Arif menghentakkan kakinya dan melesat ke arah Fanrir. Fanrir yang tangan kirinya dah terpotong langsung melesat menghampiri Arif mereka mengayunkan pendang mereka dan saling adu kekuatan. Tabrakan dari kedua pedang itu membuat angin dan tanah di sekitar mereka meledak. Arif mendorong pedangnya dan langsung menendang Fanrir. Fanrir terpental sampai menabrak beberapa rumah Arif langsung mengejarnya dan saat yang bersamaan Fanrir mengeluarkan sihirnya. Lingkaran sihir muncul dalam jumlah yang banyak dan mulai menembakki Arif. Arif tidak menghindar tapi menangkis semua senjata yang mengarah ke padanya. Dia mengayunkan pedangnya dari kanan ke ke kiri dan sebaliknya sambil terus berlari menuju Fanrir. Fanrir yang sudah merasa terpojok mengeluarkan lingkaran sihir yang jauh lebih besar dari pada sebelumnya.
Dan dari lingkaran besar itu muncul sebuah pedang berukuran sangat besar dan pedang itu melesat mengarah ke Arif. Arif yang melihat serangan itu langsung melompat ke kanan dan pedang besar itu terbang melewatinya Fanrir terus menembakkan pedang besar itu secara terus menerus dan saat Arif sudah terlihat mulai terpojok lingkaran sihir muncul di sekeliling Arif. Dan dalam waktu yang bersamaan lingkaran-lingkaran itu menembakkan pedang dan menimbulkan ledakan besar. Fanrir berpikir kalau Arif tidak akan selamat dari serangan itu tapi dia salah dia mendongak ke atas dan melihat Arif sedang berdiri di atas angin. Arif terbang sambil mengangkat tangannya ke atas dengan kobaran api berada di telapak tangannya.
Lalu dari ujung jarinya itu muncul sebuah bola api berukuran kecil lalu secara perlahan mulai membesar sampai berukuran dua kali lipat ukuran baliho yang sering ada di atas jalan raya. Lalu Arif menurunkan tangannya ke arah bawah lebih tepatnya ke arah Fanrir berdiri lalu Bola api itu bergerak mengikuti arah tangan Arif. Fanrir meringis kesal lalu menghantam tanah dengan tangan kirinya dan sebuah tombak berukuran besar muncul di belakangnya dan mengarah ke bola api itu. Tombak itu menahan bola api besar itu Fanrir terlihat kewalahan untuk menahannya sampai pada akhitnya tombak itu pecah menjadi serpihatn-serpihan kecil dan bola api itu bergerak ke arah Fanrir. Fanrir melompat dan menendang udara agar untuk membuatnya semakin tinggi sampai dia bisa menghindar dari bola api itu. Dan saat bola api itu menyentuh tanah terjadi ledakan besar.
Ledakan itu bahkan sampai bisa di dengar oleh Mio dan yang lainnya. Bahkan dampak ledakannya juga dapat mereka rasakan.
“Apa itu tadi?” Gerutu Dave.
“Itu pasti dampak dari serangan Arif,” jawab Ryan.
“Bagaimana dia bisa menjadi sekuat ini?” Tanya Rebeka heran.
“Ini pasti karena sifat ke duanya keluar,” jawab Sisi.
“Sifat ke dua? apa maksudmu?” Tanya Leonardo.
“Dave, kau ingat tentang ceritaku waktu itu?” Tanya Ryan.
“Iya, kenapa?”
“Ini kebih buruk dari yang waktu itu.”
“Ryan, kita harus menghntikannya!” Ucap Rebeka.
“Aku tau. Tapi dengan kekuatanku sekalipun hal itu akan sangat sulit.”
“Ryan, sebenarnya apa yang kau katakan?” Tanya Mio.
“Arif itu mempunyai dua kepribadian. Yang pertama adalah yang kita lihat setiap hari, yang kedua adalah yang sedang kita lihat sekarang.”
“Bagaimana kita bisa menghentikannya?” Tanya Dave.
“Dian, waktu itu apa yang kau katakan padanya agar dia bisa tenang?” Tanya Ryan.
“Aku hanya bilang kalo aku sudah tidak apa-apa kau tidak perlu lagi megamuk seperti itu. Ayo pulang. Itu saja.”
“Apa menurutmu hal itu akan bisa menghentkannya lagi?” Tanya Rebeka.
“Aku tidak tau? Semoga saja.”
Saat mereka sedang mendiskusikan cara untuk menghentikan Arif dari amukannya. Fanrir sudah dalam posisi yang sangat berbahaya kaki kanannya berhasil di potong oleh Arif.
“Sial, sihir penyembuhku tidak berfungsi. Dan juga sihir regenarsiku juga tidak mau kelaur. Sebenarnya sihir apa yang dia pakai?” Gerutu Fanrir.
Saat dia berpikir seperti itu Arif sudah berjalan menghampirinya dengan santai. Fanrir merasa tidak ada pilihan lain selain melakukan perubahan yang ke dua. Fanrir memejamkan mata dan mulutnya mulai berkomat-kamit membaca kaliamat sihir dan setelah beberapa detik dia membuka matanya dan dalam sekejap muncul ledakan besar. Arif sampai terpental beberapa meter kebelakang lalu menancapkan pedangnya ke tanah untuk menahan tubuhnya dari terpental karena efek ledakan itu. Debu membumbung tinggi dan dari balik bayangan itu terdengar erangan seekor serigala. Benar saja tepat di tempat Fanir terbaring tadi muncul seekor serigala raksasa ukuranya hampir setara dengan kedung pencakar langit. Serigala itu berwarna hitam pekat dengan gigi tajam dan mata merah semerah darah.
“Apa-apaan itu?” Ucap Dian tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Yap, itu ukuran yang cukup besar,” ucap Ryan dengan nada datar.
“What the hell!” Umpat Leonardo.
“Sekarang apa kita harus membantunyaa?” Tanya Dave.
“Kita lihat saja dulu,” jawab Ryan.
Fanrir mengaum keras aumannya bahkan bisa membuat barang-barang di sekitarnya berterbangan dan bau mulutnya sangat luar biasa bau. Arif melompat dan mengayunkan pedangnya Fanrir tidak bergerak sedikitpun dan pedang itu mengenai jidat Fanrir tapi tidak berdampak apa-apa. Dan dalam sekejap setelah Fanrir menggerakkan kepalanya dari bawah ke atas itu dapat membuat Arif terpental cukup jauh. Sebelum Arif menyentuh tanah dia memutar tubuhnya dan tepat di bawah kakinya muncul sebuah kotak transparan berukuraran lumayan besar dan Arif menggunakannya untuk memperlambat jatuhnya. Arif berdiri di kotak itu sekarang terungkap bagaimana dia bisa melayang di udara. Arif menghentakkan kaki kananya dan dia mulai melesat ke arah Fanrir pedangnya terangakat ke atas dan sekarang di selimuti oleh api berwarna merah darah dengan bagian dalamnya berwarna hitam pekat. Arif mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah lalu dari kiri atas ke kanan bawah. Sebuah tebasan api meluncur ke arah Fanrir dia melompat ke kanan untuk menghindarinya lalu membuka mulutnya lebar-lebar dan dari dalam mulutnya itu muncul bebuah bola berwarna hitam seukran dengan mulurnya lalu dalam sekejap bola itu melasat dan beruba bentuk menjadi laser berwarna hitam. Arif tidak sempat menghindar dan dia hanya menggunakan kekuatannya untuk membuat semacam bola berukuran besar dan berlapis-lapis mengitari tubuhnya. Arif terpental sangat jauh mengikuti arah laser itu mengarah. Laser itu menembus beberapa bukit di depannya dan meninggalkan sebuah cekungan berukuran besar tepat di bukit itu. Ryan dan yang lainnya ternganga dengan dan tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya.
“Apa-apaan itu?” Ucap Ryan.
“Woy, woy, woy, woy ini sudah keterlaluan,” ucap Leonardo.
“Orang itu benar-benar seekor monster,” ucap Mio.
“Apa kita bisa selamat dari ini?” Tanya Dian entah ditujukan pada siapa?.
“Apa menurutmu kita akan menang kali melawannya?” ucap Sisi.
“Tidak mungkin, persentasenya sudah terlihat. Nol besar,” saut Rebeka.