Mantikore itu berlari ke arah mereka, Ryan dan Dave menembaki makhluk itu tapi peluru mereka tidak bisa menmbus kulit makhluh itu. Mantikore itu melompat dan mengangkat kaki depannnya dan bersiap menerkam mereka. Dav dan Ryan melompat ke arah yang berlawanan Ryan ke kanan sedangkan Dave ke kiri. Serangan makhluk itu meleset dan setelah mendarat dia memutar badannya dan menghadap Ryan. Ryan yang sudah siap menghadapi makhluk itu mengakat senjatanya dan mengarahkannya ke makhluk itu. Makhluk itu mengaung dan mengarahkan ekornyak arah Ryan, dari tempat bisa di ekor itu muncul jarum-jarum berukuran besar dan jarum-jarum itu melesat dengan sangat cepat mengarah ke arah Ryan. Menyadari serangan itu Ryan lalu melompat sangat tinggi untuk menghindarinya tapi, Mantikore itu menggerakan ekornya mengikuti arah Ryan melompat.
Menyadari serangan itu Ryan melompat di udara, dia memadatkan udara di bawah kakinya dan mendorong dirinya dengan udara itu. membuatnya seperti berjalan diudara. Ryan terus melompat ke sana kemari menghindari tembakan jarum-jarum beracn itu yang terus berdatangan tanpa henti.
“Cih, apa dia tidak bisa kehabisan jarum? ini merepotkan.” Gerutu Ryan.
Dave yang melihat kejadian itu tidak bisa berdiam diri saja, dia harus berbuat sesuatu untuk membantu Ryan. Dave mengankat senjata yang di pegangnya dan mengarahkan senjata itu pada mata kiri makhluk itu. Dave menarik nafas panjang dari hidung lalu menghembuskannya lewat mulut, saat dia menghembuskan nafasnya Dave menarik pelatuknya dan berhasil. Mata kiri makhluk itu meledak terkena peluru senjata Dave, Makhluk itu berbalik dan sekarang menghadap Dave yang sedang berdiri sambil menodongkan senjatanya pada makhluk itu. Makhluk itu menatap Dave dengan tatapan marah dan berlari ke arahnya sambil mengaung keras. Dave yang melihat itu lalu menembaki makhluk itu tapi tembakannya sebagian besar meleset dan yang mengenai kepala Mantikore itu terpental jaduh karena tidak bisa menembus kulit makhluk itu.
Makhluk itu melompat dengan mulut terbuka lebar memperlihatkan taring-taringnya yang tajan-tajam. Dave melompat ke samping dan terjatuh saat mendarat, dia berbalik dan melihat makhluk itu berditi di depannya. Makhluk itu berjalan mendekati Dave yang merangkak menjauh dari makhluk itu, Dave mengakat senjatanya lagi dan menodongkannya pada monster di depannya lalu menembakinya sampai pelurunya habis. Melihat Dave yang suadah terpojok Ryan langsung melesat menghampiri Dave dan bersiap melakukan rider kick pada monster itu. Dia meluruskan kaki kanannya tidak terlalu lurus tapi sedikit menekuknya, lalu kaki kirinya menekuk sampai betisnya menyentuh pahanya dan dia melakukannya dalam posisi miring. Dibantu oleh udarah yang mempercepat lajunya dia melesat seperti rudal yang terbang menuju targetnya. Ryan menyerang makhluk itu tepat di kepalanya, Mantikore yang tidak menyadari serangan itu terpental beberapa meter sampai menabrak sebuah rumah dan membuat lubang besar pada salah satu dindingnya. Ryan mendarat dengan mulus di tempat makhluk itu tadinya berdiri.
“Kau tidak apa-apa?” Tanya Ryan.
“mmm, kau sendiri?” jawab Dave sambil mengangguk satu kali.
“aku tidak apa-apa.” Ucap Ryan lalu setelah beberapa detik Ryan langsung mengelus kakinya yang dia pakai untuk menendang monster itu dengan ekspresi kesakitan.
Dave yang melihat tingkah laku Ryan hanya dapat tertawa melihatnya bertingkah konyol. Monster itu kembali berdiri dengan tanduk kanan yang sudah patah karena terkena serangan tadi dan darah segar mengalir di kepalanya.
“Dave, ambil senjata lain! yang kau pegang itu sudah kosongkan.”
“Jangan khawatir, aku bisa mereloadnya.”
“Tidak ada waktu untuk melakukan reload. Mengganti senjata lebih cepat ketibang mereloadnya.”
Mendengar perkataan Ryan Dave langsung berlari menuju tas besar yang tergeletak di tanah dan mengambil senjata lagi. Mantikore itu sekarang sudah sangat marah dia bersiap untuk menerang, Ketika Rya bersiap untuk menembaknya tiba-tiba Mantikore itu menghilang, Ryan yang melihat itu terkejut dan mempertajam semua indra yang dapat dia tingkatkan. Mantikore itu secara tiba-tiba menampakkan wujutnya dan sekarang sudah berada di sebelah Dave yang masih sibuk mengotak-ngatik isi tas. Dave yang menyadari hal itu menoleh ke sebelah kiri dan melihat monter itu sudah berdiri dengan tatapan marah. Ryan yang menyadari hal itu langsung mengeluarkan panah anginnya dan menembakkannya ke arah monster itu. Menyadari serangan itu makhluk itu hanya mengibaskan ekornya untuk menangkis serangan itu, panah angin itu mengilang setelah terkena sabetan ekor itu. Mantikore mnoleh ke belakang dan menatap Ryan dengan tatapan mengitimidasi yang sangat kuat, Ryan yang melihat tatapan itu secara tiba-tiba tidak bisa bergerak. Tubuhnya tersa membeku, keringat dingan mengalir dengan deras, tubuhnya bergetar hebat, Dave yang melihat perhatian makhluk itu teralihkan mulai bangkit dan berlari menjauh dari monster itu. Menyadari mangsanya berusah kabur monster itu berlari mengejarnya.
Dave berlari sambil terus menembaki monster itu dengan pistol yang di bawanya sambil terus memanggil-manggil Ryan yang masih berdiri mematung.
“WOY, RYAN, WOOOOY, RYAAAAAAN HEEEEEEEEEELP!” Teriakan Dave itu menyadarkan Ryan dan dia menggelengkan kepalanya untuk menyadarkannya. Setelah dia sadar sepenuhnya Ryan langsung mencari dimana monster itu sekarang, dan dia menemukannya. Makhluk itu sedang mengejar Dave yang berlari kesana kemari sambil menembaki monster itu, Ryan langusng berlari menghampiri tas bersisi senjata lalu mencari sesuatu, sebuah senjata berat dengan daya hancur tinggi. Lalu dia menemukan sesuatu yang menarik, sebuah RPG dan sudah terisi peluru dan dua peluru cadangan. Ryan tersenyum jahat saat melihat senjata itu, dia mengambilnya dan melepas pengamannya tapi tidak mengambilnya, melainkan dia mengambil sebuah riffle dan menodongkannya pada makhluk itu.
“WOY, KUCING ANEH!” Teriaknya.
Mantikore itu lalu menghentikn larnya dan menoleh ke arah Ryan yang sudah berjongkok dan menodongkan senjata padanya. Ryan menarik pelatuk dan terus menembaki monster itu, saat pelurunya habis dia langsung mereloadnya secepat yang dia bisa. Merasa ditantang monster itu lalu mengaum keras dan berlari menuju Ryan saat jaraknya sudah lumayan dekat Ryan menggunakan kekuatannya tiba-tiba ada angin yang berhembus mengitari monster itu. Monster itu menghentikan larinya debu-debu dan segala sesuatu yang dapat di angat oleh angin berter bangan mengitari monster itu, membuatnya tidak bisa melihat apa-apa. Ryan memanfaatkan kesempatan ini untuk mengakhiri pertarungan ini, dia mengmbil rpg tadi dan berlai menghampiri monster itu. Dia berhenti setelah beberapa meter di depan monsster itu, dia menghentikan angin yang mengitari monster itu dan saat pandangannya suda bersih.
“Hoy, selamat tinggal.”
Mantikore itu mengaum keras ketika dia melihat musuhnya berada tepat di depan matanya, lalu Ryn menarik pelatuk dan roket itu meluncu, melesat masuk ke dalam mulut monster itu .Dan bertepatan dengan tabrakan dengan langit-langit mulutnya, roket itu meledak, ledakannya sangat besar sampai-sampai membangunkan Raja Neptunus.
“Eh, eh apa?” Ucap Raja Neptunus terkejut.
Ryan yang terkena efek ledakan itu terpental beberapa meter meski dia sudah berada sedikit jauh dari pusat ledakan. Setelah debu-debu dan asap itu hilang nampaklah sosok singa besar, berekor kalajengking, dengan sayap kelelawar yang sudah robek sana sini dan sayap sebelah kiri hanya tinggal seperempat, dan tanpa kepala terbaring kaku.
“Senang bissa kncan denganmu … Sayonara.” Ucap Ryan sambil terengah-engah.
Dave yang melihat kejadian itu langsung berlari mendekati Ryan yang masih terduduk di atas tanah. Dan langsung memeluknya saat sudah sampai didekatnya.
“Kau berhasil bro, kau berhasil.” Ucap Dave senang.
“Yah, bisakau lepskan aku? aku mulai kehabisan oksigen di sini.”
“Ouh, sorry.”
“Sudahlah, ayo kita ambil lebih banyak senjata dan amonisi! Karena kita sudah menggunakannya terlalu banyak.”
“Baiklah, apa kau bisa berjalan?”
“Yah.” Jawab Ryan sambil berdiri dengan lemas.
***
“Seperti itu.” Ucap Dave menerangkan apa yang telah terjadi.
Kami sekarang sedang duduk santai di ruang tengah, kami memutuskan untuk berangkat menuju bandara besok pagi karena hari ini aku, Ryan, Dave, dan Leonardo sangat kelelahan.
“Jadi, apa yang terjadi dengan kalian sampai berumuran darah begitu?” Tanya Rebeka.
“Kita di serang oleh anjing.” Jawab Leonardo datar.
“Masak di serang anjing sampai belumuran darah seperti itu?”
“Lebih tepatnya kami diserang oleh ghoul dengan bentuk anjing.” Timpaku.
“Ghoul? Pantas kalian bau banget.” Ucap Ryan.
“Diam lah!” Ucapku kesal.
“Jadi sekarang mau bagaimana?” Tanya Mio.
“Apanya?” Jawabku.
“Kalian mau makek yang mana senajtanya?”
“Ah, aku makek ini” Jawabku sambil memegang pistol revolver.
Aku memilih senjata ini karena aku memang menyukai senapan model seperti ini. Semenjak aku melihatnya di video tentang senjata api aku sudah kepincut ama ni pistol, selain itu senjata jenis ini juga menjadi pistol paling besar damagenya di setiap game fps. Terutama yang kalibernya besar dan dapat menampung enam butir peluru atau lebih, meskipun suara yang di hasilkan terbilang sangat keras tapi aku tidak peduli dengan hal itu.
“Kalian sudah milih kan? Kalo begitu ayo kita tidur, besok pagi -pagi sekali kita berangkat.” Perintah Leonardo.
***
Ini masih pagi sekali untuk bangun, tapi mau tidak mau aku harus segera bersiap karena aku tidak mau ditinggal. Setelah selesai sarapan kami bergegas membawa segala hal yang sekiranya di perlukan dalam perjalanan, lalu kami berangkat menuju bandara. Dari rumah Ryan menuju bandara di perlukan waktu sekiitar lima jam, selama perjalanan menuju bandara kami selalu waspada kalau-kalau ada sesuatu yang tiba-tiba datang menyerang.
“Kakak, kita akan baik-baik saja kan?” Tanya Sisi khwatir.
“Tentu saja, kau tidak perlu takut. Disini ada orang yang siap mempertaruhkan nyawanya untuk melindungimu.”
“Oh iya? siapa itu kalau aku boleh tau?” Timpa Ryan.
“Tentu saja kau, aku tidak ingin capek-capek bertarung.”
“Dasar pengecut.” Ejek Dave.
“Apa maksudmu?” Ucapku.
“Pengecut, aku tidak yakin kalau benar-benar bertarung dengan minatour dan berhasil menang.”
“Kau tidak percaya dengan apa yang aku katakan?”
“Ah, malahan aku yakin kalau Mio lah yang telah mengalahkannya. Bukanlah kau.”
“Jangan ngomong seperti itu, aku sudah melihatnya bertarung. Dan kau benar dia ini sangat payah dalam bertarung.” Ucap Leonardo diikuti tawa keras.
“Kalian ini, berhenti bercanda! Bagaimana kalau ada sesuatu yang mengerikan mengarah kemari?” Teriak Rebeka memarahi kami.
Dan bertepatan dengan apa yang dia katakan secara tiba-tiba aku melihat ada sebuah mobil terbang ke arah kami. Aku langsung berteriak memberi tahu kalau ada sesuatu melayang ke arah kita sambil menunjuk arah depan “MOBIL” Leonardo dan yang lainnya menoleh ke arah yang depan dan mereka terkejut karena melihat ada mobil melyang ke arah kami. Leonardo langsung membanting setir ke arah kanan dan mobil itu melesat melewati kami lalu meledak setelah berguling beberapa kali. Tidak hanya ada satu tapi ada banyak benda berterbangan menuju ke arah kami, mulai dari mobil, motor, bangku taman, lampu penerangan jalan, lampu lalu lintas, Truk, sepeda, ayam, kucing, anjing, babi, komputer, bahkan aku melihat vga 3060TI melayang dan hancur menghantam tanah.
“Waaah, sayang. Mahal itu.” Ucapku sedih.
“Ini bukan waktunya mengurusi vga komputer!” Teriak Mio.
Lalu tiba-tiba ada berbagai kosmetik menabrak mobil dan hancur berantakan. Dari apa yang aku lihat sekilas aku kira itu adalah dari brand ternama.
“AAH, SAYANG ITU MAHAL.” Terialk Rebeka, Dian, Sisi, dan Mio bersamaan.
“Ini bukan waktunya mengurusi kosmetik mahal.” Teriakku mengembalika ucapan Rebeka tadi.
“DIAM!” Bentak Rebeka, Dian, Sisi, dan Mio bersamaan.
Mendengar bentakan itu langsung membuatku terdiam. Gila, mereka bisa lebih galak dari biasanya kalau mendapat masalah yang bersangkutan dengan kosmetik, Bentar. Sejak kapan Sisi peduli ama kosmetik? Perasaan dia tidak terlalu mempermasalahkan penampilannya. Dia selalu menggunakan sedikit kosmetik dan selalu dandan tipis aja, meski yang beli tu barang adalah aku. Mana mahal lagi buat satu buahnya. Bukan apa-apa tapi setiap dia beli pasti tiga biji, bayangin aja harga masker wajah bisa habis 370 satuannya dan itu biasanya beli tiga. Bangkrut aku.
Ok, kembali ke laptop. Kami Leonardo teru memutar setir untuk menghindari barang-barang random yang terbang ke arah kami.
“Sial, siapa yang melempar barang-barang random ini?” Umpat Leonardo.
barang yang terbang ke arah kami memang random, bayngkan aja sampe ada popok seisi-isinya nemplok di kaca samping kanan bagian belakang. Mana baunya ampe masuk ke dalam lagi.