Cukup lama aku menantikan apa yang akan dilakukan Pak Dokter ini padaku. Namun, yang ada hanya angin malam yang membelai wajahku. Ternyata, apa yang kuharapkan tak pernah terjadi. Zonk? Dia … tak melakukan apa-apa padaku? Aku sontak membuka mata selebar-lebarnya saat mendengar dengan jelas dokter rasa preman terpekik kala melihatku yang dalam keadaan terpejam, persis seperti wanita kesepian yang menunggu belaian. Bukankah ini sangat memalukan? Kalau saja aku punya kekuatan super untuk menghilang dari bumi, sudah pasti aku pergi sejauh-jauhnya dari hadapan lelaki 29 tahun yang tengah menertawakanku ini. Sungguh, ini memalukan ya Tuhan. "Nungguin apa tadi?" tanyanya terdengar begitu menjengkelkan, saat kedua tangannya bersedekap sambil menatapku dengan mata menyipit. Seperti mengejek. M