20

2153 Kata
Hari ini aku pulang dari supermarket setelah membeli beberapa camilan dan saat aku berjalan melewati sebuah gang aku melihat ada seorang gadis berusia sekitar 17 tahun berambut panjang berwarna hitam, memakai seragam sekolahku sedang dikelilingi oleh dua orang laki-laki dewasa dan sepertinya dia sedang digoda oleh mereka. Salah satu dari mereka mencoba menyentuh dagu gadis itu tapi ditepis olehnya tapi hal itu malah membuat laki-laki itu mulai lebih berani laki-laki yang satu lagi meraba p****t gadis itu dan gadis itu melepas tangan laki-laki itu dari pantatnya. Aku merasa kasihan dan ingin menolongnya tapi aku sudah berjanji pada Sisi untuk tidak berkelahi lagi tapi apa yang dilakukan oleh dua laki-lak itu sudah keterlaluan aku akhirnya memutuskan untuk membantunya. Aku berjalan lebih cepat menghampiri mereka. "Ya, disini kau ternyata," ucapku asal nyepos saat sudah berada didekat mereka. "Hah? siapa kau?" Tanya salah satu dari mereka. "Siapa? aku temannya. Kenapa kau malah bermain dengan cicak air ini? Ayo cepat anak-anak sudah nungguin," ucapku dan langsung menarik tangan kanan gadis itu. Gadis itu tampak terkejut dan dia tidak melawan balik tapi baru beberapa langkah tangan kiri gadis itu digenggam oleh salah satu dari laki-laki itu. Dan itu membuatku menghentikan langkah kakiku dan menoleh kebelakang. "Kau pikir kau mau pergi kemana? Hah," teriak laki-laki yang memegang tangan gadis ini. Aku tidak menjawab pertanyaanya dan langsung menarik tangan gadis itu dengan lebih kuat sampai cengkraman laki-laki itu terlepas dari tangan gadis ini. Karena tarikanku yang kuat itu membuatnya menabrak dadaku dan aku langsung memeluknya dan menatap dua laki-laki yang berada didepanku dengan tatapan marah dan mataku berubah menjadi merah. Dua laki-laki itu terkejut karena melihat mataku yang berubah menjadi merah lalu berjalan meninggallkan kami. Aku masih memeluk gadis itu sampai dua laki-laki yang menggodanya menghilang di tikungan setelah aku yakin mereka telah pergi jauh aku melepaskan pelukanku. Gadis itu tampak masih terkejut dan setelah beberapa saat dia mulai tersadar. "Eee,, sorry karena telah tiba-tiba muncul dan memelukmu," ucapku meminta maaf. "Tidak, seharusnya aku yang minta maaf karena kau telah susah-susah menolongku." "Tidak masalah, oh iya. Ngomong-ngomong namaku Arif, siapa namamu?" ucapku sambil menjulurkan tangan. Gadis itu melihatku ragu dan akhirnya dia menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya. "Mio, Sakurai Mio.P "Orang jepang, kah," ucapku dalam hati. "Ngomong-ngomong kau murid baru, ya?" tanyaku. "Eh? oh iya. Aku baru pindah kemarin," jawabnya setelah melihat pakaiannya sendiri. "Apa kita satu sekolah?" "Ya, aku rasa. Kau kelas berapa?" "Kelas 11-02." "Aku 11-01." "Dimana rumahmu?" "Aku tidak tahu, aku nyasar." "Eeh, bagaimana kalau aku membantumu mencarinya? dan juga apa kau tidak membawa hp?" "Tidak, aku meninggalkannya dirumah. Boleh saja." Kami akhirnya berjalan berdampingan dan selam perjalanan kami ngobrol berbagai hal dan ku tahu sedikit tentang gadis ini. Pertama, dia tinggal disini bersama dengan bibinya. Kedua, dia pindah kesini karena dia diminta oleh ibunya untuk menemani bibinya sekaligus agar dia mendapatkan ekperien baru dan membuatku melihat dunia dengan lebih luas. Saat kami berjalan melewati sebuah rumah tiba-tiba Mio berteriak. "Nah, ketemu." AKu terkejut dan menoleh kerumah yang berada disampingku. Saat aku melihat rumah itu aku terkejut karena rumah yang Mio maksud adalah rumah milik teman ibuku namanya Sakurai Yui tidak lama pemilik rumah itu keluar dan melihat kami dan langsung menghampiri kami. "Ara, Arif-kun selamat selamat siang," sapanya. "Mmm, selamat siang Kak Yui." "Mio? Ara-Ara, aku tidak tahu kalau kalian saling kenal." "Nee-san!" Teriak Mio. Saat mendengar perkataan Mio itu aku baru sadar kalau nama depan Kak Yui adalah Sakurai sama dengan Mio. "Tunggu Kak Yui, kakak kenal gadis ini?" "Apa maksudmu, aku kenal dengannya? dia ini adalah keponakan kesayanganku." Mendengarnya membuatku sedikit terkejut. "Ngomong-ngomong bagaimana kalian bisa kenal satu sama lain?" "Ah, aku menyelamtkannya dari preman c***l itu." "Ah, seperti itu." "Nee-san, kau kenal dengannya?" Tanya Mio. "Mmm, dia ini adalah putra teman dekatku." "Yang benar saja," ucap Mio lemas. "Ngomong-ngomong Arif-kun," panggil Kak Yui sambil melambai-lambaikan tangannya. AKu berjalan mendekatnya dan dia langsung merangkul pundakku dan langsung berbalik membelakangi mio. "Kakak, ada apa?" tanyaku terkejut. "Menurutmu bagaimana?" bisik Kak Yui. "Bagaimana?" "Tentang Mio." "Maa, menurutku dia cantik." "Apa kau mau jadi pacarnya?" Mendengar hal itu membuatku sangat terkejut apa yang dipikirkan oleh Kak Yui? baru juga aku kenal dengannya dan ini belum sejam dan langsung dapat lampu hijau. "A-apa yang kau katakan?" Tanya Mio terkejut. "Apa maksudmu? tentu saja merestui hubungan kalian," jawab KakYui tanpa rasa berdosa, Aku dan Mio hanya saling tatap-tatapan. Gara-gara Kak Yui susananya jadi canggung. "Kalau beigitu, Kak, aku pulang dulu," ucapku lalu berjalan meninggalkan mereka Tapi belum juga lima langkah kakYui sudah memanggilku. "Eh, bentar Arif-kun!" Aku berhenti dan menoleh kebelakang. "Iya Kak." "Apa kau gak mau mampir dulu?" "Gak usah." "Aku terlalu banyak membuat kue, apa kau mau?" Mendengar hal itu aku langsung balik kanan dan berjalan menghampiri Kak Yui dan Mio dan langsung belok. "Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal? Dimana kau menaruhnya?" Ucapku dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Kak Yui hanya melihatku masuk ke dalam rumahnya seenak jidat sambil tersenyum sedangkan Mio hanya melihatku dengan tatapan bingung. "Kenapa dia berperilaku seperti itu? masuk ke dalam rumah orang lain seenaknya," Tanya Mio pada Tantenya itu dengan perasaan bingung. "Kenapa? karena aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri. Selain itu aku juga menyukainya," jawab Yui sambil tersenyum. Mendengar kalau tantenya itu menyukai anak sekolah membuat Mio memandang tantenya dengan tatapan datar. "Kenapa kalian hanya berdiri disana? ayo sini atau aku habis kan semuanya sendiri," ucapku sambil memgang setoples kue kering di dalamnnya. "Kau ini apa tidak memiliki rasa malu?" Tanya Mio. "Punya," Jawabku. "Lalu kenapa kau bisa seenaknya masuk dan memakan kue dirumah orang lain tanpa merasa bersalah?" "Karena ini sudah biasa, aku sudah menganggap Kak Yui sebagai kakakku sendiri. Selain itu aku juga menyukainya," jelasku sambil memegang tangan Kak Yui. Kak Yui membalasku dengan ikut menggenggam tanganku dan menyenderkan kepalanya kebahuku. Mio yang melihat kami berdua sangat mesra menatap kami dengan tatapan tidak percaya. Melihat ekspresinya aku dan Kak Yui tertawa Mio yang melihat kami berdua tertawa terheran-heran. "Kenapa kalian tertawa?" "Dia percaya Kak," ucapku sambil menahan tawa. "Sukses besar," ucap Kak Yui senang. "Kenapa?" tanya Mio terheran-heran. "Menurutmu kami ini punya berpacaran? tidak kami tidak pacaran aku benar-benar menganggap Arif-kun itu cuma seperti adikku saja," jelas Kak Yui dengan perasaan senang. "Kami hanya mengerjaimu saja. Tapi kalau Kak Yui tidak masalah dengan itu aku siap untuk menjadi pacarnya," godaku. "Hahaha, kau ini suka sekali menggodaku." "Hahahaha." "Kau lihat, Arif-kun ini orangnya gampang diajak becanda aku yakin kau akan menyukainya dalam waktu dekat," ucap kak Yui. "Jangan terlalu berharap Nee-san," ucap Mio dengan raut muka datar." *** "Mio, kenapa kau senyum-senyum sendiri sejak tadi?" Tanya Rebeka. Mio yang sedari tadi melamun tersentak dan langsung menoleh ke Rebeka yang sedang duduk sebelahnya. "Tidak, aku hanya teringat waktu pertama kali bertemu dengan Arif," ucap Mio sambil tersenyum. "Eeh, jadi. Bagian mana dari Arif yang kau suka?" Tanya Rebeka. Mendengar pertanyaan Rebeka itu langsung membuat muka Mio memerah. "Ba-bagian mana? apa yang kau katakan?" ucap Mio terbata-bata. "Kau tahu kami semua tahu kalau kau adalah pacarnya." "Kau tahu?" "Iya, Sisi yang memberitahu kami." "Apa yang ku suka darinya? aku sendiri juga tidak tahu. Mungkin karena dia memperlakukanku seperti gadis biasa," ucap Mio sambil tersenyum. "Memang kau dari keluarga kaya?" "Tidak, hanya saja selama ini orang-orang disekitarku selalu memperlakukanku spesial, saat aku bertanya kenapa mereka melakukannya mereka hanya bilang. Karena aku cantik dan sejujurnya itu membuatku tidak nyaman." "Yah, kalau dilihat kau ini memang cantik." "Tapi Arif berbeda, dia tidak memperlakukanku seperti tuan putri, dan juga dia telah menyelamatkanku beerapa kali." "Jadi kau menyukainya karena kau berutang nyawa padanya." "Tidak, aku ... aku tidak tahu kenapa aku bisa menyukainya. Aku baru pertama kali merasakan perasaan seperti ini, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? ditambah dia selalu melindungiku sedangkan aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya. Meski aku memiliki kekuatan ini tapi dia masih tetap melindungiku." Sisi yang tidak sengaja mendengar obrolan mereka mulai merasa iba pada Mo. Dia membiarkan perasaanya membutakan pandangannya. Dan dia tersadar kalau Mio benar-benar menyukai kakaknya dia selama ini khawatir kalau Mio hanya menggunakan kakaknya sebagai bodyguard dan tidak benar-benar mencintainya. Dia mulai berpikir untuk merestui hubungan kakaknya Sisi berjalan meningalkan mereka yang sedang berada ditaman Rumah sakit. Mereka tetap berada disana sampai luka dikaki Mio sembuh total. *** Maria sedang duduk disalah satu atap gedung pencakar langit dan memandang kebawah dimana tidak ada apapun disana selain bangunan dan jalanan yang kosong. Dia menatapnya dengan tatapan kosong dan air mata mengalir deras dari kedua matanya dia masih memikirkan tentan pertemuannya dengan Arif waktu itu dia masih belum percaya kalau Arif tidak mengenalinya mungkin apa yang dikaakan kakaknya benar kalau ingatan Arif terhapus karena efek dari sihir perpindaha dimensi. "Mau sampai kapan kau berperilaku seperti ini?" Maria mendengar suara laki-laki dibelakangnya dia tahu suara itu. Itu adalah suara milik Diablo saat kakaknya Maria memperintahkan Diablo untuk pergi menemui Arif untuk mengatakan dimana Kakaknya itu berada Maria memaksa ingin ikut dengan alasan ingin melihat kakak laki-laki tercintanya itu lagi setelah beberapa tahun mereka berpisah. dan Diablo ditugaskan untuk menjaga Maria. "Kenapa kau masih disini?" Tanya Maria tidak peduli. "Kenapa? karena aku ditugaskan untuk menjaga dan mengawasimu." "Aku tidak perlu pengwal, aku bisa menjaga diriku sendiri." "Sayang sekali aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Bisa-bisa permaisuri memarahiku." "Kau melakukannya hanya untuk mendapatkan hati kakakku, kan. Aku tidak akan membirkan itu terjadi." "Apa yang kau katakan? aku sama sekali tidak tertarik dengan hubungan seperti itu." "Jangan mengelak, aku tahu kau memiliki perasaan terhadap kakakku." Mendengar hal itu Diablo sedikit kesa lalu menarik Maria sampai dia terjatuh dan Diablo menindih tubuhnya. "Dengar, benar aku melakukannya untuk mendapatkan hati permaisuri. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menghalangiku termasuk kau atau sang Raja Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan," ucap Diablo sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Maria. "Aku akan membunnuhmu kalau kau berani menyentuh kakakku," ancam Maria. "Kau? akan membunuhku? jangan bercanda aku ini lebih kuat darimu." "Memang, tapi kau bukanlah tandingan Kakakku, aku yakin kau akan mati tangan mereka." "Apa maksudmu laki-laki itu? jangan bercanda dia itu lebih lemah dariku." "Apa kau tidak lihat dia membunuh Fanrir dengan mudah." "Fanrir? jangan samakan aku dengan iblis rendahan seperti dia. Aku ini iblis tingkat S dan dia hanya iblis tingkat A dia mati ditangan manusia itu karena dia itu lemah dan terlalu meremehkan manusia itu. Selain itu manusia-manusia itu terlihat sangat kewalahan melawan mereka." "Itu karena mereka belum bisa mengeluarkan kekuatan mereka 100%. Kakakku bisa melakukannya karena kekuatannya baru bangkit." "Kalau seperti itu aku sangat ingin melihat kekuatan manusia-manusia itu yang sangat kau banggakan," ucap Diablo lalu pergi meninggalkan Maria. Sekarang Maria merasa khawatir dengan keadaan Kakaknya, dia khawatir Diabli akan menyerang mereka saat mereka sedang memulihkan tenaga mereka. Para monster yang berada dibawah printah Diablo tidak menyerang mereka secara langsung karena Sang Permaisuri memerintahkan mereka untuk tidak segera membunuh mereka karena dia memerlukan mereka hidup-hidup dan kekuatan mereka saat mereka sudah bisa mngendalikannya secara sempurna. "Apa yang harus aku lakukan? aku sangat iingin membantu mereka agar mereka bisa sampai ke tempat kakak dengan selamat. Tapi ini diperlukan agar mereka bisa mengeluarkan dan mengendalikan kekuatan mereka 100% kalau tidak semua rencan kakak akan sia-sia," ucap Maria dalam hati. "Baiklah, untuk sekarang aku akan mengawasi pergerakan Diablo." Maria pergi untuk mencari Diablo dan mengawasi setiap pergerakan yang dilakukan oleh bawahan yang sangat mencintai kakaknya itu. Maria melompat dari satu gedung ke gedung yang lain dengan keuatan teleportasinya lalu dia berhenti disalah satu atap gedung saat dia melihat Diablo sedang berdiri didepan monster-monster bawahannya. Maria menguping pembicaraan itu sambil menyembunyikan hawa keberadaan dan sihirnya agar Diablo tidak menyadari kalau Maria menguping pembeciraan mereka. "Dengar, sekarang kita akan menyerang para manusia yang masih tersisa. Kalian bisa melakukan apapun pada mereka tapi. Jangan sampai membunuh sang raja. Kalau sampai sang raja terluka parah atau bahkan mati permaisuri tidak akan memaafkan kita," ucap Diablo. "Maaf, tuan Diablo," ucap salah satu monster yang mengancungkan tangan. "Ada apa?" "Tuan Diablo mengatakan kalau kami boleh melakukan apapun pada mereka berarti kami boleh membunuh mereka?" "Aa, kalian boleh membunuh manusia selain sang raja." "Apa diantara mereka ada yang perepuan?" tanya seorang goblin. "Ya, diantara mereka ada perempuan. Kalian boleh melakukan apapun pada para wanita itu. Total wanitanya ada 4 orang." Setelah mendengar jawaban Diablo semua monster disana bersorak senang terutama para goblin. Maria yang mendengar kalau Diablo akan membaawa paksa Kakaknya berkeinginan untuk memperingatkan mereka tapi dia yakin meski dia melakukannya mereka tidak akan percaya. "Para manusia itu berada di rumah sakit tidak jauh dari sini. Aku yakin kalian sudah tahu siapa sang raja, kita berangkat sekarang. Dan tuan-tuan ... selamat bersenang-senang." Setelah pidato itu selesaii sorakan menggelegar dari para monster itu. Ada yang memukul-mukil ujung tombaknya ke tanah, ada yang memukul-mukul perisai mereka dengan pedang, dan sisanya mengangkat senjata mereka tinggi-tinggi. Maria memutuskan untuk memberitahu kakak dan teman-temannya tentang penyerangan ini, dia harus meyakinkan mereka apapun caranya Maria menghilang dan bergegas pergi ke tempat kakaknya berada. Diablo yang sudah menyadari kalau Maria mengupingnya memerintahkan beerapa monster bawahannya untuk menghentikan Maria..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN