Bab 13. Jantung yang mendebarkan

1446 Kata
Bianca sedikit mendorong tubuh yang sudah menolongnya itu. "Kak Alex? Syukurlah ternyata Kakak memang baik-baik saja." Alex pun melepaskan pelukannya pada Bianca. "Gadis bodoh, memangnya kamu pikir aku bakal kenapa, hah?" Bianca mengerucutkan bibirnya. "Ya aku tidak tahu, makanya aku khawatir. Jika aku tahu Kakak akan bagaimana, apalagi tahu Kak Alex baik-baik saja, untuk apa aku khawatir?" Bibir Alex terangkat sedikit, lalu masih dipertahankannya agar Bianca tidak sampai melihat itu. "Aku lupa sudah izin sama Robi untuk pulang tadi. Jadi balik lagi." Alex sebenarnya hendak pergi ke bar untuk melampiaskan amarahnya seperti biasa. Namun, mendengar kekhawatiran Bianca yang terus memanggil namanya, Alex pun memutuskan untuk kembali. Alex bahkan ingin sekali cepat melihat wajah Bianca yang tengah bercanda dengan Mona perihal memiliki anak 11. Bianca menatap Alex bingung. Masa iya seorang Alex bisa melakukan hal sekonyol itu? Namun, bukankah Alex juga manusia? pikir Bianca. "Oh, ya sudah. Syukur deh kalau begitu." Alex menarik tangan Bianca. "Sini, aku mau menunjukkan sesuatu." Alex membawa Bianca ke kamar mereka. Dibukanya pintu balkon kamar itu, nampak pemandangan yang menakjubkan dari atas. Pemandangan yang menampakkan keindahan alam yang berada di belakang rumahnya. "Oh my God, ini sungguh seperti surga." Bianca tak bisa berkata-kata lagi selain hanya membuka mulutnya menatap keindahan alam itu. "Itu tempat apa memangnya, Kak?" "Itu hanya sebuah taman, rumah ini terletak di belakang taman itu." "Aku baru lihat tamat seindah itu." Alex menoleh pada Bianca yang masih menatap takjub pada pemandangan di depannya. Padahal, menurut Alex itu masih belum ada apa-apanya dibanding pemandangan yang sering dilihatnya di beberapa negara. "Kamu bisa melihatnya terus mulai sekarang." Bianca pun menoleh pada Alex. "Terima kasih, Kak. Terima kasih karena Kak Alex sudah mengizinkan aku menikmati semua ini, walau hanya sementara." Bianca memejamkan matanya menghirup udara segar di sore hari itu. Sedang Alex memalingkan wajahnya karena Bianca lagi-lagi mengatakan dirinya hanya sementara menjadi istri Alex. Ingin sekali Alex mengatakan jika dirinya ingin Bianca selalu bersamanya. Namun, Alex sadar dirinya sendiri lah yang membuat Bianca takut. "Oh, iya. Apa Kak Alex sudah menemukan keberadaan Kak Melinda?" Deg! Alex bingung. Jika dirinya mengatakan sudah mengetahui dimana Melinda, Alex yakin Bianca akan pergi meninggalkannya. Dengan begitu, Brian pasti dengan mudahnya mendekati Bianca. Entah mengapa, Alex begitu tak rela. "Belum." Bianca menghirup udara segar itu lagi. "Sebenarnya dia kemana sih? Mamah dan Papah juga tidak ada memberiku kabar sama sekali." Alex kembali menoleh pada Bianca setelah mendengar lirihan gadis itu. Mungkinkah nasib mereka tidak jauh berbeda? Alex pun ingat akan sesuatu yang dirinya minta pada anak buahnya. "Apa Robi sudah menyelidiki hubungan Bianca dengan keluarga Melinda, ya?" batin Alex, pria itu pun langsung mengirim pesan itu pada sang asisten tentang titahnya hari itu. "Tapi kenapa aku harus memikirkan mereka? Bukankah mereka pun tidak memikirkanku?" lirih Bianca lagi, lalu menoleh pada Alex. "Kak Alex, apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Maksudku ... aku ingin istirahat, apa ada yang harus aku lakukan?" Tring!! Pesan dari Robi, membuat Alex cepat-cepat membukanya. Kening Alex terlihat mengerut melihat isi pesan itu. Alex menarik napasnya dalam. "Tidak, kamu istirahatlah. Ada hal yang perlu aku lakukan di ruang kerjaku." Bianca mengangguk. "Baiklah." Bianca mulai berjalan. Alex menatap penampilan Bianca dari atas hingga ujung kakinya. Tidak Alex pungkiri jika Bianca jauh lebih cantik dari Melinda. Mungkin selama ini kecantikan Bianca masih tersembunyi karena tidak pernah berdandan seperti Melinda. "Bianca." Bianca menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Alex. "Ya, Kak." Alex menelan salivanya begitu ragu. "Terima kasih." Bianca mengerutkan keningnya. "Terima kasih untuk apa?" Alex semakin menelan salivanya. Pria itu merutuki kebodohannya karena lidah dan mulutnya begitu susah untuk hanya sekedar memuji Bianca. Padahal dalam hatinya Alex memang mengagumi kecantikan Bianca. "Untuk semuanya," ucap Alex, lalu ikut beranjak setelah membuat Bianca bingung. "Oh." Bianca sampai menggaruk kepalanya yang tak gatal saking bingungnya dengan ucapan Alex. Alex kembali menoleh. "Kamu hari ini cantik sekali, Bi," ujar Alex pada akhirnya, lalu berlalu seperti anak kecil yang ketakutan dimarahi orang tuanya. Bianca semakin berdiri mematung. Gadis itu pun mengamati penampilannya yang memang sedikit berbeda. Namun, lagi-lagi Bianca tak ingin terlalu ke geeran. "Ya, mungkin aku hari ini cantik. Tapi Kak Melinda setiap hari cantik, bukan?" Bianca kembali melangkahkan kakinya tidak ingin terlalu dalam menanggapi ucapan Alex. Brak!! Alex menutup pintu ruang kerjanya, dengan cepat Alex membuka dasi dan jasnya. Diraihnya minuman yang selalu membuatnya menyegarkan otak dan pikiran Alex. Alex mengusap wajahnya mengingat ucapannya barusan pada Bianca. "Apa aku sungguhan menyukainya?" Alex meneguk minuman itu berkali-kali agar Bianca pergi dari pikirannya. "Argh!! Apa yang terjadi denganku?" Alex terus meneguk minuman itu sampai melupakan pesan yang dikirim oleh Robi tadi. Padahal niat awalnya Alex ingin mengetahui lebih detail arti pesan dari Robi. Namun, keberadaan Bianca memang mampu mengalihkan dunia Alex. Begitu pun dengan Bianca yang terus memikirkan pujian Alex. Gadis itu berkali-kali menatap penampilannya di cermin. Tidak dipungkirinya, penampilan Bianca kali ini memang luar biasa. "Apa aku sungguh cantik?" Bianca pun merebahkan tubuhnya di kasur big size kamar itu. "Ouh, ini nyaman sekali. Aku memang seperti tengah berada di surga, bukan?" Bianca mengguling-gulingkan tubuhnyabdi karus empuk itu. Sampai akhirnya Bianca mulai lelah. Matanya tak tahan lagi menahan kantuk. Beberapa jam berlalu. Alex memasuki kamar itu dengan sempoyongan karena terlalu banyak minum. Sial! Alex harus menatap keindahan tubuh Bianca yang tengah memejamkan mata itu. Bianca tidak sadar jika bajunya terangkat sampai menampakkan keindahan tubuh bawahnya. Berkali-kali, Alex menggelengkan kepala agar pikiran ngeresnya pergi. Sayang, pengaruh alkohol itu membuat Alex menginginkan Bianca. Dengan ragu, Pria itu menghampiri Bianca. "Bianca Hunsel, ternyata kamu memang cantik," ujar Alex dengan mencoba mengelus pipi Bianca yang begitu halus. "Apa aku sungguhan mencintaimu?" Usapan tangannya mulai turun ke bibir Bianca. Bibir merah muda yang menggoda, membuat Alex semakin menginginkan gadis itu. Apalagi selama pernikahan mereka, Alex sudah menahan hasratnya dari wanita manapun termasuk Bianca. Tangan Alex masih di bibir merah muda Bianca. "Bianca, aku mencintaimu." Dengan lembut, Alex menempelkan bibirnya pada bibir itu. Sialnya, Alex malah menginginkan yang lebih dari itu. Aroma tubuh Bianca yang khas, membuat libido Alex semakin ingin yang lebih dari hanya sekedar kecupan di bibirnya. Merasa ada yang menindihnya, Bianca membuka matanya perlahan. Jelas Bianca terkejut karena wajah Alex sudah berapa di depan wajahnya. "Huwaaa!" Dengan gerakan cepat, Bianca bangkit dan menghalangi tubuhnya dengan kedua tangan. "Kak Alex mau apa?" Alex berdecak dan segera sadar, lalu memalingkan wajahnya dari Bianca. "Maaf, Bi. Aku mabuk." Alex kembali berdiri, namun, Alex memang benar-benar mabuk. Alex berjalan dengan sempoyongan. Bianca ingin sekali membantunya, tapi ragu dan takut. "Kak Alex tidak apa-apa?" Alex tak menyahuti pertanyaan Bianca dan tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka berharap keadaannya stabil. "Aku baik-baik saja." Bianca tak tega karena Alex berjalan begitu sempoyongan. Dengan ragu gadis itu mengikuti Alex ke kamar mandi. Walau ragu, tapi Bianca tidak bisa membiarkan sendiri dalam keadaan seperti itu. Brugh! "Kak Alex!" Bianca pun meraih tubuh Alex yang terjatuh, teerpaksa Bianca membantu pria itu berjalan, lalu membawanya ke tempat tidur mereka. Alex menepiskan tangan Bianca. "Minggir, Bi." "Tapi Kak--" "Minggir, Bianca! Atau aku tidak akan bisa melepaskan kamu lagi." Bianca menatap Alex yang matanya sudah dikuasai alkohol. Bianca tahu bagaimana keadaan orang yang tengah mabuk. Beruntung Alex sudah terbiasa dengan minuman itu, sehingga Alex masih bisa sadar walau sedikit. Brugh!! Akhirnya Alex tersungkur di kasu. Bianca segera menghampiri dan membenarkan posisi Alex. Bianca pun membuka sepatu Alex yang sudah benar-benar tak sadarkan diri. "Ya Tuhan ... kenapa Kak Alex harus mabuk seperti ini, sih?" Bianca menarik selimutnya untuk Alex. "Aku memang anak pembawa sial, tapi aku mohon, peluk aku mommy." Bianca yang hendak pergi pun, menoleh pada Alex yang bergumam. Bianca membekap mulutnya mendengar lirihan dari mulut Alex yang begitu menyayat. Bianca tidak menyangka jika batin seorang Alex begitu tersakiti oleh ibu kandungnya. "Kak Alex." Bianca semakin tak tega untuk meninggalkan pria itu, Bianca mencoba mendekati pria itu lalu memeluknya seperti yang diucapkan oleh Alex. "Semoga ini lebih baik, Kak." Bianca juga mengusap lembut kepala Alex seperti seorang ibu pada anaknya. "Tidurlah, Kak. Aku janji, selama kamu belum memintaku pergi, aku akan tetap bermamu." Bianca pun ikut terlelap dengan memeluk erat tubuh tinggi besar itu. Tanpa Bianca sadari, jika Alex sebenarnya masih sadar. Alex pun mengeratkan pelukannya pada Bianca dan kembali menutup mata dengan harapan bermimpi indah. Tengah malam, Bianca terbangun. Gadis itu lega karena Alex begitu pulas dalam dekapannya. Bianca semakin yakin jika Alex memang menginginkan kasih sayang dari mommynya. "Semoga kamu bisa cepat bahagia, Kak," ujar Bianca mengusap wajah Alex dengan lembut, namun, Bianca terkejut karena Alex menghentikan usapan tangannya. "Kak Alex, kamu sudah bangun?" Bianca hendak beranjak menghindari Alex, tapi Alex tidak membiarkannya. Dengan cepat Alex menarik tubuh Bianca dan menempelkan tubuh itu pada tubuhnya. Jantung Bianca berdetak kencang karena Alex menatapnya dengan sorot aneh. Sorot mematikan yang membuat jantungnya semakin berdebar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN