Maria menatap Mio dengan ekspresi marah dia bangkit dan mengangkat pedangnya ke atas lalu listrik berwarn ungu keluar dari ujung pedang itu dan menyambar tanah disekitarnya. Lalu muncul sesuatu ditempat listrik itu menyambar Mio terkejut karena yang muncul adalah manusia dan jumlahnya ada tiga. Masing-masing memakai pakaian yang berbeda total ada dua pria dan satu perempuan. Ada yang memakai zirah full armor dengan pedang panjang ditangannya, ada yang memakai pakaian biasa tapi dengann model abat pertengahan dan membawa sebuah kampak ditangan kanannya, sedangkan yang perempuan memakai pakaian koboi dengan dua buah pistol dikedua tangannya,
Mio merasa merinding saat melihat tiga orang itu keluar dari tanah dan mata mereka hitam legam dengan garis-garis disekujur tubuhnya.
"Kau tahu, aku tidak menyangka akan menggunakan teknik ini untuk melawanmu, tapi aku rasa ini cukup untuk menghiburku," ucap Maria dengan senyum mengerikan. "Serang"
Dengan perintah sederhana itu ketiga zombie itu berlari kearah Mio, zombie perempuan menebakkan pistolnya Mio berlari ke samping kanan untuk menghindari tembakan itu zombie yang memakai zirah sudah berada didepannya dan bersiap untuk menyerang Mio mengalirkan listrik ketangan kanannya dan membentuk sebuah pisau listrik yang membungkus tangannya. Mio melancarkan pukulan bertepatan dengan tebasan pedang penjang itu. Mio memukul pedang itu dan pedang itu patah menjad dua Mio terus melanjarkan serangannya dan memukul kepala zombie didepannya. Zombie itu terpental dan menabrak sebuah mobil yang terparkir ditengah jalan Mio merasakan serangan selanjutnya sebuah tembakan kembali dilakukan oleh zombie perempuan Mio berlindung dibelakang mobil yang berada tidak jauh darinya.
"Aku harus mengatasi koboi itu dulu, kalau tidak ini akan menjadi lebih sulit," ucap Mio dalam hati.
Saat berpikir seperti itu zombie yang memakai kampak usdah berada didepannya dan bersiap menyeranganya. Mio terkejut dan dia mengulurkan tangan kirinya ke kiri dan listrik keluar dari tangan Mio lalu listrik itu menempel pada mobil yang tidak jauh dari sana. Mio tertarik dan serangan kampak itu melewati kakinya sebelum Mio sampai pada mobil yang dia gunakan untuk menghindar Mio menarik tangan kirinya dan mobil itu melayang ke arah zombie yang menyerangnya tadi. Zombie itu tertabrak mobil yang Mio lempar dan sambil mendarat Mio menembakkan railgunnya pada mobil yang tadi dia lempar mobil itu meledak dan ledakannya sangat besar karena terdapat dua mobil yang meledak. Mio menoleh ke arah koboi yang berada tidak jauh dari Maria dan koboi itu menodongkan kedua pistolnya kearah Mio. Mio mengangkat tiga buah mobil dengan listriknya dan melemparkan dua mobil itu ke arah mereka sedangkan satu lagi dia gunakan untuk menahan peluru yang ditembakkan oleh gadis koboi itu. Zombie koboi itu melompat dan begitu juga dengan Maria saat berada diudara zombie koboi menembakan beberapa pelurunya kearah Mio. Mio menahannya dan melempar mobil yang dia gunakan sebagai tameng Koboi itu tidak bisa menghindari dan akhirnya terkena lemparan itu Mio menembakkan listriknya kearah mobil itu dan mobil itu meledak Mio melihat sekeliking memastikan kalau sudah tidak ada lagi zombie yang tersisa. Dia lalu menoleh ke arah Maria yang terlihat menikmati pertempuran ini.
"Lumayan juga, bagaimana kalau kita tambah pesertanya?"
Maria mengangkat pedangnya lagi keatas dan listrik keluar dari pedang itu beberapa zombie kembali keluar dan sekarang jumlahnya ada empat. Seorang manusia serigala dengan tubuh tinggi besar, seekor monster seukuran manusia dan memiiki sayap kelawar dipunggunya, seorang gadis dengan perawakan tidak terlalu tinggi dengan perawakan seperti vampir, sebuah golm berukuran cukup besar dan tingginya setara rumah tingkat satu, dan seekor monster berukuran cukup besar seukuran rumah tingkat dua dan berbentuk seperti naga dan berdiri dengan dua kaki. Mio lebih waspada karena dari yang dia lihat musuhnya mengeluarkan sesuatu yang cukup berbahaya Maria menurunkan pedangnya dan mengarahkannya ke arah Mio dalam sekejap para monster itu berlari kearah Mio. Mio mengeluarkan koinnya dan menembakkan railgun ke arah mereka ketiga monster yang berada didepan melompat menghindari serangan itu sedangkan monster naga yang berada dibelakang menangkiss serangan itu dengan kedua tangannya. Mio tampak terkejut dengan kejadian itu lalu dia menoleh keatas dan melihat monster kelelawar itu terbang dengan sayap dipunggungnya dan terbang kearah Mio. Monster itu bersiap untuk menyakar Mio tapi Mio sudah siap untuk menyerang balik monster itu saat tangan monster itu bergerak mencakar Mio tapi sebelum cakaran itu sampai ketubuh Mio serangan itu sudah diiblok dengan listrik yang keluar dari sekitar kaki Mio. Mio berusaha sekuat tenaga untuk menahan serangan itu dan tiba-tiba wanita vampir itu sudah berada disebelahnya dan melancarkan pukulan ke kepala Mio. Mio terpental dan saat tubuhnya masih berada diudara satu buah tendangan melesat ke arah perutnya Mio terhempas kebawah dengans angat keras.
"Gahgh."
Mio menahan rasa sakit yang sangat kuat dia mencoba berdiri tapi tubuhnya sudah diinjak oleh Maria dan dia juga mengarahkan pedangnya ke leher Mio. Maria mencoba untuk menebas belakang leher Mio tapi sebelum hal itu terjadi Mio mengeluarkan listrik dari sekujur tubuhnya Maria yang terkejut dengan hal itu langsung melompat menjauh dari Mio. Listrik yang keluar dari tubuhnya itu menyambar apapun yang ada disekitarnya. Saat beban dipunggungnya sudah hilang Mio berdiri dengan susah payah karena efek dari seranganya barusan. Mio mengangkat tangannya keatas lalu ditelapak tangan Mio terbentuk bola listrik dan bola itu menutupi seluruh pergelangan tangannya listrik menyambar dari bola itu lalu Mio menatap Maria dengan perasaan kesal.
"Lightning Rain."
Setelah Mio mengucapkan kata itu petir menyambar dari atas berulang kali seperti hujan. Maria langsung memperintahkan naganya untuk melindunginya naga itu dengan sigap menutupi tubuh Maria dengan tubuhnya agar Maria tidak terkena serangan itu. Serangan itu sangat dahsyat karena petir terus menyambar segala hal disekitar Mio mulai dari aspal, gedung-gedung di sekitar tepat itu, tiang lampu, tiang listrik, mobil, motor, sepeda semua tidak luput dari sambaran petir itu. Bahkan aspal yang terkena sambaran petir itu sampai hancur dan debu-debu berterbangan membuat pandangan menjadi sangat minim. Setelah beberap saat debu-debu itu mula hilang dan jarak pandang perlahan-lahan menjadi kembali normal. Tapi, saat Maria melihat kearah tempat tadi Mio berdiri dia terkejut karena Mio sudah tidak ada disana. Maria menggigit bibirnya dan mulai kesal.
Mio terus berlari dengan susah payah karena energinya sudah dia keluarkan sebagian besar pada serangan tadi.
"Aaah, Moo. Kemampuan untuk memanggil bala-bantuan untuk bertarung, itu tidak adil," gerutu Mio dalam hati. "Yah, ini pertarungan nyata bukan dalam game jadi kalau dia menggunakan cara seperti itu tidak bisa dianggap curang karena memang tidak ada peraturannya."
Mio terus memegangi tangan kanannya yang terserempet peluru tadi lukanya tidak terlalu dalam dan sekarang sudah mulai membeku darahnya. Mio terus berlari dengan segenap kekuatannya dia mengambil rute melewati gang-gang sempit agar gadis itu tidak bisa mengikutinya dan saat dia berada di sebuah gang kaki kanannya tertembak. Mio terjatuh dengan raut muka kesakitan sambil megangi kakinya yang terluka Mio melihat kebelakang dan melihat gadis koboi itu sudah berada dibelakangnya diikuti oleh Maria dibelakangnya dengan aura membunuh yang sangat pekat. Mio menyeret tubuhnya dengan susah payah sambil menahan rasa sakit yang sangat pada kakinya. Gadis itu berjalan kearahnya dan Mio masih terus menyeret tubuhnya sampai tiba-tiba Maria sudah berada tepat dibelakangnya. Mio terkejut akan hal itu dan mulai ketakutan.
"Kau, bagaimana kau bisa berada dibelakangku dengan begitu cepat?" Tany Mio ketakutan,
"itu salah satu kemampuanku, aku bisa berteleportasi meski hanya dalam radius sepuluh meter saja."
Gadis koboi yang berada disebelahnya menembak kaki Mio dan Mio berteriak sangat keras sedangkan Maria menikmati teriakan itu. Lalu Maria mulai memegang rambut Mio dan menariknya keatas Mio kembali berteriak dan teriakannya semakin keras.
"Sekarang katakan padaku. Dimana Kakakku?" Tanya Maria dengan tatapan mengancam.
Mio yang sudah berkeringat dingin dan gemeteran masih berusaha untuk tetap tidak membuka mulutnya. Maria mulai kesal dan melempar Mio kesebelah kanan dan tubuhnya membentur tembok dan saat Mio berusaha untuk bangkit telapak tangannya ditusuk dengan pedang oleh Maria Mio berteriak sangat keras.
"Dimana Kakakku?"
Mio masih tetap menutup mulutnya.
"Masih tidak mau bicara ,ya."
Maria mencabut pedangnya dan menusuk tangan Mio yang satu lagi Mio kembali menjerit. Mio masih tetap tidak mau memberitahu dimana Arif berada dan itu mebuat Mara semakin marah. Meski tubuh Mio sekarang sudah penuh dengan luka sayatan dan tusukan tapi dia tetap diam. Maria sudah tidak tahan lagi dan ingin segera untuk membunuhnya tapi jika dia membunuhnya dia akan kehilangan satu-satunya petunjuk untuk mencari Arif dan dia tidak mau kehilangan satu-satunya petujuk yang dia punya.
"Hhh, sudahlah. Aku sudah tidak peduli lagi, aku akan membunuhmu sekarang," ucap Maria.
Lalu dia mengangkat pedangnya ke arah samping kirinya dan berrsiap untuk menebas Mio. Mio berteriak pelan.
"Tolong."
Dan saat pedang itu sedikit lagi mengenai tubuh Mio secara mengejutkan dari sebelah kiri muncul sebuah panah api dan panah angin yang mengarah ke arah Maria. Maria yang menyadari hal itu lalu melompat kebelakag tapi sebelum kakinya menginjak tanah secara mengejutkan ada sebuah roket mengarah padanya dan sangat cepat. Kecepatannya melebihi kecepatan roket biasanya Maria tidak sempat menghindar jadi dia mengayunkan pedangnya dari atas kebawah untuk memotong roket itu dan benar saja roket itu terbelah menjadi dua dengan potonganh yang sangat rapi. Setelah kakinya menginjak tanah sebuah bola api mengarah padanya dari atas Maria melompat kebelakang dan bola itu menghantam tanah dan mengakibatkan tanah yang dihantam oleh bola api itu melompat keatas. Dan dari kobaran api itu keluar dua buah peluru mengarah padanya Maria menangkis peluru itu dengan pedangnya seolah dia bisa melihat peluru itu yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Setelah kobaran api itu padam dan debu-debu sudah mulai menghilang tampaklah sesossok pria didalam asap itu. Maria terkejut dengan apa yang dia lihat tepat didepannya sekarang berdiri seseorang yang dia cari. Arif sedang berdiri didepannya dengan ekspresi marah dia juga melihat ada dua orang lagi yang berlari kearah Mio dia adalah Ryan dan Sisi.
"Ka ... kak? Kakak, akhirnya aku bisa bertemu denganmu," ucap Maria senang.
"Kakak? apa maksudmu? aku tidak mempunyai adik sepertimu," ucap Arif marah
Mendengar hal itu Maria terkejut dan tidak percaya apa yang dia dengar.
"Apa yang kau bicarakan? Kakak. Ini tidak lucu berhenti bercanda."
"Bercanda? aku memang tidak mengenalmu."
"Ini aku, Maria. Apa kau tidak mengenaliku?"
"Maria? aku tidak punya adik bernama Maria."
Mendengar hal itu membuat hati Maria hancur lalu dia mengingat apa yang kakak perempuannya katakn kalau kemungkinan besar Kakak laki-lakinya tidak akan bisa mengenali atau mengingat Maria karena efek sihir perpindahan dimensi. Merasa hatinya sangat hancur Maria lalu pergi dari sana dengan menggunakan teknik teleportasinya dia lari sambil menangis.
"Sebenarnya siapa gadis itu? aku seperti pernah melihatnya. Tapi dimana?" ucap Arif dalam hati.
Dia memang merasa pernah bertemu dengan gadis yang bernama Maria itu tapi dia tidak ingat dimana dan kapan dia bertemu dengannya. Arif lalu teringat dengan Mio dia lalu berbalik dan berlari kearah Sisi dan Ryan yang sudah berada didekat Mio. Arif melihat keadaan Mio dan terkejut karena tubuhnya sudah penuh dengan luka sayatan dan luka tusukan dibeberapa tempat. Luka tusukkannya sudah dibalut dengan kain oleh Sisi yang dia ambil dari pakaian Ryan itu terlihat dari baju yang dipakai oleh Ryan sudah compang-camping. Arif mendekati Mio dan Ryan menyingkir memberinya ruang Arif menatap Mio dengan tatapan sedih sedangkan Mio menatap Arif dengan tatapan berkaca-kaca dia senang melihat Arif sudah sadar dan dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Mio mengangkat tangan kananya dan menaruhnya kepipi Arif setelah tahu kalau apa yang dilihatnya ini bukanlah ilusi Mio sangat senang.
"Mio, kau tidak apa-apa?" Tanya Arif.
Mio tidak mendengar perkatanan arif karena dia sangat senang.
"Syukur kau baik-baik saja," ucap Mio senang.
"Lupakan tentang itu yang terpenting bagaimana dengagnmu?"
Mio tidak menjawab pertanyaan Arif dan hanya memajukan badannya dan menempelkan kepalanya kedada Arif. Arif yang sedikit terkejut mulai memeluknya.
"Maaf, aku tidak bisa melakukan sesuatu saat Fanri menusukmu. Maaf karena aku terlalu lemah sampai kau harus datang menyelamatkanku lagi," ucap Mio dengan nada sedih.
"Lagi?" ucap Ryan terkejut.
Arif hanya menatapnya dengan tatapan seolah berkata akan aku ceritakan nanti.
"Sudah aku bilangkan, klau kau dalam bahaya atau keadaan yang darurat panggil namaku. Aku akan datang dalam sekejap untuk menolongmu," ucap Arif sambil tersenyum.
Mio yang mendengar perkataan Arif tersenyum dan mulai menangis. Sisi yang tadinya membenci Mio sekarang merasa kasihan padanya. Setelah beberapa saat Mio akhirnya tenang.
"Bisa kita kembali sekrang?" Tanya Ryan.
Mio yang menatap Ryan mengangguk lalu Arif menggendong Mio dipunggungnya dan mereka berjalan meninggalkan tempat itu. Mio merasa sangat nyaman saat Arif menggendongnya dia bisa merasakan hangatnya punggung Arif dan betapa lebar punggungnya. Mio sangat menikmati hal itu sampai membuatnya tertidur.
"Dia tidur," ucap Sisi.
"Biarkan dia istirahat," ucap Arif.
"Sepertinya aku tidak perlu merasa khawatir tentang hubungan kalian kedepannya," ucap Ryan tiba-tiba.
Arif yang mendengar hal itu sedikit terkejut.
"Kau bicara apa?" Tanyanya.
"Tidak, bukan apa-apa, kan Sisi," jawab Ryan dengan senyuman lebar dibibirnya.
Sisi mengangguk dengan senyuman lebar dibibirnya sedangkan Arif menatap mereka berdua dengan tatapan bingung.