BAB 23

1263 Kata
“Lo mau ngapain sebenarnya bawa gue jam tiga pagi ke magicland?” tanya Mark heran dengan tingkat Olfie yang lebih dari kata unik. “Mau adu kekuatan dengan lo,” jawab Olfie. Mark yang masih tidak fokus dan mengucek-ngucek matanya itu dengan rambutnya yang sangat berantakan langsung tersentak mendengar perkataan Olfie barusan. Mark tidak habis pikir kenapa Olfie berniat untuk adu kekuatan di pagi buta begini. “Kenapa harus pagi buta, Olfie?” tanya Mark. “Biar sepi aja, lo pikir waktu matahari terbit tempat ini akan sepi gitu? Tidak sama sekali, justru tempat ini akan sangat ramai sampai waktu kita adu kekuatan itu malah menyambar mereka yang berada di sini. Lo lupa kalau kekuatan kita berbeda dari yang lainnya?” Olfie berusaha menyadarkan posisi Mark yang sebenarnya. “Tapi gue masih belum bisa mengendalikan kekuatan gue, gimana dengan lo?” “Gue? Kalau gue sejauh ini udah bisa melewati dimensi ruang dengan mudah, gue juga udah bisa mempercepat dan memperlambat waktu, gue bahkan bisa membalikkan kekuatan seseorang. Menurut lo gue bisa apa lagi?” tanya Olfie mengajak Mark untuk berpendapat. “Gue akan turunkan hujan es, coba lo serang kekuatan gue. Gue penasaran dengan apa yang akan terjadi. Mark memfokuskan energinya tanpa mata yang tertutup lagi karena sebenarnya ia sudah bisa mengendalikannya, hanya saja sering lepas kendali saja karena Mark tidak sanggup menahan kekuatannya yang sangat besar itu. Jadi Mark akhirnya menemukan cara praktisnya dengan mengurangi volume kekuatannya. Mark mengarahkan tangannya ke atas, langit yang awalnya cerah dengan cahaya bulan yang menerangi Assamble Academy itu secara perlahan mulai menggelap. Hujan es langsung mulai turun secara satu per satu dan dalam hitungan detik langsung banyak membentuk spiral yang sangat runcing, hujan es itu mengarah ke Olfie dengan begitu banyak, tetapi anehnya Mark tidak merasakan hujan es itu mengenai Olfie sedikit pun. Saat Mark menghentikannya dan asap akibat perbedaan suhu menghilang di dekat Olfie. Di sana Mark tertegun saat melihat Olfie membuat esnya menjadi bara api dan menahannya dan dalam sekejap itu juga berdampak pada awan lebat yang berada di langit. Awan yang awalnya dikendalikan oleh Mark berubah milik menjadi dapat dikendalikan oleh Olfie. Awan itu langsung menurunkan banyak api berbentuk spiral dan mengarah ke arah Mark. Mark saat itu juga langsung tersenyum, ia langsung membuat perisai gravitasi yang membuat api itu tidak dapat menembus Mark sama sekali. “Akhh!” teriak Olfie saat merasakan sesuatu menancap pada bahu kirinya. “Bagaimana bisa?” tanya Olfie menatap Mark tidak percaya. “Gue rasa kekuatan gue bisa membalikkan semua serangan dan mengubahnya menjadi hak milik, tapi kenapa lo bisa menembus dinding pertahanan gue?” Olfie bertanya kembali meminta penjelasan kepada Mark. “Sejujurnya kekuatan lo hebat, bahkan bisa dikatakan itu sangat hebat dan tidak tertandingi. Tetapi di balik kekuatan hebat itu ada tingkat kesulitan yang besar dalam memahaminya dan menggunakan tekniknya. Lo ceroboh di bagian itu,” ucap Mark. “Sial! Gue kalah telak!” ucap Olfie mengangkat tangannya sebagai tanda ia menyerah. “Lah? Udah selesai? Gue nggak menyangka lo akan menyerah semudah itu,” ungkap Mark. “Daripada itu, mending lo kasih tau cara yang efektif untuk gue dalam menggunakan kekuatan ini, bagaimana? Kita akan membicarakan ini di perpustakaan, ayo!” ajak Olfie dengan pemaksaan. “Baiklah,” setuju Mark dan pergi melangkah untuk masuk ke dalam portal yang baru saja dibuat oleh Olfie. Sesampai di sana, Mark menyentuh bahu Olfie dan mengobatinya dalam hitungan detik. Olfie takjub dengan apa yang dilakukan Mark, karena pada awalnya Olfie hanya berpikir bahwa kekuatan Mark hanya untuk menyerang. “Sebenarnya lo bisa menggunakan kekuatan lo untuk menyembuhkan luka lo sendiri,” ujar Mark. “Bagaimana caranya?” Olfie mengerutkan dahinya. “Kekuatan lo itu bisa membalikkan segalanya bukan? Kalau lo terluka seharusnya lo bisa membuat lawan lo terluka dan lo sembuh dalam seketika atau lo juga bisa menyembuhkan luka lo tanpa mengembalikan luka itu kepada lawan lo, meskipun sebenarnya opsi pertama sangat bagus, tetapi itu sangat tidak baik dipakai jika lo sedang berduel dengan teman lo sendiri” Mark menjelaskan dengan sangat jelas itu membuat Olfie senang karena Mark tidak segan-segan membagikan pendapatnya. “Tapi Mark, sejak kapan lo bisa memahami semuanya sedalam ini? Gue tau semua orang yang ada di sini pintar-pintar dan nggak heran semuanya memiliki kemampuan yang hebat termasuk lo. Tapi tetap saja pasti ada alasannya kan kenapa lo bisa memahami semuanya dengan mudah?” “Anggap saja gue haus akan kesempurnaan jadi gue membaca segala hal dan ilmu pengetahuan yang bisa gue baca. Sampai situ saja, untuk ke depannya lo nanti akan tau dengan sendirinya.” Percakapan keduanya berhenti sampai di situ karena keduanya segera menuliskan kesimpulan dan pendapat mereka masing-masing di sebuah kertas digital tentang tugas yang diberikan oleh Edward. “Gue heran kenapa semuanya lebih milih untuk belajar jam tiga pagi seperti sekarang dibandingkan siang hari?” lirih Olfie melihat sekelilingnya yang sangat ramai bahkan tiga kali lipat dari saat siang. “Karena disini kumpulan para jenius gue rasa kita semua memiliki habits yang sama, salah satunya kemampuan otak dan imajinasi yang meningkat di saat malam hari. Sedangkan pagi hingga siang hari merupakan waktu terbaik untuk tidur.” “Kau sudah menyelesaikan kesimpulanmu?” tanya Mark setelahnya. Olfie memanyunkan bibirnya, ia sudah menyelesaikan argumen dan kesimpulannya, tapi ia masih ragu di beberapa bagian. “Kenapa? Kau masih ragu?” tanya Mark. “Sedikit.” “Tenang saja, jawaban kita kan akan digabung lagi. Mari biar gue gabungkan.” Mark meminta jawaban Olfie. Olfie menempelkan tab miliknya dengan tab milik Mark dan jawaban milik Olfie langsung ada di tab milik Mark. Olfie berdiri dari duduknya untuk meregangkan tubuhnya, “Mark! Gue cari beberapa buku dulu ya, lo mau nitip sesuatu nggak?” “Buku apa deh tentang filsafat, kalau bisa edisi dan terbitan terbaru karena gue udah baca semua buku terbitan lama.” “Oke! Gue pergi dulu ya!” Olfie melangkah pergi dengan melambaikan tangannya itu membuat sosoknya semakin terlihat lucu dan seperti anak kecil. Mark merasa sedikit tidak menyangka jika Olfie sebenarnya mudah didekati dan kepribadiannya lebih lugu dari yang dikira. “Ternyata kepribadian awalnya yang dingin itu merupakan bentuk dari aura kebijaksaan seorang bangsawan,” gumam Mark lalu tersenyum melihat tingkah Olfie yang mencari buku dengan melompat-lompat kecil. Mark mulai kembali berkonsentrasi kepada pekerjaannya. Ia membaca punya Olfie dengan lalu meringkasnya dengan miliknya, kemudian mencampurkan beberapa kalimat sehingga menjadi padu. Setelah selesai, Mark membaca ulang dan mengedit beberapa bagian agar terlihat lebih rapi dan urut untuk dibaca. “Oke selesai! Tinggal menunggu Olfie untuk menanyakan pendapatnya.” Tidak lama setelah Mark menyelesaikan pekerjaannya itu, Olfie kembali dengan membawa tiga buku dan menyerahkan satu buku ke depan Mark. “Bagaimana menurutmu?” tanya Mark saat Olfie sudah duduk dan menyodorkan tab miliknya. “Sudah selesai? Ternyata kau cepat dalam menulis juga ya,” puji Olfie. Olfie membacanya dengan khitmat, sembari menunggu Olfie menyelesaikannya, Mark melihat buku yang dibawa oleh Olfie. Buku yang ada di depannya itu ternyata merupakan buku terbitan terbaru dari salah seorang filsuf kesukaan Mark. “Pilihan yang bagus, thanks,” ucap Mark. Olfie mengangguk, “Tentu saja.” “Menurut gue ini udah sempurna, langsung gue kirim ke Prof Edward ya.” Tidak ada sanggahan dari Mark yang berarti Mark setuju dengan keputusan Olfie, Olfie langsung mengirimkan tugasnya itu ke Prof Edward secara privat, “Akhirnya! Tugas orientasi pertama kita selesai juga, apa Prof Edward besok akan langsung mengajarkan kita kekuatan sihir atau justru mengulur waktu dengan sesuatu yang tidak jelas lagi ya?” Olfie menerka-nerka. “Lihat saja besok!” ucap Mark dan mereka setelahnya saling diam karena membaca buku yang mereka minati masing-masing.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN