Tak mau sampai Mas Afzan melihatku menangis lebih lama, aku buru-buru berlari ke kamar untuk menyembunyikan kesedihan. Aku merutuk dalam hati kenapa harus terlihat cengeng begini di hadapannya. Benar-benar memalukan. "Ra …." Tak kusangka dokter rasa preman tak berperasaan itu mengejarku dan memanggil namaku sewajarnya. Tak seperti biasanya yang dengan sesuka hati memanggilku 'Alay'. Langkah Mas Afzan tertahan saat kedua kakinya sampai di ambang pintu kamarku. Jelas sekali dia menahan diri agar jangan sampai melangkahkan kaki masuk ke kamar seseorang yang belum resmi menjadi istrinya. "Iya, aku emang nggak cantik, kerempeng, alay, ganjen, dan semuanya yang jelek-jelek ada sama aku. Puas kamu?" Aku mengambil kapas di meja rias dan buru-buru menghapus make up yang melekat di wajahku dengan