Skyla menatap langit yang kala itu di temani dengan indahnya bulan sabit. Tidurnya tidak tenang ia gelisah berusaha mencari posisi yang nyaman namun tetap tak bisa memejamkan mata. Dan sekarang yang dia lakukan hanya berdiri di balkon menatap langit sembari mengingat dulu saat ia pertama kali bertemu Aaron.
Saat itu tengah hujan, skyla kecil dengan baju yang setengah basah berlari mencari tempat berteduh di sebuah halte, bukan hanya dirinya yang berteduh di sana. Ada seorang lelaki yang juga sedang berteduh dari terpaan hujan.
Sibuk memainkan ponsel sampai tiba-tiba melemparkan sweater yang dia pegang kearah Skyla “Dingin. Pakai.” Ucap dia tanpa sedikitpun menoleh menatap Skyla barang sedetik pun.
Skyla yang di berikan sweater langsung memakainya karna memang cuacanya dingin. Namun saat Skyla akan mengucapkan terima kasih lelaki itu sudah berlari membelah hujan. Tanpa sadar bibir skyla mengukir senyuman bahkan sweater aaron sampai sekarang masih ia simpan.
Tapi mengingat apa yang aaron katakan pada Aland di kantor membuat senyumnya memudar. Padahal dari tempat jauh dia berusaha kembali ke negara ini hanya untuk bisa bertemu Aaron kembali.
Lamunannya langsung buyar saat ponsel di meja berdering, nama Aland tertera di sana.
“Kau belum tidur?” Seru Aland begitu Skyla menggeser icon hijau.
“Ku rasa melihat bulan lebih indah dari pada tidur” Jawab Skyla.
“Ya. dan aku sedang melihatmu dari bawah sini”
Skyla mengerutkan dahi kemudian melihat ke bawah dan benar saja Aland sedang mendongak melihatnya sembari memegang ponsel di telinganya.
“Lihat kau sekarang melihat ke arahku”
“Bagaimana bisa kau sampai kemari?”
“Tentu untuk menemui seorang bidadari akan ku lakukan apapun” Aland tersenyum sembari menggerakkan tangannya menyuruh Skyla untuk turun. Gadis itu meletakkan ponsel di meja dan menghampiri Aland setelah mengambil asal sebuah cardingan.
Keduanya duduk di kursi putih samping rumah Skyla “Kenapa kamu datang larut malam begini?”
Aland mengedikkan bahu “Aku merasa setelah apa yang kukatakan kemarin kau semakin menjauhiku, aku terima penolakanmu tapi jangan menjauhiku”
“Maaf Al, aku tak bermaksud menjauhimu” Aland menarik dagu Skyla untuk menatapnya.
“Kau tidak bersalah. Jika kau mau, anggap saja aku tak pernah berkata hari itu dan kita masih bisa berteman seperti biasa, bagaimana?”
“Kau benar” Skyla menyandarkan kepala di sebelah lengan bahu Aland “Tidak ada yang lebih baik dari seorang sahabat” kata skyla.
Aland mengusap rambut Skyla dari belakang “Kau sedang ada masalah? Jika iya aku siap mendengarnya” skyla menggeleng sebagai jawaban.
“Tidak ada. Aku hanya merasa sedikit lelah sampai tak bisa tidur”
“Kalau begitu aku akan menemanimu sampai kau tertidur. Bagaimana jika aku menceritakan sebuah cerita?”
“Kedengarannya menarik” Skyla menarik dirinya dari Aland berganti berbaring dengan berbantalkan bagian paha aland menatap ke langit yang semakin pekat sambil mendengar cerita asal yang Aland buat.
Sesekali Skyla menanggapi cerita Aland dengan tawa geli, aland memang paling bisa membuat cerita yang aneh dan terdengar mengada-ngada. Namun di bagian akhir cerita, Skyla mengerutkan dahi tidak suka dengan salah satu bagian cerita yang aland buat.
“Bagaimana seorang putri merelakan pangerannya pergi untuk tidak menemuinya lagi?” Tanya Skyla.
“Karena sang pangeran harus menjalankan tugasnya mempertahankan kerajaannya”
“Pasti sang putri sangat sedih berpisah dengan pangeran. Bagaimana jika pangeran itu mati di medan perang?”
“Maka sang pangeran akan mendapatkan kehormatan yang tak terhingga”
“Wah. Lalu bagaimana dengan keberadaan sang putri? Apa yang di lakukan setelah pangerannya mati?”
“Sang putri akan menikahi pria lain yang di pilihkan oleh keluarganya”
“Ih ceritamu menyebalkan. Seharusnya kisah sang putri harus berakhir bahagia dengan sang pangeran” Skyla beranjak duduk.
“Ini kan ceritaku jadi terserah aku membuatnya bagaimana”
Skyla tertawa “Kau memang pandai menghiburku Al. baiklah kurasa aku sudah mulai mengantuk, lain kali aku tidak akan menjauhimu lagi”
Aland melambaikan tangannya “Baguslah. Tidur yang nyenyak dan jangan lupa untuk memimpikanku!” Katanya. Skyla mengangguk “Tapi aku tak bisa berjanji” kekeh dia.
Aland mengibaskan tangannya “Masuklah aku akan melihatmu sampai kau benar-benar masuk ke rumah”
Skyla tersenyum lalu berlari memasuki rumahnya, menutup pintu perlahan sambil melambaikan tangan melihat Aland.
_______
Paginya, sebuah mobil lykhan hiypersport sudah terparkir di depan rumahnya dan si pemilik mobil sendiri sedang bercengkrama bersama seorang tukang kebun Skyla. Skyla tersenyum dan menghampiri.
“Kau datang begitu pagi”
Aland berbalik menyudahi pembicaraannya pada tukang kebun tadi “Sudah siap? Aku akan mengantarmu”
Skyla tertawa pelan “Kita kan satu jalur menuju kantor tapi tidak dengan jalur rumahmu dan rumahku untuk pergi kesana itu cukup jauh Al”
“Sudah ku bilang akan ku lakukan apapun untuk bidadari yang cantik ini” Aland membukakan pintu untuk Skyla setelah itu baru Aland yang masuk dan duduk di kursi kemudi.
“Aku tidak ingin kau menjauhiku lagi jadi mulai sekarang aku sendiri yang akan menjemput dan mengantarkanmu”
“itu terlalu berlebihan”
“Tidak sama sekali” Jawab Aland. Tak lama mobil yang mereka tumpangi sampai segera Aland membukakan pintu untuk Skyla.
Keduanya masuk ke kantor secara berbarengan sesekali saling melemparkan candaan membuat beberapa orang yang melihatnya merasa iri, selain Skyla yang selalu ramah pada siapapun dan sekarang dia juga akrab dengan Aland yang di kenal juga mudah bergaul.
Namun berbeda jika di pandangan Aaron yang saat itu kebetulan juga baru datang dan melihat kedekatan Aland bersama Skyla, sengaja dirinya memperlambat jalannya agar kedua orang itu bisa satu lift.
“Pak kenapa anda diam saja?” Tegur David. Aaron menoleh sejenak kearah David “Hanya merasa melupakan sesuatu” Aaron berbalik kearah parkiran mobilnya padahal tidak ada yang dia ambil atau sesuatu yang di lupakan di dalam sana.
Hanya duduk diam, seharusnya dirinya senang jika Aland dekat dengan Skyla karena tujuannya memang membuat mereka bisa dekat, tapi kedekatan mereka seperti tadi membuatnya merasa tidak suka.
Aaron mencengkeram stir mobil kemudian menghela nafas berusaha bersikap seperti biasa dan kembali ke kantor. Berjalan pasti kearah ruangan yang berada di lantai 20, dia dapat melihat Skyla tengah sibuk mencoba menyalakan komputernya.
Biasanya jika gadis itu melihatnya datang dia langsung mengoceh tidak jelas yang tidak di sukai Aaron tapi hari ini bahkan sepatah kata sapaan pun tidak ada. Kenapa? Mengharapkan sapaannya? Aaron berdecih pelan. Bukannya baik jika gadis itu tidak cerewet lagi!
Aaron mendudukkan dirinya di kursi kerja dan membuka laptop untuk mengecek email yang masuk, begitu sudah terbuka, puluhan email masuk saling tumpang tindih. Banyaknya jadwal hari ini membuat Aaron sedikit kewalahan.
Kemarin saat Skyla masih menjadi asisten pribadinya dia yang membacakan dan memberitahukan semua jadwalnya bahkan ikut membantu apa yang di butuhkannya dan sekarang dirinya sendiri yang harus menyiapkan itu semua.
Kenapa di saat seperti ini harus memikirkan gadis itu lagi, ia masih bisa mencari asisten baru seperti yang skyla sarankan kemarin.
Aaron menghela nafasnya perlahan menyandarkan bahunya ke punggung kursi.
Tapi semua tak semudah itu. Waktu setahun memang sudah berlalu, kalimat Aland terngiang di kepalanya, lelaki itu mencintai wanita yang perlahan mulai mengoyak dinding es yang selama ini tak pernah cair sedikitpun. Namun begitu semua mulai cair secara perlahan, justru sebuah dinding baru kembali muncul kali ini Aaron sendiri yang sengaja membangunnya demi seorang adik yang sangat ia sayangi.