Bab 1. Terpaksa menggantikan sang kakak
"Saya terima nikah dan kawinnya Me ...." pengantin pria menghentikan ucapannya karena hampir salah sebut nama mempelai wanitanya. "Saya terima nikah dan kawinnya Bianca Hunsel binti Jo Hunsel dengan maskawin tersebut di bayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah."
"Sah."
Gadis bermata tajam bernama Bianca memejamkan matanya karena kini statusnya sudah menjadi istri dari calon kakak iparnya. Bianca terpaksa menikah dengan pria yang tidak dicintainya karena sang kakak yang pergi entah kemana. Demi menjaga nama baik keluarga, Bianca harus rela menjadi pengantin pengganti dari pria bernama Alex William Smith.
"Kamu kemana sih, Kak?" Bianca meremas baju pengantin yang seharusnya dipakai sang kakak di hari pernikahannya Alex.
Satu jam sebelumnya ...
Bianca menghela napasnya panjang saat sang kakak memintanya membawakan minyak angin. Bukan tanpa alasan, karena Melinda sudah banyak sekali minta ini dan itu pada Bianca sebelumnya. Kini, Bianca sedikit kesal karena sang kakak minta tolong kembali.
"Ini, Kak."
Melinda menatap Bianca cemas. "Tolong usapkan di punggung belakang aku, Bi. Sepertinya aku masuk angin."
Setelah selesai, Bianca kembali ke tempat ramai dan membiarkan Melinda kembali bersiap setelah sebelumnya ke kamar mandi terlebih dahulu. Bianca kembali dibuat kesal karena orang tuanya meminta Bianca menyuruh Melinda bersiap-siap karena pengantin pria sudah datang. Gadis itu dibuat terkejut mendapati Melinda hendak melompat dari kamar.
"Kak Mel, apa yang kamu lakukan?"
Melinda memalingkan wajahnya, lalu kembali duduk di kursi make up-nya. "Tidak ada, aku hanya mau lihat pengantin prianya sudah benar-benar datang apa belum. Kan kelihatan dari ini."
Bianca menatap Melinda agak aneh. "Ya sudah, Mamah meminta Kakak segera keluar."
Melinda mengangguk, dan meminta Bianca keluar lebih dulu dengan dalih dirinya akan bersiap-siap dulu. Beberapa menit berlalu, Bianca cemas karena tatapan mata sang mamah begitu tajam padanya. Bianca pun kembali bangkit ke kamar pengantin sang kakak.
"Kak Mel." Bianca menelan salivanya mengamati keadaan kamar yang sepi. "Kak Melinda!"
Pandangan Bianca pun tertuju pada gaun yang berada di atas kasur pengantin Melinda. Dengan langkah gontai, Bianca menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Melinda. Bianca akhirnya sadar jika sang kakak ternyata pergi lewat jendela yang tadi.
"Bianca, kok kamu malah diem aja, sih? Mana Melinda? Pengantin prianya sudah masuk aula."
Bianca menatap sang mamah dengan bingung. "Kak Melinda enggak ada, Mah."
"Apa??"
Kepanikan mulai terjadi karena pengantin wanitanya tidak ada. Bianca, yang memang masih adik dari Melinda pun diminta orang tuanya untuk menjadi pengantin wanitanya menggantikan sang kakak. Awalnya Bianca menolak, tapi pada akhirnya gadis itu tidak punya pilihan.
"Ok, fine! Aku akan menikah dengan Kak Alex," ujar Bianca pada akhirnya mengakhiri perdebatan antara mamah dan papahnya.
Bianca tidak menyangka jika dirinya akan menjadi pengantin wanita dari calon kakak iparnya, padahal Bianca belum berpikir untuk menikah sama sekali. "Ya Tuhan ... kenapa ini harus terjadi padaku?"
Bianca menoleh pada pria yang sudah berstatus suaminya yang juga tengah menatapnya penuh arti. Terlihat jelas kemarahan dari pria itu karena mungkin Alex tidak menginginkan mereka menikah. Namun, mereka terpaksa menerima pernikahan itu untuk menjaga nama baik keluarga mereka di depan para tamu.
Dengan berat hati, Bianca melangkahkan kakinya menghampiri sang suami seperti yang diarahkan oleh penghulu. "Kak Alex, aku--"
"Tidak perlu banyak bicara karena aku yakin kamu tahu kemana Melinda, bukan?" bisik Alex ditelinga Bianca saat gadis itu baru sampai ke hadapannya.
"Apa maksudmu, Kak?"
Alex menarik tubuh Bianca, lalu mengecup kening gadis itu dengan terpaksa. "Aku pastikan kamu menyesal karena sudah menyembunyikan Melinda."
Dada Bianca kembang kempis mendengar ucapan Alex yang tidak bersahabat. Bianca tahu jika hubungannya dengan Alex tidak akan baik-baik saja, selain karena mereka belum saling mengenal, Bianca juga bisa menebak orang seperti apa pria yang menikahinya itu.
"Kuat, Bi. Kamu pasti baik-baik saja," ujar Bianca dalam hatinya.
***
Brak!!
Pintu kamar pengantin itu ditutup dengan kencang. Bianca hanya bisa mengusap dadanya berharap masih ada nasib baik yang membersamainya setelah menikah dengan pria yang seharusnya menjadi kakak ipar itu. Namun, nyatanya pria itu kini malah berstatus suaminya.
Bianca terkejut saat Alex langsung menyerangnya dan mendorongnya. "Ada apa, Kak?"
Alex menekan dorongannya pada tubuh Bianca. "Katakan dimana Melinda?"
Bianca menelan salivanya melihat sorot mata Alex yang bagai singa hendak menerkamnya. "Apa maksudmu, Kak? Aku tidak tahu. Akh!"
Alex mencengkeram erat dagu Bianca. "Kau pikir aku tidak tahu rencana kalian, hah? Kau pikir aku tidak tahu jika kalian sengaja menyembunyikan Melinda? Katakan dimana Melinda?"
Bianca meringis karena Alex mencengkeram dagunya sedikit kuat. "Lepas, Kak! Kamu menyakitiku. Argh!!"
Alih-alih mendengar ucapan Bianca, Alex malah semakin mengeratkan cengkeramannya pada dagu Bianca. "Apa yang kau pikirkan tentang pernikahan ini, hah? Kau pikir aku akan memperlakukan'mu dengan baik? Ingat Bianca, aku menerima pernikahan ini hanya untuk menjaga nama baik keluarga. Jadi jangan berpikir aku akan menerimamu karena sampai kapanpun aku tidak sudi bersanding denganmu."
Bianca menahan sakit akibat cengkeraman Alex di dagunya. "Sakit, Kak. Lepas!"
"Kau sendiri yang datang padaku, jadi jangan harap aku akan melepaskanmu sebelum kamu mengatakan dimana Melinda. Jadi cepat katakan dimana Melinda?" sentak Alex lagi dengan kembali menarik rambut Bianca sampai wajah gadis malang itu menengadah.