25

2050 Kata
Aku berlari dan mengayunkan pedangku dari atas kiri ke bawah kanan tapi monster yang aku serang menangkisnya dengan perisai yang terbuat dari besi. Dia mendorong perisanya sehingga aku ikut terdorong kebelakang dan saat pedangku sudah tidak bergesekan dengan perisainya dia mengayunkan pedangnya yang berada ditangan kanan dari atas kebawah aku yang segera mendapatkan keseimbanganku langsung menangkisnya dengan pedangku tapi kekuatannya lebih besar dariku jadi aku berlutut karena kesusahan menahan dorongan pedangnya. Aku berusaha menorong balik tapi sebelum aku melakukannya aku melihat ada dua buah bola api mengarah padaku untuk menghindarinya aku memiringkan pedangku ke arah kiri dan pedangnya terkelincir dan dia kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh mengenaiku sebelum itu terjai aku sudah melompat kebelakang beberapa kali dan bertepatan dengan pendaratanku monster itu terkena bola api yang tadi bergerak kearahku. Aku menoleh ke arah bola api itu berasal dan melihat ada dua ekor monster memakai jubah sampai mentutupi kepala mereka dalam hati aku mengumpat. “Kurang ajar, mereka memiliki mage ternyata.” Aku berlari kearah para mage itu tapi dihalangi oleh monster yang lain. “Minggir!” teriakku. Aku menebas mereka berdua dengan gerakan yang cepat. Aku mengayunkan pedangku dari bawah kanan ke atas kiri dan menebas monster yang berada didepan lalu saat aku sudah melewati tubuhnya aku memutar tubuhku lalu menebas punggung monster yang berada dibelakangnya aku berputar lagi dan berhenti dengan posisi kedua tangan mencengkram pedangku dengan erat dan mengarah kedepan, tubuhku condong kedepan dengan posisi kaki kanan berada di belakang dan kaki kiri di depan dan hampir menyentuh dadaku. Aku lalu berlari kearah mage yang berada tepat didepanku dan mengayunkan pedangku secara mendatar dan mengarah ke salah satu dari mereka. Saat pedangku hampir mengenai dadanya seranganku ditahan dengan sebuah baril berwarna biru transparan. Dalam hati aku mengumpat, “Baril? yang benar saja.” mengetahui seranganku gagal aku melompat kebelakang beberapa kalia lalu berdiri dengan posisi tegap. “Mereka bisa menggunakan baril, bagaimana aku memecahkannya?” tanyaku pada diriku sendiri. Lalu aku memutuskan untuk menggunkan kekautanku yang aku arahkan ke pedangku tapi dengan porsi yang lebih sedikit dari biasanya dan sangat tipis hanya menyelimuti bagian yang tajam saja. Aku berlari kearah para mage itu dan melakukan gerakan yang sama mage yang menjadi sasaranku menggunakan barilnya dan saat pedangku menyentuh barilnya, baril itu pecah dan pedangku berhasil menyayat dadanya. Dalam hati aku menjerit senang karena perkiraanku kalau baril yang mage itu gunakan untuk menahan seranganku hanya bisa digunakan untuk menahan serangan bertipe fisik saja. Jadi aku menyelimuti pedangku dengan sedikit sihir untuk mengecoh barilnya dan akhirnya aku bisa menebasnya. Tapi rasa senangku itu tidak berjalan lama karena tepat dibagian tubuh yang terkena tebasanku muncul cahaya berwarna hijau dan dalam beberapa detik darah yang mengalir dari bekas sayatan itu berhenti dan luka itu sekarang sudah sembuh. Mage yang aku serang tadi juga udah berdiri. “What? ayolah, tadi mage sekarang healer. Nanti apa lagi?” gerutuku. Aku mencari monster yang menggunakan heal itu karena aku tahu peraturan utama dalam bermain game mmorpg pvp adalah bunuh healernya dulu. “Jika ada healer berarti posisinya pasti berada dibelakang. Tapi, kalau dalam kondisi sekarang akan lebih menguntungkan kalau dia bisa melihat semua yang terjadi di arena pertempuran. Tapi permasalahannya adalah jangkauan dan jarak maksimal healnya berapa?” ucapku sambil menghindari setiap serangan yang para monster ini lakukan. Melawan balik juga percuma kalau mereka memuliki healer. Aku harus membunuh mereka dulu kalau tidak kami dalam posisi yang berbahaya. Saat aku berpikir seperti itu aku baru teringat kalau ada kemungkinan mereka menggunakan suatu alat untuk melihat dari jauh dan alat itu bisa melihat keseluruhan area pertempuran, tapi juga ada kemungkinan mereka menggunakan sihir yang memiliki efek yang sama. Aku menoleh keatas dan mencari segala kemungkinan terdapat benda yang melayang diatas kepalaku selama ini. Setelah beberap saat mencari aku tidak melihat apapun, akhirnya aku memutuskan untuk mencarinya dari atas. Aku terbang keatas dan setelah cukup tinggi dan aku bisa melihat segala sesuatu dari atas aku mulai mencari mereka. Aku mencari kebagian belakang dari posisi musuh, setelah beberapa saat aku melihat mereka. Mereka bebrada dibagian belakang seperti yang aku pikirkan itu terlihat dari cahaya yang mereka keluarkan dan setiap cahaya itu bersinar beberapa monster tubuhnya juga ikut bersinar dan mereka mulai kembali berdiri. Aku mengarahkan pedangku keatas dan membuat beberapa bola api berukuran cukup besar. Setelah ukurannya sudah mencapai yang aku inginkan aku menurunkan pedangku dan bola api itu melesat kearah para healer itu. Tapi sebelum bola apiku mengenai mereka bola api itu sudah meledak terlebih dahulu karena baril yang berukuran lumayan besar menghadangnya. Dalam hati aku mengumpat. “Ryan, Maria, Sisi, Leo kita harus mengurus mage-mage itu dan healernya lebih dahulu kalo tidak berbahaya!” teriakku. Mereka mendengar apa yang aku katakan dan langsung menyerang para mage-mage dan healer itu tapi itu tidak mudah karena para monster yang lain mencoba untuk menghalau mereka agar mereka tidak bisa mendekati mage dan healer mereka. “Mereka bukanlah pasukan monster biasa.” Aku melesat kearah healer merek dengan seluruh tubuhku diselimuti oleh api dan saat aku sudah dekat dengan tanah sebuah baril muncul didepanku sehingga seranganku tertahan oleh baril itu. Aku merasa kesal dan mulai menambah kekuatanku lebih banyak lagi untuk menghancurkan barirl itu. Aku mengangkat pedangku dan mengerahkan kekuatanku padanyaa, pedang itu mulai terbakar dan apinya semakin membesar setelah beberapa saat aku langsung mengayunkan pedangku dari atas kebawah dengan kekuatan penuh dan baril yang berada dibawahku hancur berkeping-keping dan api itu membakar semua yang berada sekitarnya dengan jangkauan sangat luas. Sebelum api itu menghilang aku berlari kearah para mage dan healer itu yang sedang menggunakan baril yang berfungsi untuk menahan serangan sihir meski beberapa baril yang mereka buat tidak bisa menahan seranganku dan mereka terpanggang hidup-hidup. Aku mengayunkan pedangku dari atas kebawah secara miring lalu menebas mereka. Aku terus melakukannya sampai api yang menyelimuti tempat ini menghilang dan meninggalkan mayat-mayat yang telah bewarna hitam dan jalanan mengeluarkan asap. Aku selesai mengurus para healer dan mage mereka dan sekarang hanya tersisa monster-monster biasa dan beberapa monster elit aku rasa. Aku menatap mereka dengan senyuman tanda puas sambil mengarahkan pedangku pada mereka seakan aku menatang mereka untuk maju kedepan. Mereka menerima tantanganku dan mulai berlari kearahku, aku juga melakukan hal yang sama dan bersiap untuk mengeluarkan kekuatanku. *** Sisi mengarahkan senapannya ke monster didepannya dan menembakkinya monster itu terkena tembakkan dibagian perut karena saat Sisi mengincar bagian kepalanya dia menangkis dengan menggunakan pedangnya. Dia terjatuh dan Sisi mengambil pedangnya dan membautnya melayang dengan menggunakan kekuatannya dia terus menembaki mereka sampai semua amunisinya habis setelah itu dia membuang senapannya dan mulai menebas monster-monster yang berada didepannya. Dia mengayunkannya dari kiri ke kanan secara mendatar tapi monster yang dia serang mengkisnya menggunakan mengunakan perisai ditangan kirinya Sisi tidak berhenti disitu saja. Melihat serangannya ditahan dengan mudah dia mengangkat batu yang tidak jauh darinya dan meleparnya kearah monster itu dari saping dan mengenai kepalanya. Monster itu tertunduk karena lemparan batu tadi dan Sisi menyerangnya tepat dikepalanya dengan cara menusuk kepaplanya monster itu terjatuh lalu Sisi mengambil perisai dan pedang yang dibawa oleh monster itu. Dia menggenggam perisai ditangan kirinya dan pedangnya dia cengkram dengan menggunakan kekuatannya. Dia berlari kearah monster lain yang berada tepat disampingnya monster itu mengayunkan pedangnya dari atas kebawah Sisi menangkis serangan itu dengan perisainya dan dia mengarahkan pedang yang melayang diudara untuk menyerang monster itu dari belakang setelah monster itu tumbang Sisi lanjut menyerang monster yang lain. Setiap Sisi membunuh monster dia selalu mengambil senjata mereka sehingga sekarang disekitar Sisi melayang setidaknya tiga buah senjata. Diantaranya, pedang, kampak, dan palu dia menggunakan senjata-senjata itu untuk membantunya bertarung. Dia mengayunkan pedangnya dari atas kebawah dan monster yang dia serang menangkisnya Sisi lalu mengayunkan palunya dari sebelah kanan tapi sebelum senjatanya itu mengenai lawannya palu itu dipukul dengan menggunakan pedang mengetahui serangannya itu dihentikan Sisi melompat kebelakang. Dia menatap kedepan dan melihat ada dua monster yang mendekati monster yang tadi dia serang dari belakang dia mencoba mengambil kembali palu yang berada diatas tanah tapi sebelum palu itu terangkat keatas palu itu di injak oleh salah satu dari mereka Sisi meringis kesal dan menatap sekeliling mencari senjata yang masih bisa dia ambil. Lalu dia melihat ada sebuah pedang tidak jauh darinya dia mencoba mengangkatnya tapi pedang itu juga ditahan oleh monster yang tidak jauh darinya. Sisi mulai kesal dan akhirnya memutuskan untuk mnyrang mereka dengan senjata yang masih bisa dia gunakan. Sisi menghentakkan tanah dan berlari kearah depan lalu dia mengayunkan pedangnya secara mendatar monster yang dia serang menangkisnya dengan menggunakan perisainya lalu salah satu monster bergerak ke belakang Sisi dan mengayunkan palunya dari atas kebawah Sisi menggunakan pedang yang dia kendalikan dengan kekuatannya untuk menangkis serangan itu. Satu lagi monster sudah berada disebelah kanan Sisi dan mengayunkan pedangnya dari atas kebawah Sisi menangkisnya dengan kampak Sisi berusaha sekuat tenaga untuk menahan serangan dari tiga monster sekaligus. Setelah menahannya selama beberapa detik Sisi mengerahkan kekuatannya lebih banyak lagi dan mendoro ke tiga monster itu. Ketiga monster itu terpental kebelakang sejauh beberapa meter dan menabrak rekan mereka. Sisi memutar semua senjata yang dia kendalikan dengan kecepatan yang sangat tinggi Sisi melempar senjatanya itu ke depan dan menebas setiap monster yang berada didepan mereka. Sisi mengendalikan mereka dan membuatnya berputar disekitar tubuhnya Sisi berlari kedepan dan mulai mengayunkan pedangnya secara terus menerus dibantu dengan senjata yang berputar disekitarnya Sisi menangkis sabetan kampak dari arah kiri dengan perisainya dan dia menebas monster itu dengan menggunakan pedang yang berputar dibelakang monster itu. Pedang itu menebas tepat dipangkal lehernya dan monster itu terjatuh Sisi kembali mengayunkan senjatanya. Saat dia akan menebas seekor monster dengan ukuran dua kali ukuran tubuhnya dia melompat kebelakang karena merasakan ada sesuatu yang berbahaya mendekatnya dan benar saja ada sebuah perisai melayang kearahnya. Sisi menoleh kearah perisai itu berasal dan melihat seekor monster dengan menggunakan full armor berdiri disana dan ditangan kanannya terdapat sebuah pedang. Sisi bersiap untuk menyerang monster itu, dia mengatahkan semua senjatanya yang melayang kearah monster itu dan berlari sekuat tenaga monster itu juga berlari setelah jarak mereka sudah dekat monster itu mengangkat pedangnya dan mengayunkannya kebawah sekuat tenaga Sisi juga mengangkat perisainya dan menahan serangn itu sedangkan senajtanya yang lain bergerak mengitari monster itu dan berusaha menyerah dibagian sela-sela armornya. Menyadari lawannya mengincar sela-sela dari armornya dia lalu mengangkat pedannya dari perisai Sisi dan mengayunkan pedangnya untuk menangkis senjata-senjata yang melayang mengitarinya. Melihat kesempatan Sisi lalu mengayunkan pedangnya secara mendatar dan menebas perutnya yang terekspos saat dia mengangkat tangannya monster itu tersujut karena sayatan diperutnya lalu Sisi menusukkan pedangnya kesela-sela helm monster itu tepat dimatanya dara mengalir dari lubang-lubang dihelemnya dan monster itu tidak bergerak lagi Sisi mencabut pedangnya dan kembali berlari kearah monster-monster yang lain. Dia mengayunkan pedangnya secara terus menrus dan menangkis setiap serangan yang mengarah padanya dengan perisai dan menyerang monster yang berada disekelilingnya dengan senjata-senjata yang melayaang mengitarinya. Tidak jarang dia menggunakan kekuaatnnya untuk mendorong atau melempar lawan-lawannya Sisi lalu melempar perisanyaa dan mengenai kepala monster yang berdiri tepat didepannya dan menngambil sebuah pedang yang tertancap ditanah sambil berlari lalu melompat sambil mengangkat kedua tangaannya keatas dan bersiap untuk menusuk monster itu dengan menggunakan pedang yang berada dikedua tangannya karean efek dari benturan perisai tadi monster itu tidak menyadari serangaan itu dan Sisi menusuk d**a monster itu. Lalu tiba-tiba Sisi mendenga suara ledakn tidak jauh dari arah belakangnya dan dia melihat kakaknya sedang terduduk di dinding rumah sakit dan sebuah lubang besar diatas kepalanya. Kakaknya itu berdiri dengan susah payah lalu menghirup udara dalam-dalam lalu menghembuskannya lewat mulut. Dan bersamaan dengan itu sebuah api menyembur dari mulut kakaknya dan serangan itu sangat luat dan kobaran api itu mengarah padanya. Sisi lalu turun dari atas monster yang baru saja dia kalahkan dan mengangkatnya dengan kekautannya untuk dijadikan pelindung dari api yang bergerak kearahnya. Sisi berteriak karena menahan rasa panas dari api itu, setelah beberapa saat kobaran api itu menghilang dan Sisi menjauhkan monster yang dia gunakaan sebagai pelindung dan melihat ke sekitar dan melihat area disekitarnya sudah hangus terbakar. Setelah memarahi kakaknya Sisi berbalik arah dan melihat masih banyak monster yang sedang berdiri diluar pagar rumah sakit. “Aaah, masih ada banyak,” gerutu Sisi. “Baiklah, aku masih bisa melampiaskan amarahku pada mereka.” Sisi mengangkat tiga monster yang telah terpanggang di sekitarnya dan melmparnya kearah monster-monster yang berada di luar pagar rumah sakit. Bertepatan dengan monster-monster itu belari mnuju kearahnya Sisi melihat kakaknya, Ryan, dan Maria berlari menghampiri monster-monster itu. Sisi juga berlari menyusul mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN