Setelah rombongan yang datang melamar pulang dan aku sendiri telah merebahkan diri selepas membersihkan muka dan menggosok gigi, kupandangi cincin di tangan dengan berbagai macam perasaan. Ya ampun! Aku sudah terikat dengan seseorang mulai sekarang? Bisakah ini dipercaya? Bisakah aku menjadi istri yang baik untuknya setelah kami resmi menjadi pasangan suami istri nantinya? Ish! Jauh sekali pikiranmu, Tiara? Bukankah tujuanmu menikah dengannya cuma demi menghindari ibu tiri yang menyebalkan itu? Baru hendak memejamkan mata, aku dibuat tersentak saat ponselku yang disimpan di atas nakas, tiba-tiba berdering. Aku mengerjap malas saat tahu yang menelepon adalah Yasmine, wanita paling b*****t yang pernah kutemui dalam hidupku. Untuk beberapa lama, kubiarkan telepon darinya. Sungguh, aku