18

2242 Kata
Leonardo dan Dave langsung mencari mobil setelah menemukannya mereka langsung menaikkan Arif ke mobil dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Setelah sampai disana mereka langsung membawa Arif ke ruangan UGD Rebeka dan Dian langsung mengobati Arif yang mengalami luka parah sedangkan yang lainnya mencari ruang penyimpanan darah karena Arif telah kehilangan banyak darah. Kemampuan penyembuhannya tidak bekerja jadi mereka sangat khawatir. Setelah hari yang panjang dan mereka selesai merawat luka Arif mereka akhirnya bisa beristirahat. Keesokan harinya Ryan dan Leonardo pergi mencari bahan makanan sedangkan yang lainnya bertugas untuk berjaga dirumah sakit itu. Sisi selalu berada disebelah kakaknya semalaman dan dia tidak membiarkan Mio masuk untuk melihat keadaan Arif. *** "Bagaimana keadaanya?" Tanya Leonardo. "Dia baik-bak saja, tapi dia tidak akan bangun untuk sementara," jawab Rebeka. "Kita biarkan dia beristirahat dulu. untuk sementara kita akan bersiaga disini sampai Arif siuman dan sudah pulih sepenuhnya!" Perintah Leonardo. "Apa kita bisa melihatnya?" Tanya Mio. "Bo-" "Tidak!" Teriak Sisi memotong Dian. "Sisi, apa yang kau katakan?" Tanya Dave. "Aku tidak akan membiarkanmu melihatnya, Mio." "Kenapa?" Tanya Mio sedih. "Kalau saja kakak tidak berkeinginan melindungimu dia tidak akan menjadi seperti ini. Kalau saja kau tidak hanya terduduk dan melihat Kakak dibunuh olehnya Kakak tidak akan berakhir seperti ini." "Sisi tenang lah!" Ucap Leonardo tapi tidak didengarkan oleh Sisi. "Aku tahu kalau karena aku Arif menjadi seperti ini. Aku juga tahu kalau aku ini lemah, seandainya aku lebih kuat. Aku pasti bisa menyelamatkannya, tapi tatapan pria itu sangat menakutkan dan aku tidak bisa bergerak karenanya," bela Mio. "Sisi, kau tidak bisa begitu saja menyalahkan Mio dengan apa yang terjadi pada Arif. Kita semua juga bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengannya," ucap Ryan. "Aku tahu, tapi yang aku masalahkan adalah kenapa dia harus menggunakan kepribadian keduanya? itu yang aku masalahkan," ucap Sisi sambil berlinang air mata. "Sisi, apa yang kau tahu tentang kepribadian Arif yang satu lagi?" Tanya Rebeka. "Setiap kali kepribadian gandanya keluar setelah itu Kakak akan kehilangan ingatannya," jelas Sisi. "Apa?" Ucap mereka bersamaan. "Be-bentar, Sisi. Apa yang kau katakan?" Tanya Dian. "Kau tahu kenapa Kakak mudah sekali lupa akan sesuatu?" Mereka menggeleng. "Itu karena kepribadian gandanya, kepribadiannya itu spesial." "Spesial seperti apa?" Tanya Dave. "Setiap kepribadiannya itu keluar kekuatan dan kecepatan Kakak bertambah sepuluh kali lipat dari biasanya. Dan kepribadiannya itu keluar tiap kali Kakak sangat marah, saat dia tidak sadarkan diri, dan saat dia ingin melindungi sesuatu yang penting untuknya. Permasalahannya adalah, setiap dia kembali lagi ke kepribadian aslinya dia selalu melupakan sesuatu, awalnya cuma ingatan jangka pendeknya lama-kelamaan ingatan jangka panjangnya juga ikut menghilang. Meski ingatan yang menghilang adalah ingatan yang tidak begitu penting tapi kata dokter yang merawatnya dia berkata kalau dibiarkan Kakak akan mengalami amnesia permanen. Atau lebih parah, kepribadiannya yang lain akan mengendalikan tubuh dan pikirannya sepenuhnya," ucap Sisi menjelaskan tentang keadaan Kakaknya dengan berlinang air mata. "Karena itu aku berusaha untuk tidak pernah membuatnya marah atau membuatnya khawatir, aku takut kalau ingatannya tidak akan kembali dan Kakak akan menjadi orang lain. Dian, Ryan kalian ingat saat Kakak mengamuk saat kalian diculik?" "Ah, aku tidak akan bisa melupakan apa yang aku lihat waktu itu," jawab Ryan. "Mmm, aku juga tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi waktu itu," tambah Dian dengan ekspresi marah. "Setalah kejadian itu Kakak dibawa ke tempat ibuku ...." "Tunggu, apa kalian bukan sodara kandung?" Tanya Rebeka. Sisi mengangguk. "Kami, Kakak adalah sepupuku. Saat dia dibawa ke rumah kondisinya sangat menyedihkan, dia tidak ingin ditinggal sendirian dan dia selalu ketakutan. Dia bilang kalau setelah kejadian itu dia selalu bermimpi buruk dan selalu medengar suara-suara memanggilnya dan dia tidak ingat akan apapun pada hari itu. Dia terkadang juga berteriak memanggil nama seseorang yang aku tidak tahu siapa?" "Siapa nama yang dia panggil?" Tanya Leonardo. "Akame, itu nama yang Kakak teriakkan. Dan biasanya hal itu terjadi saat malam hari. Saat kami membawanya ke psikolog dia bilang kalau keadaan Kakak seperti orang yang mengalami trauma perang itu sangat aneh karena Kakak tidak pernah mengikuti perang sama sekali." "Mungkin kepribadian gandanya adalah reincarnasi dari orang yang pernah bertarung dimedan perang," ucap Dave mengutarakan pendapatnya. "Aku rasa tidak, hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Terlebih lagi setiap kepribadian keduanya muncul, kakak menjadi seperti monster yang haus darah. Saat kami masih kecil kakak pernah meratakan beberapa geng di kampung halamanku yang sangat meresahkan, dan juga kondisi orang-orang yang bertarung dengan kakak mati dengan kondisi memperihatinkan." "Aku rasa aku tau apa yang dia lakukan padanya," ucap Ryan. "Saat usia berapa dia melakukannya?" Tanya Leonardo. "15 tahun." Mendengar itu mereka sangat terkejut, yah itu memang wajar. Siapa yang tidak terkejut mendengar anak 15 tahun membantai beberapa geng dengan sangat sadis Dian dan Ryan juga baru mengetahui hal ini karena keluarga Arif sangat menutup rapat tentang hal ini mereka takut kalau sampai orang lain tahu akan sangat berbahaya bagi perkembangan mental Arif. *** Dian dan Rebeka sedang memasak di kantin rumah sakit untuk menu makan siang mereka dibantu oleh Dave dan Leonardo sedangkan Ryan sedang bersama Sisi dan Arif. Sedangkan Mio berada diluar rumah sakit dan merenung dia masih menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada Arif. "Aku akan pergi melihat keadaan Mio," ucap Ryan seraya berdiri. "Kenapa kau memperdulikan wanita itu?" Tanya Sisi dengan nada dingin. "Kenapa? karena dia adalah temanku. Dan juga disaat seperti ini kita tidak bisa terus-terusan menyalahkan orang lain maupun diri sendiri atas apa yang terjadi disekitar kita. Kita harus terus bersama untuk bertahan hidup dan mengembalikan semua orang yang kita cintai, aku sudah bosan hidup di dunia yang sepi ini," jawab Ryan. "Kau harus berusaha memaafkannya. Kalau tidak Arif akan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi antara kalian berdua." Setelah berkata seperti itu Ryan berjalan keluar ruangan dan meninggalkan Sisi sendirian bersama Arif yang masih memejamkan matanya. Ryan berjalan ke kantin dan saat sampai disana dia bertanya pada Dian, Dave, Rebeka, dan Leonardo karena dia belum melihat Mio setelah sarapan tadi pagi. "Apa kalian melihat Mio?" Tanya Ryan. "Tidak, aku tidak melihatnya setelah sarapan tadi pagi," jawab Dian. "Tidak," tambah Rebeka. "Mmm, mmm," gumam Leonardo sambil menggeleng, "Dia ada diluar, di depan rumah sakit. Aku melihatnya merenung saat pergi mencari garam tadi. Dia masih kepikiran dengan apa yang Sisi katakan kemarin," ucap Dave sambil memotong kentang. "Ah, ok. Thanks Dave," uacp Ryan lalu berjalan meninggalkan mereka.dan pergi ke depan rumah sakit. Saat sampai disana dia tidak melihat Mio sama sekali. Lalu Ryan berpikir untuk pergi jalan-jalan sebentar. *** Sisi berjalan dengan tatapan kosong dia masih memikirkan apa yang Sisi katakan kemarin. Dia khawatir kalau apa yang Sisi katakan kemarin itu benar dan Arif akan melupakannya dia memang sudah menyukai Arif seminggu sebelum kejadian ini terjadi. Tapi, karena dia selalu dikelilingi oleh laki-laki biawak darat dan mereka masih terus berdatangan meski Mio sudah menolaknya puluhan kali mereka tidak pernah mau melepaskannya. Semakin ditolak semakin jadi dan itu membuat Mio jijik. Mio terus berjalan secara random sampai dia melihat ada beberapa anjing yang tubuhnya sudah membusuk didepannya, total ada lima ekor. Mereka menyadari keberadaan Mio dan berlari untuk menyerangnya Mio mengeluarkan uang koin dari tas pinggangnya dan mengulurkan tangan kanannya lurus kedepan lalu menembakkan Railgun dan Ghoul-ghoul itu lenyap tak tersisa. Mio melanjutkan perjalanan sampai bahunya menabrak seseorang. "Maaf," ucap Mio lalu berjalan lagi. Orang yang ditabraknya menoleh kebelakang dan melihat Mio dengan tatapan bingung. Setelah beberapa langkah Mio baru menyadari kalau dia menabrak seseorang lalu menoleh kebelakang. Dia melihat orang yang dia tabrak dengan tatapan terkejut karena dia tahu kalau semua orang selain dia dan teman-temannya yang sekarang berada di rumah sakit saja yang tersisa. Mio berbalik dan memasang posisi bersiap, orang yang berada didepannya adalah seorang perempuan berusia kisaran 16 tahun, berambut pendek seleher berwarna hitam pekat, mata berwarna juga hitam pekat, kulitnya berwarna putih, memakai pakaian sekolah jepang berwarna putih dan rok yang sediit pendek yang juga berwarna putih, kaus kaki berwarna hitam yang tidak terlalu tinggi dan sepatuya juga berwarna hitam. Dia juga membawa pedang katana dipinggang kirinya dan sebuah kantung dipinggang kanannya. "Aah, ternyata apa yang Diablo katakan benar kalau ada orang lain selain Kakak yang masih tersisa. Kau, siapa namamu?" ucap gadis itu dengan senyuman di wajahnya, "Sebelum bertanya nama seseorang, perkenalkan dulu siapa kau," ucap Mio dengan tatapan curiga. "Oh, maaf, namaku Maria. Aku kesini mencari Kakak," ucap perempuan bernama Maria. "Sekarang katakan siapa namamu?" "Mio, Asakura Mio, kau ini musuh atau kawan?" "Entahlah, itu tergantung kau mau menjadi mainanku atau tidak?" Jawab Maria dengan senyuman mengerikan meski wajahnya masih terlihat cantik. "Apa yang kau katakan?" "Apa kau tidak dengar? aku bilang aku akan menjadi kawanmu kalau kau mau menjadi mainanku, aku suka wanita sepertimu." "Terimakasih tawarannya, tapi aku menolaknya." "Sayangs sekali, hey, apa kau tau dimana kakakku?" "Aku tidak tau siapa kakakmu." "Kau bohong, Diablo bilang ada manusia lain yang masih tersisa selain kakak," teriak Maria marah. "Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan, siapa kakak yang kau bicarakan itu?" "Orang yang telah membunuh Fanrir, dia kakakku." Mendengar ucapan gadis didepannya Mio terkejut karena dia tahu siapa yang gadis itu bicarakan sedari tadi. "Jangan bilang kalau yang dia maksud kakak adalah Arif, tidak-tidak aku tidak boleh percaya dulu," ucap Mio dalam hati. "Kau sepertinya mengetahui dimana dia, katakan padaku!" "Aku tidak tahu apa yang kau katakan?" "Jangan berbohong, itu terlihat jelas diwajahmu kalau kau tahu dimana kakakku berada. Aku mau membawanya pulang." Mendengar hal itu Mio tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi, dia langsung menyambarkan petir dari bawah kakinya ke arah gadis yang ada didepannya. Petir itu melesat melihat serangan itu Maria mencabut pedangnya dan langsung menebas petir yang mengarah kearahnya saat dia mencabut pedangnya. Petir itu menghilang setelah terkena tebasan itu Maria melihat Mio dengan tatapan membunuh. "Kau. Tahu dimana kakak beradakan?" ucap Maria dengan nada dingin. Melihat serangannya dipatahkan dengan mudah membuat Mio lebih waspada lagi. Dan nada bicara Maria langsung berubah setelah Mio menyerangnya yang tadinya bernada ceria sekarang berubah menjadi bernada dingin sedingin es. "Kalau kau tidak mau mengatakannya aku akan memaksamu mengatakannya dan mengubahmu menjadi mainanku," ucap Maria sambil menghentakkan kaki kanannya ketanah. Maria melesat dengan sangat cepat sampai Mio kesulitan melihat gerakannya. Mio menunduk saat Maria tiba-tiba berada didepannya sambil menebaskan pedang secara mendatar dari kanan ke kiri dalam posisi menunduk Mio melancarkan pukulan ke perut Maria. Maria terkena serangan itu secara telak dan melompat beberapa kali kebelakang. Setelah mendarat Mara memegangi perutnya yang dipulul oleh Mio tadi. "Lumayan juga, kau memiliki kekuatan yang lumayan untuk ukuran gadis sepertimu," puji Maria. "Terimakasih, tapi aku tidak merasa tersanjung dipuji oleh gadis yang lebih muda dariku," ucap Mio ketus. "Tidak masalah, karena tidak lama lagi kau akan menjadi mainanku." Setelah berkata seperti itu Maria kembali menghentak tanah dan dia melesat ke arah Mio dan mengangkat kedua tangannya yang memegang pedang keatas dan mengayunkannya ke bawah. Mio yang sudah siap dengan serangan itu langsung menangkis dengan listriknya. Listrik keluar dari sekeliling kakinya dan bergerak keatas dan menangkis sabetan pedang itu anehnya Maria tidak tersengat dengan listrik yang jelas-jelas mengalir dari bilah pedang yang bersentuhan dengan aliran listrik tegangan tinggi. Cipratan api keluar antara bilah pedang yang bergesekan dengan aliran listrk itu Mio mendorong listriknya kedepan dan Maria mendorong pedangnya. Adegan saling dorongpun terjadi. "Untuk ukuran manusia yang baru bisa menguasai sihir kau sudah cukup baik dalam mengendalikannya. Kau berbakat dalam hal ini," puji Maria. "Terimakasih atau tidak terimakasih." "Dan juga itu mengejutkan karena mengingat kami belum lama menghilangkan orang-orang di planet ini dan kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu sampai ke level ini. Itu mengejutkan, tapi." Mari tersenyum dan mengayunkan pedangnya kearah bawah Mio yang tidak kuat menahan dorongan dari gerakan itu terpental kebelakang dan membentur tanah lalu mantul keatas dan berguling beberapa kali sampai akhirnya dia berhenti dengan posisi terlentang. "AAAAAAA!" Mio berteriak saat ekornya diinjak oleh oleh Maria. "Itu semua belum apa-apa kalau dibandingkan kekuatanku, kurasa aku bahkan tidak perlu mengeluarkan teknik rahasia Mustika Nagaku," ucap Maria sambil menodongkan pedangnya ke leher Mio. "Mustika Naga?" "Yap, tapi. Aku tidak perlu menjelaskannya padamu karena kau akan mati sebentar lagi," ucap Maria lalu mengangkat pedangnya. Mio berusaha menggerakkan tubuhnya tapi tubuh bagian bawahnya terasa seperti tersengat listrik dan dia tidak bisa bergerak saat melihat tatapan dingin Maria. Maria mengubah posisi pedangnya dan bersiap menusuk Mio, lalu Mio teringat akan apa yang terjadi saat Fanrir menusuk tubuh Arif waktu itu. Keadaanya sama seperti sekarang Mio tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena ketakuan dengan tatapan musuhnya waktu itu. Mio tidak ingin mengulangi hal yang sama, dia tidak ingin kehilangan siapapun lagi. Dan dengan segenap kekuatan dan semangat yang dia miliki dia berusaha untuk menggerakkan tubuhnya dan benar saja dia bisa menggerakkan tangan kananya yang langsung terangkat keatas diikuti oleh sambaran listrik dari tanah disekitar tubuhnya. Maria yang sedikit terlambat mengindar terkena serangan itu dan tubuhnya tersambar oleh listrik berteganga tinggi itu. "AAAAA" Maria tergeletak diatas tanah tidak bergerak dengan tubuh yang mengeluarkan asap putih. Mio terengah-engah lalu duduk, saat dia pikir sudah selesai Mio terkejut karena tubuh Maria masih bisa bergerak dan langsung menusukkan pedangnya ke arah Mio. Mio yang terkejut langsung mengeluarkan listrik dipunggungnya dan listrik itu menyentuh tiang listrik yang tidak jauh dibelakang Mio. Mio terseret listrik yang dia keluarkan dan punggungnya membentur tiang listrik itu dengan keras. "Untung aku pernah nonton Agaku No Railgun. Diselamatkan oleh teknik dari anime yang notabennya hanyalah fiksi itu sedikit memalukan tapi. Ketika mempunyai kekuatan, belajar menggunakannya lewat anime memang lebih tepat. Aku bisa melakukan apa saja yang aku pikirkan dengan anime sebagai referensi," ucap Mio sambil berdiri dengan susah payah sambil berpegangan dengan tiang listrik dibelakangnya. "Kurasa, aku akan mencoba sesuatu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN