24

1602 Kata
Aku mengayunkan pedangku secara mendatar dan menebas tiga monster didepanku lalu aku melihat sekeliling dan melihat ada beberapa monster yang berhasil masuk ke dalam rumah sakit. Aku merasa kalau monster-monster ini tidak ada habisnya lalu aku teringat akan ucapan Leonardo kalau saat aku mengamuk aku bisa memanggil sebuah pedang dari dalam tanah dan kekuatanku bertambah sepuluh kali lipat aku lalu mencoba mengingat tentang apa yang terjadi setelah Fanrir menusukku aku meang sedikit mengingatnya tapi hanya berupa potongan-potongan gambar dan tidak terlalu jelas. Aku memejamkan mataku lalu mengangkat tangan kiriku ke depan dan telapak tanganku terbuka dan menghandap ke bawah, aku membayangkan apa yang Leo katakan waktu itu. Aku merasakan hangat ditelapak tanganku aku tidak menyadari kalau tepat dibawahku muncul lingkaran sihir dan dari lingkaran itu keluar sebuah pedang katana dengan gagang berwarna merah aku membuka mataku dan melihat pedang itu melayang ke tangan kiriku. Aku menggenggam pedang itu dan linngkaran dibawahku, lebih tepatnya didepan kakiku menghilang aku mengayunkan pedang itu, Pedang itu terasa sedikit berat, sedikit leih berat dari pedangku yang aku gunakan selama ini saat aku memegangnya kekuatanku seakan bertambah aku merasakan ada sesuatu yang mencoba keluar dari dalam diriku tapi aku menahannya dan mencoba fokus untuk bertarung tapi sebelum aku mencoba untuk mengayunkannya tiba-tiba pedang itu mengeluarkan aura hitam dan aku memiliki perasaan buruk kalau aku menggunakannya. “Aku rasa, belum saatnya aku menggunakan pedang ini,” ucapku dalam hati. AKu melepas cengkramanku pada pedang itu dan pedang itu jatuh ke tanah tapi sebelum pedang itu mendekati kakiku pedang itu sudah berubah menjadi api lalu menghilang tanpa jejak. Aku menghirup nafas dalam lalu mengeluarkannya secara berat aku mengeluarkan kekuatanku lalu menyalurkannya ke pedangku sekarang pedangku diselimuti oleh api. Aku mengangkat pedangku ke atas kepala dan memgangnya dengan kedua tangan aku membuka kakiku sedikit lebih lebar dan menendang udara dan melompat lebih tinggi lalu aku menyelimuti tubuhku dengan api dan melesat kebawah dengan kekuatan penuh. Gerakanku itu membuatku menjadi seperti meteor yang terbang menuju permukaan bumi. Saat aku menabrak tanah terjadi ledakan besar asap membumbung tinggi dan tempat aku mendarat muncul cekungan yang cukup besar setelah mendarat aku langsung berlari kearah monster-monster itu. Aku mengayunkan pedangku secara terus menerus sambil berlari setiap monster yang menghadangku selalu terkena sabetan pedangku. Aku mengayunkan pedangku secara miring dari atas kanan ke bawah kiri dan menebas d**a salah satu monster didepanku aku memutar badanku dan saat salah satu monster berusaha menyerangku dia meleset dan aku bergerak melewatinya tapi saat aku sudah berada dibelakangnya aku langsung menebas punggung monster itu secara mendatar. Aku lalu mengayunkan pedangku dengan kekuatan penuh dari bawah ke atas sampai ke bawah lagi sambil berputar ke belakang dan membentuk sebuah lintasan darah berbentuk sabit di belakangku dan membuat monster yang berada didepanku tebelah menjadi dua. Aku berlari kedepan dan terus mengayunkan pedangku. Aku melakukan gerakan yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan sebelumnya, seperti, berputar di udara, salto depan, belakang, samping. Kalo samping aku bisa tapi ini tanganku tidak menyentuh tanah, dan juga kemampuan fisikku bertambah, Setelah melakukan gerakan rumit sperti itu dan dalam tempo yang singkat tapi aku tidak merasa kelelahan padahal aku jarang sekali olahraga. Aku merasakan ada sesuatu mendekat ke arahku aku menoleh kebelakang dan melihat ada sebuah pedang berukuran besar mengah padaku dari atas kebawah melihat hal itu aku langsung melompat kedepan dan berguling setelah itu aku mendongak ke atas dan melihat pedang itu kembali mengarah padaku aku kembali melompat kesamping. Serangan itu terus belanjut selama beberapa saat dan aku hanya bisa menghindarinya karena aku tidak memiliki kesempatan untuk membalas serangannya. Sampai pada satu titik aku merasa kesal lalu saat pedang itu mengarah padaku dari atas kebawah aku memutuskan untuk menahannya dengan pedangku meski ukurannya jauh melebihi ukuran pedangku tapi karena aku menggunakan kekuatanku untuk menahan serangan itu jadi pedangku tidak patah. Monster itu terkejut karena aku bisa menahan serangannya aku menatapnya dengan tatapan marah dan kedua mataku berubah menjadi merah. Merasakan sesuatu yang berbahaya setelah dia melihat mataku. Monster itu menarik pedangnya lalu melompat kebelakang untuk menjaga jarak. “Jadi, kau yang diingikan oleh permaisuri,” ucap monster itu. “Aku sudah mendengarnya dan aku memang berencana untuk menemuinya dan menghajarnya karena telah membuat semua manusia dibumi menghilang dan mencoba untuk membunuh adik dan teman-temanku,” ucapku marah. Setelah berkata seperti itu aku menghentakkan kaki kananku dan melesat ke arahnya. Melihat aku berlari ke arahnya monster itu bersiap untuk menangkis seranganku aku mengayunkan pedangku dari atas kebawah dengan kekuatan penuh tapi monster itu bisa menangkisnya dengan mudah. Dia mendorong pedangku dan tanganku terpental karena dorongan setelah mendorong pedangku menjauh dia lasngsung megayunka pedangnya dari bawah ke atas secara miring karena aku dallam posisi yang sangat sulit karena aku kehilangan kesimbangan akibat dorongannya tadi aku mengatahkan tangan kiriku ke arahnya dengan telapak tangan terbuka dan mengeluarkan api dari telapak tangaanku. Aku terdorong kebelakang dan serangannya bergerak melewatiku saat kakiku sudah menyentuh tanah aku lengasung melesat kearahnya dan mengayunkan pedangku dari bawah ke atas dia memundurkan badannya sehingga seranganku bergerak melewati tubuhnya. Melihat seranganku meleset aku langsung menghentakkan kaku kiriku dan melakukan salto dengan kaki kananku mengeluarkan api. Karena seranganku yang sedikit mendadak itu dia tidak sempat untuk menghindar dan dagunya terkena tendangan kakiku. Di terlempar ke udara dan aku mengejarnya aku mengeluarkan api ditelapak kakiku dan terbang ke arahnya saat aku sudah berada diatasnya aku langsung mengayunkan pedangku secara mendatar tapi dia masih bisa menangkisnya. Pedangku menggores bilah pedangnya melihat seranganku gagal aku langsug membakar pedangku dan mengayunkannya dari atas kebawah dia menahannya dengan pedangnya tapi karena dia tidak memiliki pijakan karena kami masih berada diudara dia terhempas ke tahah dengan sangat keras sampai-sampai tanah dibawahnya terangkat keatas. Aku mendarat tidak jauh dari tempatnya mendarat aku berbalik membelakanginya tapi sebelum aku selesai berbalik aku melihat ada sebuh pedang berukuran besar terbang kearahku aku menahannya dengan pedangku, Tapi karena pedang itu terlalu besar dan berat ditambah pedang itu bergerak sangat cepat sehingga aku tidak bisa menahannya dan membuatku terpental kebelakang dan membentur dinding rumah sakit lalu aku terduduk disana. Tidak lama setelah aku terduuk pedang besar itu melesat kearahku dan menabrak dinding rumah sakit tepat diatas bahu kiriku dan meninggalkan lubang yang cukup besar disana. Aku mencoba untuk bangkit sambil menahn rasa sakit karena membentur dindin tadi. Aku menghirup nafas panjang dari mulutku lalu menghembuskannya sekuat tenaga dan kobaran api besar keluar dari mulurku dan memiliki jangkauan yang sangat luas. Kobaran api itu bergerak kedepan dan membakar segala sesuatu yang berada didepannya para monster-monster yang terkena seranganku berteriak kesakitan dan mereka jatuh dan tidak bergerak lagi dengan kondisi tubuhnya telah berubah menjadi hitam. Seranganku tadi juga membuat tembok pagar rumah sakit ambrol. Dan tepat dilintasan kobaran apiku terdapat bekas terbakar yang sangat besar dan mngeluarkan asap putih. Kepalaku terasa pusing karena meniup begitu banyak angin dari mulutku aku menggeleng-gelengkan kepalaku agar rasa pusingnya hilang dan berjalan beberapa langkah. Aku mnghirup nafas dalam. “Baiklah, siapa selanjutnya?” teriakku. Ryan, Sisi, dan Maria yang berlindung dari seranganku dengan mennggunakan tubuh monster berukuran besar yang telah mereka kalahkan melihat kearahku dengan tatapan marah. “Woy, Rif, kau mau membunuhku?” teriak Ryan marah. “Benar, kalau mau mengeluakan serangan dengan skala besar ngomong-ngomong dulu dong,” tambah Sisi. “Kakak, tadi itu berbahaya!” teriak Maria. “Berisik! setidaknya mereka sudah berkurang lumayan banyak,” teriakku. Aku masih melihat masih banyak monster yang masih berdiri diluar tembok rumah sakit. “Sial, mereka masih ada banyak,” gerutuku. Aku berlari kearah mereka dengan kakuatan penuh mereka juga melakukan hal yang sama. Saat aku sudah dekat dengan monster yang berada didepanku aku langsung menyerangnya dengan tinju apiku monster itu yang tidak bisa menahan seranganku terpental kebelakang. Aku mengayunkan pedangku yang terbakar dari atas bahu kananku ke bawah dan membaut monster yang berad didepanku kehilangan shieldnya. Dia membuang shieldnya dan mengayunkan gadanya kearahku aku melompat kesamping dan mengayunkan pedangku secara mendatar dan menebas perut bagian kanannya lalu aku berputar kebelakang dan menebas punggungnya dan dia terjatuh. Aku kembali berlari kearah monster-monster itu dan terus mengayunka pedangku secara terus menerus. Saat aku sedang menghindari serangan monster yang menggunakan pedang aku merasakan ada sesuatu yang mengarah padaku dari samping aku menoleh kesamping dan benar saja ada sebuah sabit berputar mengarah padaku. Aku menghindarinya dengan memundurkan tubuh bagian atasku ke arah belakag dan sabit itu terbang melewati kepalaku dan menancap perut monster berukuran besar yang berada dibelakangku. Aku kembali menegakkan tubuhku dan menoleh kearah sabit itu muncul dan aku melihat Ryan sedang melihatku dangan tatapan bersalah dari tatapannya aku tahu dia yang melempar sabit tadi. “Woy, kau mau balas dendam?” teriakku marah. “Sorry, gak sengaja,” ucap Ryan sambil melompat kebelakang untuk menghindari serangan monster didepannya. “Hey, bisa tolong ambilkan sabutku?”p Aku mengambil sabit itu dari tubuh monster yang menjadi tempat sabit itu mendarat lalu melemparkannya kearah Ryan. “Ryan!” teriakku. Ryan menangkapnya tepat di gagngnya dengan bantuan kekuatan anginya dan langsung menebas kepala monster yang berada didepannya dengan gerakan dari atas ke bawah dan tepat menngenai kepala monster itu dan mengakibatkan monster itu terjatuh, Ryan tidak berhenti disitu dia mengangkat tubuh monster itu dengan kekuatannya dan melemparnya kearah monster yang ada disebelahnya. Aku melihatnya dengan tatapan sedikit ngeri, “Waah, ternyata dia bisa bersikap sadis juga,” ucapku dalam hati. Aku menahan serangan tombak dari arah belakangku lalu mendorong tombak itu ke atas lalu menusuk monster yang menyerangku. Aku menarik pedangku dari dadanya dan mengibaskannya untuk menghilangkan darah dibilah pedangnya. Aku berlari kearah monster yang berada disebelah kananku dan mengayunkan pedangku secara mendatar dan menebas perut monster itu aku memutar tubuhku dan mengayunkan pedangku dari atas kebawah dan tebasan api melesat dari pedangku dan membakar dua monster yang berada didepannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN