dia mau nunjukin tumbuhan barunya katanya.” Jawab Stefan singkat. Stefan mengalihkan pandangannya keluar jendela, ia tidak lgi memandang wajah Sam yang datar sejak tadi.             Saat istirahat, Sam dan Stefan menuju rumah kaca dibelakang sekolah. Seperti yang diduga, Narcissa sudah ada disana, tersenyum riang sambil merawat bunga – bunga nya. Sam tersenyum tipis. Narcissa terlalu asyik dengan kegiatannya sampai – sampai ia tidak menyadari kalau Sam dan Stefan menghampirinya.             -00452 “Cissa…!!!” panggil Stefan keras. Narcissa menoleh dan tersenyum.             -00000 “Hai Stefan dan Sam.” Balasnya tersenyum lebar.             Sam tengah memandangi tumbuhan – tumbuhan disamping kaki Narcissa. Ada satu tumbuhan yang terlihat asing, seingatnya kemarin ia tidak melihat bunga bakung disana. ‘Apa Narcissa membeli bunga baru?’ batin Sam penasaran.             “Er…Cissy, itu bunga baru?” Tanya Sam ketika Stefan tengah sibuk merawat bunga yang letaknya agak jauh dari mereka.             Narcissa menoleh menatap Sam. -00000 “Oh, itu bunga dari seseorang.” Jawabnya. Dahi Sam berkerut, ada sedikit perasaan kesal dihatinya. Siapa yang berani – berani memberikan bunga kepada Narcissa-‘nya’ . oh, ralat Narcissa bukan siapa – siapa Sam.             “Siapa?” Tanya Sam penasaran.             “Itu… kak Ren yang memberikan.” Jawab Narcissa.             Ren?             Sam mengingat – ingat siapa orang dengan nama Ren itu. Ia tidak ingat pernah bertemu seseorang dengan nama Ren.             “Maksudmu, anak tahun ketiga yang menawarimu DVD itu?” Tanya Sam.             Narcissa mengangguk. Sam menarik lengan Narcissa, membuatnya berdiri berhadap – hadapan. “Apa maksudmu menerima pemberian nya” Tanya Sam tajam. Narcissa menelengkan kepalanya tidak mengerti kenapa Sam menjadi marah.             -00000 “Kenapa? Tanya Narcissa pelan.             “Dia itu, pem—maksudku, dia itu kurasa bukan orang yang terlalu baik.” Jawab Sam. Hampir saja ia bilang jika Ren pembohong.             “Dia baik kok.” Ucap Narcissa lemah. Wajahnya ketakutan melihat raut wajah Sam yang seakan siap membunuhnya kapan saja.             “Tidak, kau harus percaya padaku. Dia bukan orang yang—“             “Narcissa!!!”              Sam dan Narcissa menoleh ke sumber suara yang dengan seenaknya memotong pembicaraan Sam. Disana ada Ren, ia tersenyum kearah mereka—lebih tepatnya kearah Narcissa. Narcissa langsung melepaskan genggaman tangan Sam. Ia berlari menghampiri Ren yang berjarak hanya beberapa meter didepannya.             Rahang Sam mengeras. Hatinya panas melihat Narcissa langsung mengacuhkannya ketika melihat Ren. Ia memandang Ren tajam. Rasa kesalnya sudah naik ke ubun – ubunnya. Ren melirik sekilas kearah Sam, ia tersenyum sinis.             “Jadi Narcissa, besok kita jadi pergi BERDUA?” Ren sengaja mengeraskan suaranya ketika bilang ‘berdua’ . sam mendecih kesal, senyuman sinis Ren benar – benar memuakkan.             -00000 “Tentu saja. “ jawab Narcissa dengan ceria. Sam mengeratkan genggamannya sendiri. Ia benar – benar kesal.             “Baiklah, besok aku akan menjemputmu.” Kata Ren kemudian ia mengelus pelan pipi Narcissa dan berlari pergi.             Sam mengelus dadanya pelan. Rasanya benar – benar menyebalkan melihat Ren dan Narcissa berbicara akrab begitu. Seingatnya Narcissa tidak menerima ketika Ren memberikan DVD kepadanya, lalu sekarang apa – apaan itu? Berbicara akrab sekali, pakai acara elus pipi segala juga.             Sam tidak menjawab ketika Narcissa memanggilnya. Dia sangat kesal, intinya besok ia harus tau kemana mereka pergi. Biarkan saja ia jadi penguntit, ia tidak mau terjadi apa – apa pada gadis sepolos Narcissa.             ‘Lihat saja besok.’ Batin Sam menyeringai. ----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN