Kutatap lekat wajah yang kali ini terlihat memerah dan tampak begitu serba salah ketika manik matanya beradu dengan mataku. "Kenapa diralat?" tanyaku menginterogasi, sambil terus menatap wajah tampan yang malam ini terlihat lebih menggoda. Ah! Tak kusangka, lelaki dewasa sepertinya bahkan bisa terlihat sepuluh kali lebih memukau dari Alvin yang labil itu. Pantas saja Papa langsung setuju dan tak keberatan menjadikannya sebagai menantu. Mas Afzan diam. Membuatku semakin gemas saat menatapnya. "Kenapa diralat?" ulangku sambil menaikkan kedua alis saat bertanya. "Gue nggak suka cewek alay," balasnya cepat, masih dengan ekspresi gugup yang jelas kentara. "Tapi sayang?" Tanpa banyak bicara dan menunggu persetujuan, kukecup bibirnya dengan lembut. Membuat sang dokter membulatkan bola mata