“Sejak kapan kau menyiapkan serangan itu?” Tanya Mio.
“Saat Fanrir menjelaskan tentang sihir yang digunakan oleh Ryan tadi. Serangan barusan memerlukan waktu untuk menggunakannya jadi aku memanfaatkan waktu itu dengan baik,” jelas Arif.
Saat Arif menjelaskan hal itu dia merasakan hawa yang sangat dingin berasal dari kepulan asap di depannya. Tepat dimana Fanrir menerima serangannya secara telak. Tepat disana berdiri seekor manusia serigala dengan kondisi sudah terbakar, terdapat beberapa luka bakar di beberapa tempat. Sebagian besar berada di bagian tubuh sebelah kiri. Arif dan yang lainnya yang melihat hal itu sangat terkejut karena melihat ada orang yang bisa selamat dari serangan seperti tadi. Makhluk yang di hadapan mereka bukanlah lagi seorang manusia, tapi seekor monster. Dan dia tampak sangat marah sekarang.
“Beraninya, beraninya kalian para manusia kurang ajar. Beraninya kalian membautku seperti ini. Aku tidak akan bermain-main lagi. Kali ini aku kan menghabisi kalian,” teriak Fanrir sangat marah.
Dia mengangkat tangan kanannya dan tepat di depan telapak tangannya muncul lingkaran sihir yang sedikit lebih besar dari yang selama ini dia keluarkan. Dan di lingkaran itu muncul sebuah pedang yang berukuran sangat besar dan tinggi. Arif dan yang lainnya sangat terkejut melihat hal itu Fanrir mengayunkan pedang raksasa itu dengan mudahnya ke arah mereka. Arif dan teman-temannya langsung berlari ke kanan dan ke kiri untuk menghindari serangan itu. Setelah pedang itu membelah dan menghancurkan rumah di depannya pedang itu menghilang menjadi pecahan kristal berukuran kecil.
“Apa-apaan yang tadi itu?” Protes Dian.
“Beruntung kita tidak terkena pedang raksasa itu,” ujar Leonardo.
Fanrir berjalan ke arah Arif, Mio, dan Rebeka dengan ekspresi sangat marah dan tatapan membunuh yang kuat. Fanrir membuka telapak tangan kanannya dan tepat di telapak tangan itu muncul cahaya dan saat cahaya itu menghilang sekarang dia memegang pedang berwarna silver. Fanrir menghilang dan muncul lagi di depan Arif dan tangan yang memegang pedang terangkat ke atas dan menebas Arif. Arif langsung menangkis serangan itu dengan menggunakan ekor apinya serangan itu sangat kuat sampai-sampai membaut kaki Arif masuk ke tanah sedalam beberapa inci. Arif meringis menahan berat dari dorongan pedang itu lalu Arif mendorong pedang itu dan pedang itu terlepas dari genggaman Fanrir dan Arif langsung melancarkan pukulan berapi ke perut Fanrir. Fanrir menerima pukulan itu dengan telak dan terdorog beberapa meter ke belakang.
Mio melepaskan serangan petir dari tangannya Fanrir tidak menyadari serangan itu terkena petir milik Mio. Tapi petir itu tidak terlalu berdampak padanya Fanrir menoleh ke arah Mio dengan tatapan itimidasi. Mio yang merasakan tatapan itu secara reflek mundur ke belakang saat Fanrir berjalan menghampirinya. Tubuh Mio mengeluarkan keringat dingin, tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar, matanya terbelalak menatap manusia serigala di depannya. Fanrir mengangkat tangan kanannya, pedangnya mengarah pada Mio dan siap untuk menusuknya. Arif yang melihat hal itu mengeluarkan pistolnya dan menembak punggung Fanrir. Tembakan itu mengenainya tapi cuma menggaruk punggungnya saja. Fanrir menoleh ke arah Arif dan tubuhnya menghilang dan muncul di belakang arif.
Fanrir mengayunkan pedangnya Arif yang terlambat menyadari seragan itu hanya bisa menangkisnya dengan ekornya. Tapi, dia terpental ke depan dan menabrak Mio dan membaut mereka berdua berguling beberapa kali. Arif yang berada di atas tubuh Mio berusaha untuk bangkit. Tapi sebelum dia bisa mengangkat tubuhnya dari Mio Fanrir sudah berada di sampingnya dan mencengkram leher Arif dan mengangkatnya. Arif yang sudah hampir kehabisan nafas sudah hampir berhenti bergerak dan Fanrir langsung menusuk perut Arif dengan pedangnya. Semua orang yang melihat hal itu hanya bisa berdiri mematung tanpa bisa melakukan apapun utnuk menyelamatkannya. Setelah menusuknya Fanrir menyabut pedangnya dan melempar Arif ke sebelah kanan dengan kuat Mio yang tepat berada di bawahnya darah milik Arif muncrat ke wajahnya dan saat Fanrir melempar Arif Mio langsung melesat dengan bantuan kekuatanya dan menangkap Arif yang masih berada di udara.
Setelah Mio mendapatkannya dia langsung memeluknya dan berguling beberapa kali sampai akhrnya mereka berhenti. Saat mereka berhenti Mio langsung bangkit dan menatap ke arah Arif. Betama terkejutnya dia saat melihat mata Arif yang sudah tampak tidak hidup lagi, dia langsung menaruh jarunya pada leher Arif dan tidak merasakan detak jantungnya.
“Tidak … tidak … hoy, Rif, bangun. Jangan bercanda, INI TIDAK LUCU KAU TAU!” ucap Mio sambil berlinang air mata berharap kekasihnya itu menjawabnya. “HAAAAAAAAAAAAA!”
Mio berteriak saat mengetahui kalau kekasihnya itu telah pergi. Ryan, Dian, Rebeka, Dave, Leonardo, dan Sisi yang mendengar jeritan itu langsung mematung. Ryan, Dave, Rebeka, dan Leonardo langsung terbakar amarah sedangkan Dian dan Sisi langsung menangis. Sisi yang menangis paling keras. Ryan tanpa pikir panjang langsung memunculkan pedang sihirnya, Dave, Leonardo, dan Rebeka langsung menodongkan senjata mereka ke arah Fanrir dan melepaskan semua peluru yang ada di senjata dan yang mereka bawa. Tapi sayang senjata seperti itu tidak akan mempan terhadap Fanrir dalam wujutnya yang sekarang ini. Mereka mengeluarkan setiap peluru dari senjata yang mereka bawa sampai granat dan c4 tapi itu semua tidak terlalu berdampak terhadap Fanrir. Setelah mereka selesai menyerang Ryan langsung melesat ke arah Fanrir dengan amarah yang meledak-ledak.
Dia mengarahkan pedangnya ke depan siap untuk menusuk Fanrir dengan kedepatan yang luar biasa. Fanrir hanya menangkisnya dengan pedangnya tapi dia terbawa oleh Ryan kebelakang dengan posisi kaki masih meneyentuh tanah. Fanrir menahan dorongan itu dengan kakinya itu terlihat dari tanah yang hancur setiap kali kakinya bergesekan dengan tanah mereka baru berhenti saat sudah menabrak sebuah dinding rumah dan rumah itu hancur berkeping-keping. Fanrir tersenyum lalu mendorong Ryan, Ryanpun terdorong beberapa meter kebelakang lalu setelah berhenti dia langsung melompat ke atas dan menembak Fanrir dengan panah anginnya. Fanrir melompat untuk menghindari serangan itu.
Serangan Ryan kali ini jauh lebih kuat di bandingkan yang selama ini dia keluarkan. Karena sekarang dia sedang dimakan oleh amarahnya sendiri. Fanrir melompat ke arah Ryan yang sedang berada di udara dan bersiap untuk menyerangnya. Melihat lawannya melompat ke arahnya Ryan langsung menembakkan panah anginnnya secara beruntun. Fanrir tidak menghindar tetapi malah menangkis tembakan itu dengan pedangnya setiap pedangnya mengenai panah angin itu. Panah itu langsung menghilang atau terpental pental setiap anak panah yang terpental mengenai apapun di sekitarrnya. Dan setiap hal yang terkena anak panah itu langsung meledak.
Setelah jaraknya dengn Ryan sudah dekat. Fanrir mengayunkan pedangnya dari bawah kanan ke atas kiri dengan dua tangan Ryan menangkis serangan itu dengan pedangnya dia membalas serangan itu dengan mengayunkan pedangnya secara vertikal Fanrir menangkis serangan itu dan menyerang secara horizontal Ryan juga menangkisnya. Mereka melakukan serangan beruntun dan setiap serangannya mereka selalu menangkisnya dan hanya sedikit yang di hindari.
***
“Dimana ini?” Tanya Arif pada dirinya sendiri. “Aku tidak bisa bergerak dan merasakan tubuhku. Sial, aku harus bangun dan segera membantu yang lainnya untuk mengalahkan Fanrir … oh iya, waktu aku melawannya aku terpental dan menabrak Mio. Lalu Fanrir menusuk perutku. Berarti sekarang aku sudah mati.”
“Tidak … kau belum boleh pergi dulu.”
“Siapa itu?”
Arif mendengar suara di kepalanya. Suara itu sangat lembut, sangat ramah, dan sangat hangat. Siapapun yang mendengar suara itu akan merasa tenang.
“Masih ada yang harus kau lakukan. Kau tidak boleh pergi menemui yang lain dulu.”
“Menemui siapa?”
“Aku belum menemuimu.”
“Kau, siapa?”
“Bangun. Aku sedang menunggumu.”
“Siapa kau? kenapa kau menungguku?”
“Bangun, kau ingin mengingkari janji kita?”
“Janji apa?”
“Bangun. Teman-temanmu membutuhkanmu. Tenang saja, kau tidak sendiri. Aku dan yang lainnya selalu bersamamu.”
Arif tiba-tiba bisa merasakan hawa keberadaan orang-orang di sekitarnnya. Dia bisa merasakan rasa sakit yang di alami oleh teman-temannya. Amarah, sedih, rasa dendam, kecewa dia bisa merasakan semua itu. Air mata Mio yang berjatuhan di wajahnya, Air mata Sisi dan Dian yang berjatuhan di atas tanah, Amarah Ryan, Dave, Leonardo, Rebeka dia bisa merasakan semuanya termasuk amarah, dendam, penderitaan yang dirasakan oleh Fanrir lawannya dia juga bisa merasakannya. Rasa hangat dari tubuh Mio yang sekarang sedang memeluknya.
“Benar, ini bukan waktunya untuk berbaring saja. Aku harus menyelamatkan mereka. Bergerak … bergerak … bergerak … AYO BERGERAAAAAAK LAAAAH!”
Ryan terus melawan Fanrir dengan susah payah, sekarang tubuhnya penuh dengan luka begitu juga dengan Dave, Rebeka, Leonardo, Dian, dan Sisi. Mereka bertarung membantu Ryan untuk membalaskan dendam Arif sedangkan Mio hanya duduk sambil memeluk Arif dia tidak bisa bergerak karena rasa bersalah dan sedih yang di rasakannya. Kalau saja dia lebih kuat mungkin dia bisa menyelamatkan Arif, kalau saja dia tidak ketakutan saat Fanrir mencekik Arif waktu itu dia tidak akan mati seperti sekarang. Dia mengutuk dirinya yang tidak bisa apa-apa. Dia pikir dirinya sudah kuat, tapi ternyata itu semua tidak benar. Dirinya masih lemah, sangat-sangat lemah.
“Rif, maaf. Kalau saja aku lebih kuat ... kau tidak perlu melindungiku. Kalau saja aku tidak ketakutan waktu itu kau tidak akan seperti ini. Jika, ini hanya jika … jika kau bisa kembali lagi. Kembali padaku dan kepada yang lainnya, aku akan berusaha lebih keras untuk menjadi lebih kuat agar kau tidak perlu melindungiku lagi. Aku … aku akan menjadi perempuan yang kau inginkan, aku tidak akan mengecewakanmu. Aku akan terus bersamamu untuk selamanya,” ucap Mio sambil menahan tangisnya.
Fanrir merasakan firasat buruk saat dia melihat ke arah Mio. Dia melihat ada sesuatu yang akan bangkit pada tubuh Arif. Setelah membuat Ryan terpental beberapa meter dia membalikkan badannya dan menghentakkan tanah dan melesat ke arah Mio. Fanrir bersiap untuk menebas Mio dan Arif dalam waktu bersamaan dia mengangkat pedangnya. Mio melihat Fanrir melesat ke arahnya.
“Aku mohon … ARIIIIIIF!”
Bertepatan dengan teriakkan itu Fanrir sudah berada sangat dekat dengan dirinya dan mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah. Serangan itu menngakibatkan debu-debu berterbangan dan membaut siapapun tidak bisa melihat apa yang terjadi dengan Mio dan Arif. Dan saat asap yang di akibatkan oleh serangan itu menghilang Ryan dan yang lainnya terkejut karena pedang milik Fanrir di tahan oleh sebuah ekor berwarna merah gelap. Mio membuka matanya dan dia terkejut saat dia menoleh ke atas dan melihat serangan itu ditahan. Mio menoleh ke arah Arif dan melihat matanya sudah kembali terlihat mempunyai kehidupan tapi sekarang matanya berwarna merah dan bagian yang berwarna putih berubah menjadi hitam. Fanrir terkejut dengan apa yang terjadi ekor itu bergerak dan mendorong Fanrir dan membuatnya terlempar sejauh beberapa ratus meter dan menghancurkan beberapa rumah di area lintasannya. Arif bangun dan menoleh ke arah Mio lalu kembali menoleh ke depan dia melihat ke segala arah dan melihat ke arah teman-temannya denan tatapan kosong. Fanrir bangkit dan langsung melesat ke arah Arif menyadari ada serangan yang datang dia langsung menahan tebasan pedang Fanrir dengan ekornya lau mendorongnya Fanrir terdorong beberapa meter ke belakang.
Arif mengangkat tangannya sejajar dengan bahu dan telapak tangannya terbuka lebar mengarah ke bawah. Lalu tepat di bawah tangan itu muncul sebuah lingkaran berwarna merah dan ada sebuah gagang pedang keluar dari lingkaran itu disertai dengan aura berwarna hitam pekat. Pedang itu terus naik ke atas dan setelah hampir sebagian pedang itu muncul Arif menurunkan tangannya dan langsung memegang gagang pedang itu lalu menariknya. Saat pedang itu sudah di tarik secara keseluruhan tepat di belakang Arif terjadi sebuah angin yang sangat kencang akibat dari tarikan pedang itu dan membuat Mio terhempas ke belakang. Arif langsung menghilang dan muncul tepat di depan Fanrir dengan tangan kanan memegang pedang dan terangkat ke kanan lalu berayun ke bawah Fanrir menangkis serangan itu. Tapi setelah serangannya berasil di blok Arif menghilang lagi dan muncul di belakang Fanrir dan langsung mengayunkan pedangnya secara horizontal Fanrir berbalik dan menangkis serangan itu. Arif menghilang lagi dan muncul di belakang Fanrir menyadarinya dan langsung berbalik dan mengayunkan pedangnya secara vertikal Arif menghilang untuk menghindari serangan itu. Gerakan Arif sekarang menjadi lebih lincah dari pada sebelumnya dan lebih cepat Fanrir sampai kewalahan untuk menanganinya karena kesal Fanrir memukul tanah dengan tangan kirinya dan menyebabkan ledakan besar. Ledakan itu membuat tanah di sekitarnya terangkat ke atas Aif lalu muncur beberapa meter ke belakang untuk menghindari serangan itu.
“Kau? siapa kau sebenarnya?”
Arif hanya diam tidak menjawab pertanyaan itu.
“Pedang itu. Bagaimana kau memilikinya?”
Arif tetap tidak menjawabnya. Dari pada tidak menjawab lebih tepatnya dia tidak mengeluarkan suara sama sekali. Pedang yang dipegang oleh Arif sekarang adalah katana dengan gagang berwarna hitam dengan tali berwarna merah. Arif mengayunkan pedangnya dari bawah ke atas dan sebuah tebasan merah darah dan hitam pekat di bagian belakang dan membentuk kobaran api di ujungnya melesat ke arah Fanrir dengan ukuran yang cukup besar melihat serangan itu Fanrir melompat ke kanan dan saat yang sama ketika dia mendarat satu serangan lagi meluncur ke arahnya sekarang dengan posisi mendatar.
Fanrir melompat dan serangan itu terbang melewatinya tapi Ari sudah bersiap di atasnya dengan pedang berada di atas dan di genggam oleh kedua tangannya Arif langsung mengayunkan pedangnya dari atas kebawah di iringi oleh garis hitam di ujung pedangnya. Serangan itu mengakibatkan tanah di bawahnya terangkat ke atas dengan diikuti oleh pancaran berwarna merah darah dai bawah ke atas dan sebuah suara ledakan. Fanrir muncul di belakang Arif dengan kondisi tangan kirinya terpotong sampai ke bahu dan dipotongan itu berkorbar api berwarna merah darah. Arif mendarat dengan sangat ringan ke atas tanah dan berbalik menghadap Fanrir yang sudah terengah-engah.