______
Hujan hari ini begitu deras mengingatkannya saat ia waktu kecil dulu Aland bertingkah konyol hanya agar bisa bermain hujan tidak peduli jika saat itu Fathir sampai harus menggunakan kekuatannya agar membuat Aland berteduh.
Saat itu juga adalah hari saat Hailey di lahirkan, hari pertama baginya saat ia menamai bayi kecil berkulit merah yang di gendong Nina. Takkan pernah terlupakan hari itu di pikiran Aaron.
“Uncle!” Seru bocah berusia tiga belas tahun. Aaron menoleh “Emily?” Desis Aaron.
“Uncle! long time no see.. I miss you, I really really miss you” Ucap gadis itu berulang kali.
“Hei dengan siapa kamu datang?” Aaron sedikit berjongkok untuk menyamai tinggi gadis kecil di depannya ini.
“Daddy and Eltra. Can I hug you?” Emily merentangkan tangannya, Anak dari Diego ini memang selalu bersikap manja jika bersamanya berbeda dengan Eltra kembarannya yang selalu bersikap cool.
“Kemarilah Uncle juga merindukanmu” Jawab Aaron sampai suara bocah lain terdengar seakan tidak suka.
“Don’t touch him Emily!” Seru Eltra. Emily menatap Eltra tidak suka “Why I can’t?” Sahut Emily.
“Kau itu seorang wanita tidak boleh memeluk pria sesuka hatimu!”
“Tapi dia Uncle ku!” Pekik Emily.
Eltra menarik Emily menjauh dari Aaron “Uncle jangan peluk Emily lagi, Aku tidak akan mengijinkan uncle melakukannya, Emily terlalu keras kepala Aku sebagai kakaknya harus membuatnya menjadi anak gadis yang baik, Ku harap Uncle mengerti”
“Bagus kalau begitu, jaga adikmu ya” Aaron mengusap pelan kepala Eltra kemudian pergi menemui Diego. Emily memanyunkan bibirnya ingin mengejar Aaron tapi tangan Eltra masih mencekal lengannya kuat.
“El menyebalkan! padahal tadi hampir saja aku dapat memeluk uncle Ron” Dumelnya sembari menarik kasar tangannya dari Eltra. Eltra menatap adik yang lebih muda lima menit darinya ini “Emy aku tau kau menyukai uncle Ron tapi kau hanya anak kecil dan dia pria dewasa kau tidak berpikir kau ini adalah keluarganya tidak boleh ada hubungan di antara kalian”
Emily menjulurkan lidahnya kearah Eltra “Masa bodoh! semua itu tidak ada urusannya dengamu” kemudian berlari menghampiri Aaron.
“Emily bodoh” gumam Eltra.
“Hei aku masih dapat mendengarnya!” Pekik Emily dan Eltra hanya tersenyum geli.
____
“Maaf aku baru bisa datang hari ini kemarin ada badai di Negara mamanya si kembar aku tidak bisa hadir mengikuti pemakaman kakek dan ayahmu” Ucap Diego.
“Aku bisa mengerti keadaan paman”
“Emy jaga sikapmu!” Seru Eltra dan seperti biasa Emily menjulurkan lidahnya mengejek Eltra sembari bergelayut di lengan Aaron.
“Uncle Ron tidak merasa terganggu kenapa kau begitu cerewet”
“Emy dengarkan kakakmu kamu sekarang bukan anak-anak yang selalu meminta permen pada pamanmu” Tegur Diego, Emily memiring miringkan bibirnya lalu berpindah tempat duduk di dekat Eltra “Semua gara-gara kamu!” Emily menatap tajam kearah Eltra.
“Dimana Aland?”
“Dia sedang di kantor. Oh ya kenapa paman tidak tinggal di sini saja”
Diego tersenyum “Tidak perlu repot-repot mungkin lain kali aku akan menginap tapi untuk hari ini aku ingin mengunjungi kediaman Demian lama aku tak menemuinya”
“Tapi dad, di sana banyak nyamuk dan bau hewan aku tidak suka tinggal di sana” Sela Emily menyilangkan tangannya di depan perut.
“Emy jaga ucapanmu biar bagaimanapun dia adalah kakak dari ayahmu. hormati dia”
“Tetap saja tidak ada yang dapat di banggakan dari tempat terpencil di sana” Emily memalingkan wajah kesal.
Diego menghela nafasnya menghadapi putri bungsunya ini
“Emily kau tidak tau ada air terjun di sana? saat tengah hari kau dapat melihat pelangi” Ucap Aaron mencoba menbujuk dan rupanya berhasil saat emily menjawab dengan antusias.
“Benarkah?!”
“Tentu saja”
“Kalau begitu aku ikut daddy kerumah Paman Demian aku ingin melihat air terjunnya tapi apa Uncle Ron juga ikut?”
Aaron menggeleng “Uncle ada pekerjaan jadi tidak bisa menemanimu ke sana”
Eltra menepuk bahu Emily “Tenang saja meskipun uncle Ron tidak ikut masih ada aku yang akan menemanimu kesana” ucapnya, Emily memanyunkan bibirnya.
Aaron menggeleng pelan sifat Emily sangat berbeda dengan Eltra, jika Emily terlihat feminin maka Eltra sebaliknya, gadis tomboy yang satu itu justru lebih terlihat sopan di bandingkan Emily.
“Hujan sudah reda sekalian aku dan si kembar akan langsung kerumah Demian”
“Kalian hati-hati”
“Daddy can I stay here?” Minta Emily.
“Tidak boleh! kau harus tetap ikut kau lupa apa yang mama mu katakan!” Ucap Diego. Emily menghela nafas panjang dan menatap aaron dari dalam mobil dengan kaca jendela yang terbuka “Uncle aku pasti akan merindukanmu lagi” Ucapnya tak semangat.
Aaron memaksakan seulas senyuman di bibirnya sebenarnya sedikit ada rasa kesal juga saat Emily mulai beranjak remaja dan bersifat seperti ini sungguh mengganggunya meski begitu dia masihlah anak kecil “Uncle harap kalian rajin belajar dengan pintar agar bisa masuk university yang kalian inginkan” Katanya.
“Aaron kami berangkat dulu lain kali jangan lupa singgah ke Miami aku pasti akan menyambutmu”
“Terima kasih, kalau ada waktu aku akan singgah kesana”
Mobil Diego mulai meninggalkan pekarangan luas halaman rumah Aaron sampai hilang dari pandangan mata. Aaron melihat area sekelilingnya bekas sisa hujan masih terasa, genangan air dimana-mana waktu juga menunjukkan pukul tiga sore.
Tapi kenapa hari ini seperti ada yang kurang seakan ada sesuatu yang Aaron lupakan tapi apa?
Langkah kakinya membawanya kembali masuk kedalam rumah tapi tetap saja ada rasa yang kurang di sekitarnya perasaan ini sudah ia rasakan beberapa hari lalu dan membuatnya sangat tidak nyaman seakan membutuhkan sesuatu yang tidak ia mengerti apa itu?.
Tiba-tiba dia terbayang senyuman dengan lesung pipi yang manis itu kenapa harus muncul di waktu seperti ini seakan Aaron merindukan ocehan cerewet Skyla di pikirannya. Otaknya sepertinya sudah rusak, Aaron menggeleng berusaha menghilangkan skyla dari pikirannya.
Aaron memejamkan mata, sesuatu yang ia hindari datang lagi, bulu-bulu di kedua lengannya berdiri, raut wajahnya mengeras, membangkitkan keinginan nya akan darah langsung muncul tiba-tiba. Aaron berlari kearah persediaan darah meminum beberapa bungkusan darah langsung tanpa menuangkannya kedalam gelas.
Untung saja Diego dan kedua putrinya sudah pulang jika tidak mereka akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya tidak yakin apakah Aaron bisa menahan untuk tidak menyerang mereka.
Beberapa kantung darah sudah habis di tangan Aaron tapi tetap saja hal itu tak membuahkan hasil apa-apa justru keinginannya akan darah kembali meningkat, beberapa kantung darah yang seharusnya ia habiskan untuk beberapa hari kedepan habis dalam waktu kurang dari satu jam.
“Darah” Desisnya. Rasanya menyiksa ia ingin darah tapi dimana ia mendapatkannya? butuh waktu beberapa hari untuk memesan cairan merah itu lagi.
Aaron mendongak keatas menampilkan taringnya yang runcing dan bibirnya yang di penuhi darah, matanya merah ia ingin darah, Sekarang.
________
Semoga harimu menyenangkan
❤