#8

2138 Kata
"Siapa kau?" Teriak Ryan. "Aku memang mendengar kalau ada manusia yang masih terisa, tapi aku tidak tau kalau manusia itu hanyalah seorang bocah.” Ucap Wanita itu. “Aku bilang siapa kau? dan kenapa kau menyerang kami?” Teriak Ryan marah. “Aku tidak perlu memberitahu siapa namaku, karena kalian akan mati sebentar lagi.” “Karena kami akan mati, jadi aku ingin tau siapa nama orang yang membunuh kami.” Ucap Ryan memancing. “Baiklah jika kau memaksa, namaku adalah Kora, salah satu dari sepuluh iblis terkuat.” Ucap Kora memperkenalkan diri dengan nada sombong. “Iblis terkuat kah? aku rasa ini akan menarik.” Ucap Ryan dengan keringat di dahinya. “Ryan, apa yang akan kita lakukan sekarang?” Tanya Dave. “Kau pergi ke rumah tadi dan ambil senjata yang sekiranya bisa untuk membunuhnya.” “Tunggu, apa kau akan melawannya sendirian?” Tanya Dave khawatir. “Tidak ada cara lain. Harus ada yang mengalihkn perhatiannya dan yang lain pergi mengambil senjata karena kita sekarang tidak memiliki senjata sekarng, kalau tidak kita berdua akan dibunuhnya. Begini, aku akan mengalihkan perhatiannya dan kau pergi ke tempat tadi dan ambilkan aku senjata.”     “Kalau senjata aku punya, lihat.” Ucap Dave sambil memperlihatkan pistol miliknya.     “Tapi apa kita hanya bisa mengalahkannya hanya dengan menggunakan pistol? dan juga peluru yang kau punya hanya tinggal sedikitkan. Kau bukan John Wick yang bisa mengalahkan siapa saja hanya bermodalka satu pistol saja.”     “Dan kau bukanlah Brus Lee yang bisa mengalahkannya hanya dengan tangan kosong.”     “Karena itu aku minta kau pergi ke rumah tadi dan bawakan aku senjata.” “Tapi… ” Belum juga Dave menyelsaikan ucapannya Ryan sudah menggunakan kekuatannya. Secara tiba-tiba angin berhembus dengan kencang dan berputar di sekeliling Ryan. “PERGI!” Teriak Ryan sambil merapatkan kedua lengannya.     “AAAH, s**t. Pokoknya kau jangan sampai mati. Kalau kau mati aku akan membunuhmu.”     “Bagaiman kau akan membunuhku kalau aku sudah mati, bodoh.” Ucap Ryan dengan senyum lebar. Angin di sekeliling Ryan menjadi lebih besar debu-debu berterbangan tertiup oleh angin itu. Debu-debu itu menutupi pandangan tapi, itu lah yang Ryan rencanakan dan saat Ryan menggerakkan tangannya seperti melempar sesuatu ke arah depan, angin itu melesat menuju Kora yang sedari tadi berdiri menunggu mangsanya selesai berdebat. Melihat angin itu mengarah ke padanya, dia tidak bergerak sedikitpun dan hanya menggunakan ekornya yang berbentuk ekor kalajenging itu untuk menangkis serangan Ryan. Angin itu berhamburan setelah ditebas oleh ekor itu. “Oh, jadi kau bisa menggunkan sihir. Ini akan menjadi menarik tapi, serangan seperti itu tidak akan bisa menggoresku.” “Sayang sekali, tapi tujuanku bukan untuk menggoresmu.” “Apa?” Ucap Kora sedikit terkejut. Dia melihat ke belakang Ryan debu-debu itu mulai memudar dan pandangannya mulai terlihat jelas. Kora terkejut karena dia menyadari kalau pria yang tadi berdiri di belakanynya telah menghilang. “Oh, jadi kau mengorbankan diri agar temanmu bisa melarika diri. Sungguh berani, aku suka laki-laki yang berani sepertimu.” “Terimakasih atas pujiannya dan pernyataan perasaanmu. Tapi, sayang aku lebih suka gadis yang berpakain lebih tertutup. Meski aku tidak akan menolak kalau kau mengajakku pergi kencan.” Ucap Ryan asal ngomong. Meski apa yang dikatakannya benar. Ryan tidak akan menolak kalau seandainya wanita di depannya itu mengajaknya kencan. “Kalo begitu, ini adalah kencan pertama kita.” Ucap Kora bersemangat.     “Ini bukan kencan yang aku harapkan tapi. Baiklah, aku akan kencan denganmu.” Mereka berdua tersenyum dan mulai berlari. Kora mulai menunduk dan ekornya bersiap untuk menyerang. saat ekor itu akan menusuknya Ryan melompat dengan menggunakan angin di bawah kakinya sebagai pendorong lompatannya menjadi lebih tinggi dari biasanya. Ekor itu hanya menyerang udara kosong dan menancap di atas tanah, tanah yang di tusuk oleh ekor itu meninggalkan lubang yang sangat besar. “Untung aku tidak terkena ekornya, kalo sampai aku terkena benda itu sudah dipastikan kalau tubuhku pasti hancur.” Ucap Ryan dalam hati. Ryan memutuskan untuk pergi ke tempat yang lebih luas. Bertarung di tempat yang sempit sangat tidak menguntungkan. Ryan berlari di atas atap rumah-rumah  di ikuti oleh Kora yang mengejar di belakang. Ryan mengangkat genteng-genteng di sekitarya dan melemparkannya ke arah Kora. Kora hanya menangkisnya menggunakan ekornya dan karena sedikit bosan karena apa yang terjadi tidak seperti apa yang dia ekspetasikan. Dia pikir kalau pertarungan ini akan menjadi pertarungan yang menarik tapi, yang terjadi adalah hanya adegan kejar-kejaran saja. Kora mulai mengeluarkan duri-duri beracunnya dari ekornya. Dia membidik dan duri-duri beracun itu melesat ke arah Ryan yang masih berlari. Ryan menoleh ke belakang untuk mengecek apa musuhnya masih mengejarnya sedikit terkejut karena dia melihat ada duri-duri keluar dari ekor musuhnya itu tepat di bagian kantung racunnya. Duri-duri itu melesat menghampirinya dan Ryan lebih cepat mengangkat genteng-genteng di sekelilingnya dan membuat genteng-genteng itu  menyatu membentuk dinding. Duri-duri itu tertahan oleh genteng-genteng yang menyatu membentuk setengah lingkaran dengan ketebalan tiga lapis dan menancap disitu. Beberapa bisa menembusnya tapi tidak sampai mengenai Ryan, Ryan melempar gentang-gentang itu ke arah Kora. Kora yang melihat genteng itu melesat ke arahnya diikuti oleh duri-duri yang tadi menancap di genteng itu ikut melesat bersamanya melompat dan lompatannya itu cukup jauh kedepan dan sekarang dia mendarat dan berdiri membelakangi Ryan lalu berbalik menhadapnya.  Ryan yang melihat orang yang mengejarnya telah sampai di depannya menghentikan larinya. “Kejar-kejarannya kita akhiri sampai di sini saja!” Ucap Kora sudah merasa bosan.     “Apa? jangan lah. Kita main sebentar lagi!”     “Maaf saja tapi aku tidak ada waktu untuk menemanimu bermain. Aku ada pekerjaan yang harus aku lakukan dengan cepat.”     “Aku baru tau kalau iblis juga punya deadline.”     “Kehidupan kami tidak berbeda jauh dari   kehidupan kalian manusia. Kamu juga harus melakukan suatu pekerjaan untuk hidup.”     “Ah, aku mengerti sekarang tapi. Aku ingin kau menemaniku bermain sedikit lebih lama lagi,” Ucap Ryan sambil mengangkat tangan kanannya sejajar dengan d**a dan tangan kiri bergerak seperti menarik anak panah. “Sihir angin, panah sylph.” Sekarang di tangan kanannya muncul angin yang bergulung membentuk sebuah busur panah, dan saat tangan kirinya bergerak sepeti menarik busur angin itu muncul gulungan angin yang membentuk anak panah dengan mata anak panah berbentuk bor. Ryan melepas tali busur itu dan anak panah itu bergerak melesat ke arah Kora. Panah angin itu melesat dengan cepat, Kora yang tidak mengira kalau anak panah itu dapat melesat dengan kecepatan yang sangat cepat terkejut dan meompat ke kanan. Kora berhasil menghindar tapi anak panah itu berhasil menggores perut bagian kanannya. “Yang barusan cukup lumayan, kau bahkan bisa menggoresku.”     “Terimakasih atas pujiannya.” Ucap Ryan yang sudah berada di samping Kora dengan panah angin yang sama seperti barusan mengarah ke kepala Kora sekarang dengan posisi yang sangat dekat.  Ryan melepas tali busur itu dan menembak Kora di jarak yang sangat dekat. Tapi ternya Kora mempunya reflek yang sangat cepat dan berhasil menghindari tembakan itu dengan berjongkok dan mengarahkan pukulan telak di perut Ryan stelah anak panah itu melesat melewati kepalanya. Ryan yang terkena pukulan itu terpental cukup jauh dan menabrak beberapa atap rumah sampai akhirnya terjatuh di sebuah lapangan bola.      “Aaagh, untung aku menggunakan keuatanku untuk meminimalisir dampak dari tubrukn dengan atap rumah dan kejatuhanku. Jadi tubuhku tidak terlalu terluka parah tapi … ini sakit sekali.” Gerutu Ryan sambil memegangi perutnya yang terkena pukulan tadi dan menahan sakit karena menabrak beberapa atap rumah dan jatuh datik ketinggian . Kora sekarang sudah berdiri tidak cukup jauh dari Ryan dan berjalan menghampirnya dengan tatapan marah.     “Kau lumayan tangguh juga, biasanya manusia biasa pasti mati jika terpental seperti itu.”     “Ah, ku rasa aku sekarang bukan manusia lagi. Karena itu aku bisa selamat, meski tubuhku sakit semua.”     “Tenang saja, aku akan membebaskanmu dari rasa sakit itu dengan membunuhmu.”     “Terimakasih atas perhatinnya tapi, aku masih ingin hidup. Karena aku belu nikah.”     “Sekarang apa yang harus aku lakukan? aku sudah bisa membuat senjata dengan menggunakan kekuatanku tapi. Aku tidak yakin bisa membuat udaranya lebih padat dari panah itu. Dan juga, aku sekarang hanya bisa mempertahankan bentuknya selama tidak lebih dari dua puluh detik dan dengan jarak tembakan maksimal sekitar 100 meter. kekuatan ini memakan banyak tenaga, jika aku menggunakannya lebih lama lagi aku bisa pingsan dan dia bisa membunuhku,” Ucap Ryan dalam hati memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah ini dan dampak akibatnya.“ Kurasa aku tidak mempunyai selain mencobanya.     “Bagaimana? apa kau sudah menyerah?”     “Menyerah? apa tu, suatu nama makanan? aku tidak memiliki kata itu dalam kamusku.” Ryan berdiri dengan sisa tenaga yang dia miliki.     “Oh, masih mau lanjut main? Sekarang, apa yang akan kau lakukan?”     “Entahlah.” Jawab Ryan dengan senyum lebar di bibirnya. Dia menggerakkan jari-jari tangan kanannya seperti sedang memegang sesuatu. Dan di telapak tangannya itu terdapat angin yang bergulung dan membentuk sebuah pedang. Debu, dedaunan, dan segala yang ada di sekitar Ryan mulai beterbangan mengitari dirinya.     “Sihir angin, Invisible Sword.” dan bersamaan dengan teriakan itu tubuh Ryan melesat dengan kecepatan yang luar biasa menuju Kora. Kora yang terkejut dengan gerakan itu mengarahkan ekornya untuk menusuk Ryan. Tapi, sebelum Ryan sampai di depan Kora dia memperlambat lajunya dan menunduk dan meluncur di bawah serangan ekor itu dan menusukkan pedang anginnya tepat ke perut Kora. Serangan itu secara telak menghantam perutnya dan membuat Kora terhempas beberapa meter sampai menabra sebuah pohon jambu sampai pohon itu tumbang. Ryan jatuh berlutut dia atas rumput karena dia sudah menggunakan sebagian besar energinya untuk serangan barusan. Sekarang dia kehabisan tenaga dan sudah kesusahan untuk berdiri lagi.     “Sial, aku sekarang benar-benar kehabisan tenaga. Aku harap ini telah selesai tapi, aku rasa itu hanya harapanku saja.” Gerutu Ryan. Dia berkata seperti itu karen musuhnya masih dapat berkegerak meski dia sudah terpentak sangat auh sampai menumbangkan sebuah pohon jambu yang brukuran besar. Terlihat kalau Kora mngalami luka yang cukup parah karena serangan tadi. itu terlihat dari darah segara yang mengalir di kepala dan beberap bagian tubuh lainnya. Tapi yang paling parah adalah bagian kepala dan perut yang terkena serangan Ryan secaara langsung tadi. pakaian yang digunakannya juga sekarang mengalami sobek di beberapa bagian. Dan sekarang dia sudah menjadi sangat marah. Marah sekali.     “Bocah kurang ajar. Aku pasti akan membunuhmu!” Teriak Kora marah.     “Hehe, kurasa untuk yang kali ini aku tidak akan bisa menghindar.” Ucap Ryan pasrah. Kora mengerahkan semua kekuatannya yang masih terisa untuk merubah wujutnya ke bentuk aslinya yaitu seekor Manticore. Perubhan itu dimulai dari tangan dan kakinya yang membesar dan berubah menjadi seperti tangan singa, lalu diikuti oleh tubuhnya yang juga membesar dan membentuk tubuh singa, dikepalanya tumbuh tanduk dan dipunggungnya tumbuh sayap kelelawar. Dan kepalanya berubah menjadi kepala singa betina.     “Manticore, itu menjelaskan tentang serangannya selama ini dan sekarang aku tau kenapa namanya Kora. Di ambil dari Mantikora, aku rasa dia adalah tipe perempuan yang tidak mau ambil pusing.” Ucap Ryan dengan senyuman putus asa di wajahnya.     “Sepertinya kau sudah menyerah.”     “Oh iya, kau tau dari mana?”     “Itu terlihat jelas di wajahmu.”     “Yah, mungkin itu karena sekarang aku sudah kehabisan tenaga … dan kau sudah menjadi sedikit lebih besar dengan gigi yang sepertinya tajam itu. aku sama sekali tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang.”     “Aku punya saran untukmu. Kenapa kau tidak duduk tenang disitu saat aku membunuhmu.”     “Yah, tapi tidak terimakasih, aku masih mempunyai pekerjaan yang belum aku kerjakan. Aku bisa mendapat masalah kalau aku tidak segera menyelesaikannya.” Kora berlari menghampiri Ryan yang masih berlutut diatas rumput. dan saat jarak mereka sudah hampir dekat terdengar suara tembakan dan di salah tu sayap Kora terdapat lubang yang cuku besar.     “Kau lama sekali! aku pikir aku akan mati tadi.” Teriak Ryan dengan senyum lebar di wajahnya.     “Maaf, aku mencari kalian kemana-mana. Ternyata kalian ada di sini.” Suara itu terdengar dari salah satu sudut lapangan. Di sana sudah ada Dave yang berjalan menghampiri Ryan dan Kora sambil menenteng sebuah tas besar dan sebuah sniper riffle di tangannya.     “Kau … aku kira kau sudah lari ketakutan.”     “Lari ketakuan? maaf saja ya, aku ini bukanlah seorang pecundang yang rela mengorbankan temannya sendiri untuk bisa selamat.” Ucap Dave dengan nada mengejek.     “Kau bawakan sesuatu untukku?” Tanya Ryan saat Dave sudah berada di sebelahnya.     “Ini, kau cari saja sendiri kesuakaanmu. Aku lebih suka ini.” Jawaba Dave sambil menyerahkan tas besar yang dibawanya kepada Ryan. Ryan menerima tas itu dan membukanya. Didalamnya terdapat berbagai jenis senjata api. Mulai dari pistol, sampai granat. Ryan mengambil sebuah riffle dari tas itu memasang magazinnya dan melepas pengamannya. Lalu berdiri.     “Aku terkejut kau tau bagaimana cara melepas pengamannya.”     “Heh, tidak sia-sia aku bermain berbagai game ganre fps, dan game VR.”     “Hahahaa. Baiklah, ayo kita mulai!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN