Jelita duduk di hadapan seorang pria tampan yang sedang memandanginya sejak tadi, di tatap seperti itu tentu saja Jelita merasa kurang nyaman dan kikuk.
“Sebenarnya apa yang Bapak ingin sampaikan kepada saya?” tanya Jelita karena pria itu sepertinya tidak akan memulai pembicaraan dan akan terus menatapnya seperti itu.
Menyadari tindakannya, pria itu lantas mengalihkan pandangannya ke arah menu makanan yang sejak tadi dipegangnya tanpa di lihat sedikitpun.
“Ah maaf, sebaiknya kita pesan dulu makanannya. Kau sudah lapar kan?” sahut pria itu.
“Ya, tentu saja saya sudah lapar,Pak. bapak saja yang sejak tadi hanya menatap saja seperti saya yang jadi menu makan siangnya. Huh…” tentu saja ucapan itu hanya dalam hati Jelita saja. Jelita hanya mengangguk kecil merespon ucapan pria yang ada di hadapannya.
Setelah makanan tersaji, mereka mulai menyantapnya.
“Sebenarnya saya masih penasaran terkait alasanmu tiba-tiba berhenti kerja. Aku hanya menyayangkan pegawai sepertimu harus menghilang dari perusahaan.” Arya mulai pembicaraan. Ia lalu memasukkan potongan daging ke mulutnya.
Jelita yang sedang fokus ke makanannya mengangkat wajah dan menatap Arya. Apa yang harus ia jawab, tidak mungkin kan ia membongkar rahasianya kalau ternyata ia sudah menikah kontrak dengan seorang pria beristri? Kehidupan mirisnya tidak boleh ada yang mengetahui.
“Saya hanya ingin fokus merawat ayah saya saja, Pak. Saya tidak bisa selalu meninggalkannya keluar rumah dan membiarkan ia sendiri.
Penyakitnya kapan saja bisa membuatnya kesulitan, makanya itu saya memutuskan untuk berhenti,” jawab Jelita, dan tentu saja ia berbohong.
“Oh begitu rupanya,” komentar Arya. Jelita melanjutkan makannya.
“Jelita, sebenarnya saya ada sesuatu hal yang ingin saya ungkapkan padamu. makanya saya mengajakmu bertemu.” Arya terlihat sedikit gugup. Terlihat gerakan tangannya yang mengusap tengkuknya berulang kali.
“Apa itu, Pak. Kelihatannya penting.” Respon Jelita.
“Kau tahu kan, aku sudah lama hidup sendiri semenjak kematian istriku. Seluruh keluargaku menginjakkan aku menikah lagi, dan…”
“Oh, Bapak membutuhkan bantuan saya untuk mencarikan pasangan?” potong Jelita, bosnya ini memang seharusnya sudah menikah dan mencari pasangan lagi. Duda tampan yang banyak dielu-elukan karyawan. Ia sendiri sempat bermimpi menjadi kekasihnya, tapi ah, sudahlah. Semua sudah berlalu.
“Ah, bukan…bukan, dengarkan dulu ucapanku,” Arya tertawa kecil. Jelita, mengangguk-angguk.
“Aku memang sedang mencari pasangan hidup yang, dan sudah menemukannya,” jelas Arya sembari menatap Jelita dengan dalam.
“Wah, kalau begitu selamat, Pak. Kalau karyawan Bapak tahu hal ini, akan ada hari patah hati lokal di swalayan. Saya termasuk yang beruntung mengetahuinya duluan. Tapi, kenapa Bapak menyampaikan ini pada saya?” Jelita tersenyum, menatap balik Arya.
“Karena kau yang berhak mengetahuinya selain.”
“Hah? kenapa harus saya, Pak?” Jelita kali ini sama sekali tidak mengerti maksud dari pria itu.
“Wanita yang aku maksud itu kamu, Jelita. Aku menyukaimu.”
“Uhuk…uhhuk..!!” Jelita sukses tersedak air yang diminumnya saat Arya mengungkapkan isi hatinya.
“Jelita, kau tidak apa-apa?” Arya terkejut, sekaligus sedikit sedih melihat reaksi Jelita atas ungkapan hatinya. Gadis itu terlihat sangat syok. Ia menepuk-nepuk lembut punggung Jelita sampai gadis itu sedikit tenang.
“Ah maafkan saya, Pak.”
“Ini air, minumlah.” Arya memberikan segelas air untuk Jelita. Gadis itu langsung meminumnya.
Mereka hanya terdiam, Arya hanya menunggu Jelita membuka suara setelah batuk yang menyerangnya tadi. Ia juga tidak ingin terkesan terburu-buru, meskipun dalam hati ia sudah ingin sekali mempersunting gadis cantik di hadapannya ini.
“Jelita, kau perlu tahu, aku menaruh hati padamu itu sudah sejak lama. aku selalu memperhatikanmu dalam diam karena masih belum berani menunjukkan perasaanku. Aku juga menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan ini. Akan tetapi, setelah kau memutuskan untuk berhenti bekerja, perasaanku semakin tidak tenang.
Aku semakin mencintaimu dan ingin segera menikah denganmu. Kau bilang ayahmu sakit kan, jika kita menikah semua yang khawatirkan, tentang ayahmu tidak akan pernah menggangu pikiranmu lagi. Kita akan memberikan pengobatan yang terbaik untuknya sampai beliau sembuh. Aku mungkin tidak sesempurna pria lain, tetapi aku akan berusaha membahagiakanmu. Memberikan cinta dan kasih sayangku yang tulus padamu, Jelita.
Jelita menatap Arya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca. Ada rasa perih yang menghantam hatinya, rasa sakit itu semakin dalam saat melihat ketulusan di mata Arya untuknya.
Kenapa… kenapa baru sekarang ia mengatakan itu padaku? kenapa setelah semuanya terjadi kau baru datang untuk menolongku. Kenapa…?! Jeritan pilu hatinya semakin berkecamuk menambah sesak di dalam d**a jelita.
Air matanya seketika mengalir deras membasahi wajahnya yang merona. Melihat itu tentu saja Arya terkejut.
“Jelita, kau kenapa menangis? Ap..apakah ada ucapanku yang menyinggung perasaanmu?”
Jelita menggeleng, air matanya semakin deras mengalir, ia tidak mengerti kenapa hatinya terasa begitu sakit sekarang. Kenapa hal ini bisa tejadi dalam hidupnya.
Pria yang selama ini diam-diam ia cintai juga ternyata menaruh hati padanya, dan bahkan sekarang ingin melamarnya. Tapi kenapa ia baru datang setelah dirinya menjual semuanya kepada orang lain? kenapa nasib hidupnya selalu mempermainkan dirinya seperti ini?
“Jelita, aku mohon berhentilah menangis. Kalau memang kau tersinggung dengan perkataanku barusan, aku minta maaf. Lihatlah, orang-orang sedang menatap kita sekarang. Mereka pasti mengira aku melakukan hal yang bukan-bukan padamu.”
Mendengar itu Jelita segera menghapus air matanya. Dan berusaha menguasai perasaannya. Lama ia terdiam.
“Sebaiknya kita pulang saja, kau kelihatannya butuh istirahat. Nanti saja kita bicarakan lagi,” ucap Arya sembari beranjak dari tempatnya.
“Tunggu, Pak!” Jelita menahan langkah Arya. Prai itu kembali duduk. Memandangi Jelita yang kini sedang menatapnya sedang serius.
“Saya ingin menyelesaikan masalah ini. Sebelumnya saya tidak pernah menduga jika Bapak menaruh hati pada saya. Dan kenapa saya menangis, karena hati saya sedih mendengar ungkapan hati Bapak yang… yang sudah terlambat. Jika saja Bapak memiliki keberanian untuk mengungkapkan hal ini sebelumnya, mungkin ceritanya akan lain. Maaf, saya tidak bisa menerima cinta Bapak. Dan saya harap, hari ini adalah terakhir kalinya kita bertemu. Terima kasih atas semua bantuan Bapak selama ini. Terima kasih juga karena telah mencintaiku. Saya permisi,” ucap jelita lalu berdiri dari duduknya.
Akan tetapi, penjelasan yang terkesan menggantung di telinga Arya malah semaki membuat pria itu penasaran.
“Jelita tunggu,” ucapnya sambil meraih pergelangan tangan Jelita. Gadis itu menghentikan langkahnya.
“Apa maksudmu saya terlambat, apakah kau sudah menikah?” tanya Arya frustrasi. Ia tidak menyangka mendapatkan jawaban seperti ini. Ia benar-benar sangat menginginkan Jelita tapi kenapa gadis itu bilang ia sudah terlambat?
“Jelita, katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?!”
“Iya, kau terlambat karena aku sudah… “ Jelita tidak bisa melanjutkan kata-katanya, air matanya kembali jatuh. Ia pun menepis tangan Arya dan berlari meninggalkan tempat itu. meninggalkan Arya yang mengeram frustrasi. Arya tidak lagi mempedulikan tatapan heran orang-orang padanya.
Ia lalu berlalu mengejar jelita yang sudah menghilang.