Aland berdiri menghadap luasnya kota dari ruangan tempat dia bekerja di lantai 18 dua tingkat di bawah Aaron yang menempati lantai 20 bersama Skyla. Sebelah tangannya di dalam saku celana sebelahnya lagi menyentuh jendela kaca.
Tanpa ekspresi hanya diam menatap lurus kedepan mengabaikan telefon di mejanya yang terus berdering.
Hingga Aland baru menoleh saat terdengar ketukan dari luar dan dirinya mempersilahkan orang di luar itu masuk.
“Ada apa?”
“Maaf pak tapi ada seseorang di luar mencari anda”
“Katakan saya sedang tidak menerima tamu”
“Baik pak, akan saya sampaikan” Pamit Jessy wanita berusia 31 tahun itu dengan sopan namun belum sampai wanita itu membuka pintu dan keluar suara Aland kembali terdengar.
“Tunggu!. Biarkan dia masuk”
Jessy berbalik lalu mengangguk “Baik pak” tak lama setelah keluarnya Jessy dari ruangan Aland datang seorang pria menyapa keberadaan Aland. Terlihat kerutan di dahi Aland saat pria itu mengulurkan tangan namun Aland tetap membalas menjabat tangannya.
“Maaf kedatangan saya kesini pasti mengejutkan anda tapi saya kemari dengan niat untuk menawarkan sesuatu yang mungkin anda butuhkan”
“Katakan intinya saya tidak suka berbasa basi, silahkan duduk dan kita bila lanjutkan pembicaraan”
“Saya William Arsena dari California, saya tahu apa yang sedang anda butuhkan” Senyum William terukir di wajahnya, bukan senyum yang menunjukkan dia sedang menghargai lelaki di depannya tapi sebuah senyum yang menyiratkan akan sesuatu hal yang sulit di tebak.
“Benarkah? Kau tau apa yang ku butuhkan?” Aland membalas dengan senyum sinis, mustahil jika pria bernama William ini mengetahuinya.
William mengangguk “Tentu saja saya tahu bukannya anda ingin membalaskan dendam yang sudah anda tahan selama ini?”
Aland terdiam, benarkah? Apa dirinya memang akan membalaskan dendam? Kenapa tak pernah terpikirkan olehnya.
“Tidak ada alasan untukku untuk membalas dendam” Ucap Aland mencoba tenang mencari tahu sampai di mana William tahu tentangnya.
William tertawa pelan “Menurut anda selama ini apa yang anda lakukan. Diam dan menuruti perintahnya? mengalah dengan apa yang selalu dia dapatkan? atau memberikan kebahagiaan yang seharusnya anda miliki?” Tatapan William serius “Saya bisa membantumu melakukannya asal kau juga bisa membantuku melakukan sesuatu”
“Membantumu? Kau pikir aku mau menjadi bahan yang bisa kau mainkan! Jika aku ingin membalas dendam maka aku akan melakukannya sendiri aku tak butuh bantuanmu sekarang keluarlah dari sini!” Seru Aland. William berdiri memberikan sebuah kartu.
“Itu kartu pengenal saya juga pekerjaan saya jika anda membutuhkan bantuan hubungi nomor itu dan kami siap melayani”
Kata-kata William mengotori pikiran aland ‘balas dendam’ rasanya boleh juga. Sudut bibir Aland tertarik ke atas.
“Akan ku ambil apa yang seharusnya kumiliki”
Kemudian Aland berjalan menuju ruangan Aaron.
Di lihatnya Aaron tak hentinya membolak balik lembar demi lembar sebelum dia tanda tangani dan membuka kertas lainnya. Tatapannya tak teralihkan begitu fokus pada apa yang di lakukannya.
Pintu perlahan terbuka sepasang kaki melangkah masuk tapi Aaron tetap pada pekerjaan.
“Al. ini sudah malam pulanglah lebih dulu” Ucap Aaron tanpa menatap Aland, masih sibuk menandatangani banyaknya dokumen di meja.
“Aku ingin mengatakan sesuatu sebentar saja bisa kakak alihkan pandangan dari dokumen menyebalkan itu”
Aaron menghela nafas menutup lembaran dokumen menjadi satu lalu memutar kursi untuk menatap Aland.
“Katakan. Bukannya biasa kamu selalu langsung mengatakannya?”
_______
Skyla menepuk dahinya begitu teringat akan kecerobohannya meninggalkan ponsel di meja, kedua kakinya melangkah cepat sembari memaki dirinya sendiri yang pelupa.
Sampai di meja kerjanya terlihat benda persegi itu ada di sana, Skyla mengambil dan memeluk ponselnya yang berharga ini dan segera pergi dari tempat itu jika matanya tidak melihat pintu ruang kerja Aaron terbuka sedikit. Tanpa di perintah langkahnya membawanya mendekat.
Skyla tidak berniat untuk mencuri dengar apa yang Aaron bicarakan tapi saat melihat Aland juga ada di dalam sana kakinya berhenti di pinggir pintu bersandar di dinding saat merasa namanya di sebut.
“Aku menyukai Skyla aku harap kamu bisa mengerti dengan permintaanku”
Jantung skyla berpacu cepat, tidak mungkin Aland berkata demikian agar Aaron menjauhinya, ini justru seperti mimpi buruk.
“Lalu kenapa jika kamu menyukai Skyla?” Jawaban Aaron justru membuat Skyla kembali penasaran karena Aaron terlihat begitu tenang saat menjawab nya.
“Aku ingin dia, Aku ingin kalian menjaga jarak kalau perlu kamu mencari asisten baru lagi”
“Al, kau tahu aku tidak bisa melakukannya? Dia pilihan kakek”
Aland menghela nafas pelan “Kalau begitu-“ Aland menatap Aaron menjeda kalimatnya sejenak “Jangan mencintainya seperti dia mencintaimu”
Aaron menatap kearah pintu “Aku tidak bisa berjanji tapi akan kulakukan apa yang kamu minta” tapi benarkah Skyla mencintaiku. Ucap Aaron dalam hati.
Tubuh skyla jatuh lemas ke lantai yang dingin, kakinya tak mampu menopang tubuhnya setelah mendengar jawaban Aaron barusan, dengan kata lain.
‘Aaron menyerahkan dirinya pada Aland’ kenapa?
Kenapa lelaki bodoh itu bisa berkata begitu mudahnya, terdengar suara derap kaki semakin mendekat, Skyla berusaha untuk segera berlari bersembunyi agar tidak ada yang tahu jika dirinya tengah menguping pembicaraan mereka.
Melalui celah meja Skyla melihat Aland memasuki Lift, air mata Skyla menetes begitu saja sampai suara Aaron mengagetkannya.
“Sudah selesai menguping pembicaraan kami?”
Begitu kagetnya sampai kepala Skyla terantuk meja mengabaikan rasa sakit itu Skyla segera berdiri menatap Aaron dari samping.
“Benarkah dengan yang anda katakan tadi?”
Aaron menatap wajah skyla, bekas air mata masih terlihat jelas di pipinya.
“Apa?” Jawab Aaron dengan santainya.
“Bahkan setelah Aland memberitahumu tanggapanmu hanya ini?” Skyla berkata dengan nada geram.
“Lalu aku harus apa? Bahkan kau hanya seorang asisten yang kakek ajukan untukku” Ucap Aaron mampu membuat Skyla sadar jika selama ini hanya dirinya yang menganggap Aaron spesial.
“Saya salah seharusnya memang ada batasan seorang asisten dengan bosnya” Skyla tertawa miris mengasihani dirinya yang kurang beruntung, dia mendongak menatap Aaron.
“Maaf dengan kelakuan saya selama ini, dan mulai saat ini saya akan melakukan hal-hal yang memang seorang asisten lakukan bukan lagi seorang tangan kanan pribadi anda, jika anda ingin anda bisa mencari orang lain”
Skyla berbalik akan pergi jika tangan Aaron tidak menahannya “Apa benar apa yang Aland katakan? Kau men-“ Skyla menghentikan ucapan Aaron menarik jas bagian depan Aaron lalu sedikit berjinjit untuk menyamai tinggi lelaki itu kemudian mencium bibir Aaron cepat.
“Kau pria yang bodoh” makinya setelah melepaskan ciuman singkat barusan “Selama ini hanya aku yang merasakan sendiri dan yang barusan-“ Skyla menghela nafas “aku tak ingin kau mengatakannya lagi” Skyla menghapus air matanya yang akan menetes “Dan yang terakhir kulakukan pada anda, ini bukan rayuan, saya sama sekali tak merayu anda. Sekali lagi saya minta maaf, saya harus pergi ini sudah malam”
Aaron terdiam cukup lama melihat Skyla sampai gadis itu hilang di balik pintu lift yang tertutup, memang dirinya pria bodoh tak bisa melihat sisi lain Skyla ia kira Skyla sama dengan wanita yang mendekatinya semata karena uang. Skyla berbeda, gadis itu melakukan semuanya dengan tulus. Entah kenapa mengingat apa yang Skyla katakan tadi hatinya terasa tercubit.
Tapi ini demi Aland, Aland menyukai Skyla, dari dulu apapun keinginan Aland akan Aaron lakukan, apapun, tapi kenapa yang satu ini- merelakan skyla- terasa berat. Sebenarnya apa yang terjadi di sini.
Aaron menyentuh dadanya. Ini mungkin terjadi karna skyla sudah lama bekerja dengannya. Pikir Aaron mencoba mensugesti pikirannya sendiri, berpikir positif jika rasa sesak yang tiba-tiba muncul barusan bukanlah perasaannya yang melebihkan tentang keberadaan skyla yang selama ini dekat dengannya.
‘tapi gadis itu barusan menciumnya! Rasa bibirnya yang kenyal seakan masih terasa’
Aaron ingin mencobanya sekali lagi mungkin sedikit lebih lama dari yang barusan.
_____
To be continue