Leonardo dan Maria bergegas pergi menuju atap Rumah sakit dan saat sudah berada disana mereka terkejut karena sudah banyak monster yang mengepung rumah sakit ini.
"Bukannya tadi kau bilang kalau mereka berjumlah seribu?" tanya Leonardo memastikan.
"Memang," jawab Maria.
"Ini lebih banyak dari seribu."
Memang benar apa yang dikatakan Leonardo tepat didepan mata mereka terpampang lautan monster yang jumlahnya kurang lebih sekitar dua ribu. Entah bagaimana jumlahnya bisa bertambah tapi Maria menggigit bibirnya karena tidak memperkirakan kalau Diablo akan mengerahkan semua pasukannya yang berada di negara ini hanya untuk membawa Arif pergi. Tidak lama setelah itu Arif, Ryan, dan Dave sampai diatap dan mereka berlari menghampiri Leonardo dan Maria mereka terkejut saat melihat lautan monster diluar gerbang rumah sakit.
"Woy, woy, woy ini terlihat lebih banyak dari pada yang kau katakan tadi," ucap Dave.
"Leo, apa lebih baik kita mundur saja?" tanya Ryan.
"Bukankah itu memang tencana kita? tapi aku tidak yakin kita bisa pergi dari sini dengan monster sebanyak itu," jawab Arif.
"Kau benar, aku malah menghawatirkan para gadis itu," ucap Leonardo.
"Sama ... Leo, Dave apa kalian mau mengabulkan permintaanku?" tanya Arif.
"Apa itu?" tanya Leonardo.
"Bisa kah kalian pergi untuk melindungi gadis-gadis itu?"
"Apa yang kau katakan?" tanya Dave terkejut, "Kau akan melawan mereka sendirian?"
"Apa kau lupa apa yang terjadi terakhir kali kau berusaha melawan mereka sendirian?" tambah Leonardo.
"Tentu saja aku tahu, tapi aku lebih khawatir dengan keadaan mereka. Terutama Mio, dia tidak akan bisa bertarung dengan keadaannya yang sekarang," ucapku.
"Kalian tidak perlu khawatir, aku akan membantu Arif untuk melawan mereka. Selain itu ada gadis ini yang akan membantu kita," ucap Ryan sambil melihat ke arah Maria, "Kau akan membantu kami, kan?"
"Tentu saja, tujuanku adalah melindungi Kak Arif sampai dia bertemu dengan kakakku. Dan kalian juga," jawab Maria.
"Kenapa kakakmu sangat ingin bertemu denganku?" tanya Arif.
"Untuk itu aku tidak bisa menjawabnya, Kau akan tahu setelah kau bertemu dengannya," jawab Maria sambil tersenyum lebar.
"Sudahlah tidak ada waktu, Kalian berdua cepat susul gadis-gadis itu. Masalah disini serahkan saja padaku dan Kak Arif dan teman badutnya ini," ucap Maria.
Mendengar dirinya disebut badut membuat Ryan marah."
"Woy, siapa yang kau panggil badut?" teriak Ryan.
"Sudahlah, kalian bertengkarnya nanti saja, Leo, Dave cepat!" ucap Arif.
Leonardo dan Dave segera pergi meninggalkan kami setelah mereka menghilang dibalik pintu Arif menatap lautan monster itu dengan tatapan khawatir.
"Kau yakin tentang ini?" tanya Ryan.
"Tidak. Tapi apa kita mempunyai pilihan?"
"Kurasa tidak," ucap Maria.
"Aku harap kita mempunya pasukan juga, meski tidak banyak setidaknya mereka tidak akan terlalu fokus pada kita," ucap Arif.
"Untuk itu serahkan saja padaku," ucap Maria.
Lalu dia menghunus pedangnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi tidak lama listrik keluar dari ujung pedang itu dan menyambar kesegala arah dan membentuk lingkakaran sihir dan setelah itu muncul monster berjumlah sekitar sepuluh monster keluar dari lingkaran itu. Arif dan Ryan yang melihat hal itu merasa kagum.
"Kau bisa memanggil monster?" ucap Ryan kagum.
"Iya, tapi mereka adalah monster yang telah aku bunuh," jelas Maria.
"Berapa maksimal monster yang bisa kau panggil?" Tanya Arif.
"Maksimal tiga belas."
"Tiga belas? bukannya mereka hanya ada sepuluh?" tanya Ryan.
"Tidak ... tiga belas."
Setelah Maria berkata seperti itu tepat diatas mereka muncul tiga ekor monster lagi. Monster-monster itu adalah dua ekor naga dan satu buah ekor burung. Arif dan Ryan menatap Maria dengan tatapan kagum saat Arif melihat ke arah kumpulan monster itu dia melihat ada seseorang berdiri didepan para monster itu dan dia mengenali orang itu. Dia adalah Diablo, iblis yang menyerangnya beberpa hari yang lalu jadi dia yang memperintah para monster itu.
"Menyerahlah manusia, kalian tidak akan bisa mengalahkan pasukanku," ucap Diablo.
Entah bagaimana suara Diablo menjadi sangat keras sampai-sampai semua orang yang berada di dalam rumah sakit itu bisa mendengarnya.
"Suara siapa itu?" tanya Rebeka terkejut.
"Aku rasa itu suara dari pemimpin monster-monster itu," jawab Leonardo.
"Kita tidak ada waktu lagi, ayo cepat!" ucap Dave.
Mereka sekarang sedang berjalan menuju belakang rumah sakit tapi saat Dave membuka pintu belakang sedikit untuk melihat keadaan diluar dia terkejt karena terdapat pasukan monster sedang terbang diatas pagar rumah sakit.
"Gawat, mereka sudah mengepung tempat ini," ucap Dave.
"Sekarang bagaimana?" tanya Mio.
"Kita kembali, dan Rebeka dan Dian kalian pergi bersembunyi dengan Mio. Sisi ikut aku dan Dave untuk berkumpul dengan Arif, Ryan, dan gadis itu!" ucap Leonardo.
"Baik," ucap mereka bersamaan.
Merekapun berpencar dan setelah mereka sampai diatap mereka terkejut karena melihat ada tiga belas monster berdiri dibelakang Ryan, Arif, dan Maria.
"Ryan, Arif apa yang terjadi? kenapa ada monster berdiri dibelakang kalian?" tanya Dave.
"Ah, mereka adalah monster panggilan, asek monster panggilan. Milik Maria," jawab Ryan sabil sedikit melawak.
"Ah, sepeti itu," ucap Sisi," sambil berjalan mendekati mereka diikuti oleh Leo dan Dave.
"Jadi dia pemimpinnya," ucap Sisi.
"Yap," ucap Maria.
"Dia tampan," ucap Sisi dengan mata melotot.
Mendengar hal itu membuat semua orang disitu melihat Sisi dengan ekspresi seolah berkata "Really?" Sisi hanya membalas pandangan mereka dengan senyuman tanpa rasa bersalah.
"Menyerahlah, dan kami tidak akan menyakiti kalian," ucap Diablo.
"Maria, bagaimana kita bisa mendengar ucapannya meski kita berada lumayan jauh darinya?" tanya Ryan.
"Alat sihir," jawab Maria.
"Alat sihir? apa kau punya?" tanya Arif.
"iya, seperti ini," jawab Maria sambil memperlihatkan sebuah bola yang dia ambil dari kantong belakangnya.
"Bisa kau aktifkan? aku ingin bicara dengannya," ucap Arif.
"Bisa,"
Setelah itu Maria menekan sebuah tombol pada salah satu sisi bola itu dan bola itu memancarkan sinar hijau dan bola itu mulai melayang. Lalu Maria menyerahkan bola itu kepada Arif.
"Aku tinggal ngomongkan?" tanya Arif.
"Benar," jawab Maria.
"Baiklah, e, cek-cek apa kalian medengarku?" ucap Arif.
"Ya, aku mendengarmu," jawab Diablo.
"Baiklah, Diablo, jangan harap kami akan menyerah begitu saja."
"Ooh, kenapa kau begitu yakin?"
"Karena kalau kami menyerah ceritanya akan tamat dan authornya gak dapet duit."
"Hah?"
"Gak, bercanda ... yang ingin aku katakan adalah. Kami tidak akan menyerah, karena kami tidak percaya kalau kalian tidak akan menyakiti kami."
"Hoo, seperti itu. Jadi kalian memilih mati."
"Tidak, yang akan mati adalah kau."
"Baiklah, kalau begitu coba saja."
"Dan satu hal lagi."
"Apa itu?"
Arif berjalan beberapa langkah lalu kaki kanannya maju kedepan dan kaki kirinya mundur kebelakang dan badannya menghadap ke samping kiri tangannya lurus kedepan sambil menunjuk Diablo.
"CURANG ANJIR, MAINNYA KROYOKAN!" teriak Arif marah.
Mendengar hal itu membuat teman-temannya yang berada dibelakang tertawa terbahak-bahak.
"Di saat seperti ini kau masih bisa melawak," ucap Ryan sambil tertawa.
"Yah, Kakak memang sudah sembuh 100%" ucap Sisi.
Diablo dan monster-monster yang mendengar hal itu hanya berdiri dengan tatapan bingung.
"Leo, apa amunisi kita cukup?" tanya Arif.
"Aku rasa tidak," jawab Leo.
"Ok, apa kalian siap?" tanya Arif.
"Tidak," jawab Leo, Ryan, dan Sisi bersamaan.
"Bagus, serang!"
"Serang," ucap Diablo.
Dan seketika pasukan monsternya berlari dan berusaha untuk menjebol pagar sedangkan monster yang bisa terbang meluncur menuju ke arah Arif dan yang lainnya, monster-monster yang dipanggil oleh Maria juga sudah mulai berlari dan terbang menyambut grombolan monster itu. Sedangkan Sisi, Leo, Ryan, dan Arif menembakki mereka dari atap. Pagar besi itu roboh dan para monster itu berlari ke arah mereka.
"Jangan biarkan mereka masuk ke dalam rumah sakit!" perintah Arf.
Seketika Ryan, Maria, dan Arif melompat Maria mendarat dengan mulus sedangkan Ryan dan Arif terbang dengan kekuatan mereka. Arif memotong sayap setiap monster yang terbang mendekatinya sedangkan Ryan menembaki mereka dengan panah anginnya. Maria berlari dan saat dia sudah berada didepan para monster itu dia mengayunkan pedangnya dengan sangat ringan memotong kepala, tangan, kaki para monnster itu. Dia melihat ada salah satu monster yang mengayunkan gadanya ke arahnya Maria melompat ke belakang dan saat gada itu melewatinya dia melompat ke atas dan mendarat digada itu dan saat kakinya bau sepersekian detik menyentuh permukaan gada dia kembali melompat dan mengayunkan pedangnya dari atas kebwah. Kepala monster itu terbelah menjadi dua dan terjatuh Maria menghentakkan kakinya dan melesat ke depat.
Saat masih melesat itu dia mengayunkan pedangnya sambil berputar dan setiap monster yang terkena sabetan pedangnya itu langsung terkapar tidak bergerak. Saat dia mendarat juga hentakan kakinya membuat udara meledak dan membuat monster-monster disekitarnya terpental beberapa meter Maria tidak menghentikan serangannya dia terus berlari, melompat, berputar gerakannya seperti sedang menari dan setiap dia menggerakkan tubuhnya selalu diikuti dengan teriakan dan darah yang muncrat kemana-mana.
Maria mendarat dengan kaki kanannya dan langsung mengayunkan pedangnya dari bawah ke atas. Angin yang yang tercipta dari gerakan itu membuat siapapun dan apapun yang berada di jalurya terbelah menjadi dua dan saat angin itu menabrak seekor monster yang tengah berdiri didepannya angin itu meledak dan ledakannya juga sangat kuat. Hal itu mendeskripsikan betapa kuatnya lengannya Maria berlari lagi dan mengayunkan pedangnya secara mendatar angin melesat dari tebasan itu dan memotong empat monster didepannya sekaligus.
Salah satu monster mengayunkan pedangnya ke punggung Maria. Maria yang menyadari hal itu menahan ayunan pedang itu dengan pedangnya yang berada di atas kepalanya monster yang melihat serangannya ditahan dengan mudah terkejut. Maria mendorong pedang itu dan monster itu terdorong kebelakang beberapa langkah saat dia sudah mendapatkan keseimbangannya kembali dia tidak menyadari kalau Maria sudah melompat ke aranya dan dia memotong kepala Monster itu. Setiap serangan Maria selalu mengarah ke leher atau ke titik vital para monster itu dan mengakibatkan mereka mati dengan sangat cepat .
Salah satu monster dengan tingi tiga kali tinggi Maria berlari kearahnya dan mengayunkan jangkar yang dibawanya kearah Maria. Maria yang melihat hal itu langsung melompat dan lompatannya itu sangat tinggi sampai-sampai menyamai tinggi monster yang menyerangnya Maria mengayunkan pedangnya dari atas kebawah tapi serangannya dapat ditahan oleh monster itu. Maria terkejut dengan hal itu monster itu mendorong Maria sampai dia terpental cukup jauh monster-monster yang melihat Maria terhempas kearah mereka bersiap menyambutnya dengans senjata mereka. Maria menyadari hal itu dan dia memutar tubuhnya dan saat tombak monster itu hampir mengenai tubuhnya dia menangkis dengan pedanya dan membuatnya terangkat keatas dan melewati tombak itu.
Maria sekarang berada di udara dengan posisi kepala menghadap keata dan kaki ditekuk. Ada salah satu monster yang berusaha menebas kaki Maria tapi serangan itu berhasil ditangkis dan tubuh Maria kembali berputar saat tubuhnya masih berputar ada salah satu monster melompat dan menendangnya. Maria yang tidak sempat menghindar hanya mampu menangkis dengan tangannya yang dia bentuk menyilang didepan kepalanya. Karena posisi Maria sedang berada di udara dia terdorong dengan cukup keras ketanah Maria membuka matanya dan melihat monter yang tadi menendangnya siap untuk menindihnya Maria yang melihat hal itu langsung berguling kekanan dan monster itu mendarat dengan kedua kakinya pendaratannya itu mengakibatkan suara ledakan yang sangat besar sampai-sampai tanah yang dihantamnya terangkat keatas.
Maria bengkit tapi saat dia sudah berdiri monster besar tadi sudah berada disebelahnya dan dia mengayunkan jangkarnya kearah Maria. Maria yang menyadari hal itu melompat ke belakang dan saat jangkar itu melewatinya dia melesat kedepan monster yang melihat musungnya melesat kearahnya kembali mengayunkan jangkarnya dari atas kebawah Maria melihat serangan itu dan dia memutar badannya kesamping kiri dan tangan kanannya bersiap untuk menebas. Jangkar itu meluncur melewati tubuhnya dan Maria mengayunkan pedangnya secara mendatar dengan tatapan membunuh yang sangat tajam.
Jangkar itu menghantam tanah dan mengakibatkan cekungan yang tidak begitu dalam disana dibarengi Maria yang telah menyayat peru sebelah kenan monster itu dan sekarang dia sudah berada dibelakang monnster itu. Maria memitar badannya lalu melompat sambil tengan kanannya berayun dari bawah keatas dan menyayat punggung monster itu darah menyembur dari sayatan yang dibuat oleh Maria monster itu terjatuh. Dia tidak berhenti disitu saja setalah berhasil menyayat punggung monster itu Maria menusukkan pedangnya tepat di bekang lehernya setelah menusuk leher monster itu Maria mencabut pedangnya dan dia tetap berdiri diatas monster yang barus saja dikalahkannya dia menatap sekitar para monster yang mengelilinginya bergerak mundur tiga langkah.
Maria melihat salah satu monsternya telah terkapar ditanah. Dia mengembuskan nafas berat kemudian listrik keluar dari ujung pedangnya bersamaan dengan itu tepat di sayatan tubuh monster yang berada dibawah kakinya itu muncul sebuah tulisan yang sangat sulit untuk dibaca atau lebih tepatnya tidak ada yang bisa membacanya saat tulisan itu sudah berada disekujur tubuh monster itu tulisan itu menghilang dan monster itu mulai bergerak dan berdiri dia mengambil jangkarnya dan mulai menyerang monster-monser yang berada disekitarnya dengan membabi buta. tanah membumbng tinngi setiap jangkarnya membentur tanah diiringi dengan ledakan besar.
Maria melompat dari punggung monster itu dan kembali menyerang monster-monster disekelilingnya gerakannya sangat lincah dan cepat sampai-sampai kebanyakan monster-monster yang berhadapan dengan tidak bisa melihat, menghindar, atau bahkan menangkis serangannya hanya beberapa saja itupun setelah diai menangkis serangannya entah kepala, tangan, atau kakinya terpotong atau dadanya memucratkan darah karena terkena sabetan pedang Maria.