Dave balik ke asrama dengan keadaan bajunya yang basah karena ia tidak sengaja kena oleh murid yang memiliki sihir elemen air. Tentunya itu membuat Dave geram, tetapi ia tidak dapat berkata-kata dikarenakan mereka tidak sengaja mengenai Dave saat berlatih. Jadi Dave hanya dapat memaafkan mereka dan pulang dengan perasaan campur aduk.
Tapi anehnya Dave merasa ia dapat membaca gerakan air yang akan mengenainya saat itu, awalnya ia berpikir itu hanya perasaan saja, tetapi dia tidak menyangka benar-benar ada air yang mengenainya. Sampai Dave merasa bahwa kekuatannya itu ada hubungannya dengan membaca masa depan atau sejenisnya.
“Gue balik!” seru Dave.
“Oh udah balik? Nih makanan dibelikan Alan,” ujar Mark sebaik Dave sampai.
“Alan? Alannya mana?” tanya Dave.
“Katanya ia ada urusan sampai malam sama teman sekelompoknya? Entahlah, gue kurang tau dia akan melakukan apa, tapi sepertinya pulang pagi pun di tempat ini sepertinya sudah biasa.”
“Gue juga ngerasa seperti itu, gue habis ini juga ada urusan. Bukan urusan sebenarnya, lebih tepatnya apa hmm..” Dave berpikir untuk menyebutnya apa sampai ia menemukan kata yang tepat, “Ah iya! Training malam!” ucap Dave.
“Masih dalam rangka kegiatan orientasi?” tanya Mark seraya mengunyah spageti yang dibelikan oleh Alan.
“Iya, entah kapan orientasinya akan selesai. Ini benar-benar melelahkan,” keluh Dave dan duduk di samping Dave untuk memakan spageti yang ada di atas meja.
“Sepertinya lusa kita sudah masuk kelas pertama,” ucap Mark.
“Lusa?”
“Iya, dari sepengetahuan gue orientasi hanya memakan waktu tiga hari? Atau seminggu? Tapi itu mustahil, jadi gue rasa itu hanya akan berlangsung selama tiga hari. Itu akan berbeda dengan orientasi kompleks yang akan diberikan oleh kakak senior pengawas kita.”
“Maksudmu kak Zaid dan kakak lainnya?”
“Tepat sekali!”
“Oh iya, gimana perkembangan kekuatan lo?” tanya Mark penasaran karena menurut Mark kekuatan milik Dave sangat sempurna mengingat ia mendapatkan green code.
“Gue rasa gue bisa meramal masa depan? Entahlah sebenarnya gue nggak terlalu yakin, tapi anggap saja begitu sebelum gue benar-benar menemukan kekuatan yang sesungguhnya.”
“Masa depan ya?” gumam Mark dan memperhatikan Dave lekat-lekat.
Mark yang berpikir tentang beberapa jenis kekuatan yang berkaitan dengan masa depan mencoba untuk mencari cara mengetes Dave. Mark yang mendapatkan cara itu dengan sengaja menyenggol gelas berisi air dengan lengannya, Dave langsung merespon saat itu juga dan tepat menangkap gelas itu tanpa airnya terjatuh setitik pun.
“Wah! Ternyata seperti ini kemampuan green code benar-benar mengagumkan!” puji Mark.
“Kemampuan refleksmu benar-benar bagus, gue rasa itu kunci dimana lo harus coba untuk melatihnya secara terus-menerus. Gue tidur duluan ya!” ucap Mark dan pergi berjalan meninggalkan Dave sendirian.
“Lo udah mau tidur jam segini? Ini baru jam 8 Mark!”
“Gue besok mau bangun jam 3 pagi untuk urusan orientasi, kalau tidak punya energi mungkin gue bakal dilempar ke benua lain di dunia ini,” ucap Mark.
Tidak lama setelah perkataan Mark itu terdengar suara pintu tertutup, Dave merasa Mark sepertinya benar-benar menikmati dunia barunya, hal itu didukung dari sikap santainya dan positifnya. Dave dapat membaca ini dan ia memiliki perasaan kuat bahwa Mark nantinya akan menjadi orang penting di Assamble Academy hanya dalam waktu yang sangat dekat.
***
“Gue ngerasa bersalah karena bolos hari ini, lo ngerasa bersalah juga nggak?” tanya Alana pada Radiant yang sedang menyiapkan serela untuknya dan Alana.
“Nggak ada tuh, lagian orientasi hanya untuk mereka yang penurut,” jawab Radiant.
“Oh, lo dulunya di sekolah siswi pembangkang ya?” Alana memicingkan matanya melihat Radiant lekat-lekat, tetapi ia tidak menemukan kecurigaan atau hal yang mendukung bahwa Radiant merupakan murid nakal di sekolahnya.
“Gue murid paling santai di sekolah, tetapi untuk kewajiban gue melaksanakan semuanya.”
“Terus kenapa lo setuju kalau kita bolos hari ini?”
“Hal itu berbeda dengan kegiatan sekolah yang tidak penting, asal lo tau, gue nggak pernah ikut satupun acara sekolah sewaktu di bumi dulu. Karena sebenarnya acara yang kaya gitu hanya formalitas dan hukumnya nggak wajib, jadi gue sebagai siswa tidak melanggar peraturan penting, kan?”
“Lo ada benarnya juga, tapi apa nggak bakal bermasalah jika kita melanggar itu di sini?”
“Tidak, palingan kita hanya ketinggalan beberapa informasi penting. Tapi tenang aja, besok juga kita akan tau apa informasinya, karena mereka pasti akan membahas informasi seperti itu berulang kali, seperti itulah basa basinya makhluk sosial. Gue selama 12 tahun sekolah di bumi, gue cenderung jadi pengamat karena lebih suka memperhatikan orang-orang dibandingkan ikut nimbrung,” ujar Radiant.
“Berarti lo introvert dong?” balas Alana.
“Nggak.. gue ekstrovert..” lirih Radiant kesal dengan tebakan Alana yang salah.
“Lah? Tapi lo bilang lo cenderung jadi pengamat, gimana sih?”
“Yah lo kalau mau menyimpulkan liat dari gue berinteraksi langsung. Apa menurut lo gue kaya orang pendiam yang kutu buku?”
Alana baru mengerti, ia gelagapan mau menjawab apa jadi akhirnya ia memutuskan untuk meminta maaf saja kepada Radiant. “Iya deh, maafin gue.”
Alana menyusul Radiant yang duduk di meja setelah ia sudah mencuci sayuran sebagai salad untuk mereka makan setelah memakan sereal. Unik emang, tetapi mereka ingin memakan yang sedikit manis, meski begitu tetap saja mereka harus memakan makanan sehat untuk malam hari.
“Makanan untuk sarapan besok udah lo taruh kulkas?” tanya Radiant.
“Udah, besok tinggal manasin pakai microwave, mana sereal gue?”
Radiant menyodorkan semangkuk serela penuh ke depan Alana, Alana langsung menyuapi satu sendok sereal penuh ke dalam mulutnya. Ia merasakan makanan itu, mengunyahnya, lalu menelannya. Alana merasa makanan manis sangat penting untuk mengembalikan energi mereka seperti yang mereka makan saat ini.
Pembicaraan mereka berakhir karena sekarang keduanya sedang fokus memakan makanannya masing-masing. Sampai beberapa detik kemudian Radiant tersadar akan suatu hal, “Oh iya, lo tau nggak di mana kamarnya Olfie?” tanya Radiant.
“Olfie? Gue rasa beberapa kamar dari kita? Tapi gue nggak pernah jumpa dengannya sama sekali, apa karena ia terus menggunakan kekuatan teleportasinya ya?”
“Kalau gue jadi Olfie sih, gue pasti selalu gunakan teleportasi ke manapun,” ucap Radiant.
“Iya, karena lo pemalas!” Alana mengatai Radiant.
“Lo mau gue lempar ya?” tanya Radiant.
“Sejujurnya gue kebal dari kekuatan sihir manapun,” ungkap Alana.
“Kebal? Kok bisa?”
“Gue rasa kemampuan sihir gue itu namanya human immune, tapi lo jangan bilang ke siapa-siapa dulu ya,” pinta Alana.
“Kenapa gitu?” heran Alana.
“Karena kekuatan gue ini sepertinya paling diincar dan bisa dijadikan percobaan untuk melakukan uji sihir. Lo bisa bayangkan kalau gue sasakan tinju dan penyihir yang ada di sini merupakan petinju yang sedang haus belajar. Bagaimana lagi cara mereka melampiaskan emosi mereka kalau bukan menggunakan sasakan, bukan?”
Radiant menganga dengan penjelasan Alana, itu benar-benar berbahaya jika Alana memiliki kekuatan seperti itu.
“Gue tau hal ini dari kakak senior yang akan bimbing gue sama Mark juga Dave selama sebulan. Dia memberitahukan gue perihal ini secara empat mata, ia juga berkata bahwa kekuatan gue ini hanya ada satu di dunia.”
“Oke gue paham sekarang, lo nggak perlu terlalu khawatir oke? Gue yakin semuanya akan baik-baik saja selama kita bisa mengaturnya untuk tidak terlalu terlihat,” ucap Radiant menenangkan Alana.
Alana mengangguk dan mereka kembali melanjutkan makan malam mereka dengan suasana yang hening karena keduanya sedang berada di dalam pikirannya masing-masing.