Curhat bersama Pak Anto

1263 Kata
Gue gini juga gara gara keadaan kali! Sharena Mikaila Anindiatama Mereka bertiga sudah berada di dalam mobil. Rere sebagai supir nya dan Karin berada di posisi samping kemudi tepat di sebelah Manda, sebenarnya Manda menolak itu karena ia mau berbaik hati untuk mengambil alih mobil kali ini, tapi ia tidak mempermasalahkan nya. Toh juga nanti dia mendapat jasa mengombre rambut gratis karena itu adalah salon milik Tante Karin. Alunan lagu slide yang dinyanyikan oleh James bay menggema di seluruh mobil Manda. Mereka bertiga menyanyi nyanyi tidak jelas karena alunan musik tersebut, seakan menghilangkan beban sejenak yang menimpa mereka. "Salon nya dimana?" "Jln. Mawar no 15, depannya warung makan olala, tau kan?" "Iye tau," Tak butuh waktu lama, selang waktu lima belas menit mereka sampai di salon tujuan mereka. "Tante, Karin sama temen temen Karin mau ombre rambut nih Tante," ucap Karin pada tantenya yang kini menyambut kedatangan mereka bertiga. "Oh boleh karin. Kalian langsung Duduk aja nanti Tante panggil karyawan Tante buat ngurusin kalian," ucapnya sambil tersenyum menatap tiga orang cewek yang berada didepannya. =Sharena= "Gila nih gue makin cantik aja sama rambut baru gue," ucap Rere kegirangan sambil lompat lompat tak jelas seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan baru oleh ibu nya. "Iye nih, gue juga. Gratis pula emang Karin the best deh kalau urusan beginian." ucap Manda tak kalah girang seperti Rere "Bersyukur kan Lo punya temen yang baik hatinya kayak putri salju," balas Karin dengan cengiran andalannya. "Iyain biar fast." ucap Manda dan Rere bersamaan. Seiring berjalannya waktu, malam hari berganti menjadi pagi. Pagi ini, tepatnya hari Senin. SMA Cempaka rutin malaksanakan upacara bendera. Setiap selesai upacara langsung disambut oleh pelajaran fisika dan guru gendut super killer seperti Bu Rina. Mobil yang ditumpangi Rere, Manda, dan Karin sudah menuju parkiran. Dengan seragam tidak lengkap dan juga tidak ketat seperti Badgirl jaman sekarang. Ketiga cewek itu memang trouble maker, tapi tidak menjadi badgirl. Hanya keluar masuk BK karena mengerjai guru ataupun bolos dan sebagainya. Mereka tidak merokok, atau juga keluar masuk club seperti badgirl pada umumnya. Karena mereka masih punya harga diri. Bagaikan adegan slow motion saat mereka bertiga keluar dari mobil semua cowok terpana akan kecantikan ketiganya. Dan yang para cewek melongo karena perubahan rambut mereka. Para cewek SMA Cempaka hanya bisa menatap mereka dan tidak berani menegur, karena jika mereka berurusan dengan geng trauble maker itu sama saja menceburkan diri dalam suatu kubangan masalah. "Guys ikut upacara kagak? Masalah nya rambut kita begini, gue mah sayang kalau rambut kita kena razia," Ucap Karin sedikit ketar ketir. "Bik Imeh langsung aje," ucap Rere memberikan solusi pada keduanya. Bik Imeh merupakan salah satu pemilik kantin langganan mereka bertiga, dan mejanya pun telah dipesan khusus untuk mereka. Siapapun yang berani menempati meja tersebut maka mereka harus bersiap siap untuk berhadapan dengan ketiganya. "Yaudah yok keburu si botak tu datang," Selama perjalanan menuju kantin mereka bertiga langsung menjadi pusat perhatian para cowok yang berlalu lalang di sekitaran koridor. Kata para cowok mah rejeki kalau mereka melihat ketiga nya lewat dihadapan mereka. Ditengah tengah perjalanan nya mereka seperti mendengar teriakan yang sangat familiar ditelinga mereka. Yap! Yang berteriak adalah si botak atau Pak Anto, mereka memberi julukan kepada orang itu karena dia memang botak. "Sharen, Amanda, karin berhenti kalian sekarang juga!" Ucap Pak Anto yang kewalahan saat mengejar mereka. "b*****t! Itu sih botak gimana nih? Belok kanan aja belok kanan," teriak Rere panik dan langsung diikuti oleh kedua sahabatnya. Dengan bodohnya Rere salah dengan instruksi nya itu, karena jika belok kanan maka sama aja mereka menyerahkan diri mereka kepada Pak Anto. Didepan mereka terdapat tembok besar yang seolah olah ikut menghadang ketiganya. Mereka bertiga pun berhenti dan pasrah kalau mereka tertangkap basah oleh Pak Anto. "Kalian bertiga ikut bapak ke ruang BK! Sekarang!" Semprot Pak Anto saat melihat ketiganya tidak melarikan diri. Dan ia pun langsung menyeret ketiganya menuju ruang BK. Ditengah tengah perjalanan nya Rere masih sempat sempatnya protes kepada Pak Anto. "Pak! Kalau kami bertiga ikut bapak ke ruang BK, gimana kami mau ikutan upacara bendera?!" Ucap Rere sedikit membentak dengan tujuan pembelaan agar tidak diseret ke ruang BK. "Halah banyak alasan kamu! Biasanya juga gak pernah ikutan upacara bendera!" Ucap Pak Anto membenarkan. Dan langsung membuat Rere terdiam seketika. "Kalian tau kesalahan kalian kenapa kalian saya bawa kesini?!" Ucapnya serasa membentak ketiganya yang masih setia menundukkan kepala. "Saya tanya sekali lagi! Kamu tau apa kesalahan kalian?!" Ucapnya sedikit terlihat marah Perlahan lahan ketiganya mulai mengangkat kepalanya untuk menatap Pak Anto. "Tau pak," ucap ketiganya mulai gemetar. "Apa? Coba sebutkan!" "Mewarnai rambut," "Kalian tau kan kalau disekolah ini tidak boleh mengecat rambut? Apa lagi dengan warna mencolok seperti kalian," ucap Pak Anto yang sedikit terlihat dapat mengontrol emosi nya. Tak lama setelah itu Pak Anto melanjutkan ucapannya kembali sebelum ketiga nya mengucap sepatah kata apapun. "Surat panggilan orang tua yang selama ini saya kasih ke kalian kemana? Kenapa tidak sekalipun Salah satu orang tua kalian datang ke sekolah?" "Orang tua? Saya begini juga gara gara orang tua pak! Mereka tidak pernah peduli dengan saya. Jadi ini salah satu cara buat narik perhatian mereka," kini gantian Rere yang berbicara dengan berusaha mati mati an untuk tidak menangis. Sekarang ganti Pak Anto yang terdiam mendengar penjelasan dari Rere. Terlihat tatapan sendu yang nampak Dimata Pak Anto, bukan lagi tatapan mata seperti menahan amarah. "Maksud kamu?" Tanya pak Anto untuk memperjelas kalimat yang diucapkan oleh Rere. "Saya dirumah cuma dianggap sebagai anak gak tau diri yang selalu menyusahkan kedua orang tua saya. Mereka jarang pulang, sekalipun pulang hanya marah marah tidak jelas. Dan pelampiasan amarah papa selalu mama," Ucap Rere sedikit bergetar dan kemudian terisak saat menjelaskan semua kejadian hidup yang menimpanya. Pak Anto semakin dibuat iba mendengar semua penjelasan dari Rere. Ternyata dengan menjadi troublemaker adalah salah satu cara untuk menutupi kerapuhan yang dimilikinya selama ini. Memang benar kalau ada yang mengatakan don't judge book from the cover. Itulah yang menggambarkan Rere saat ini. "Kalau kamu Amanda? Kemana orang tua kamu?" "Orang tua saya sudah bercerai dua tahun yang lalu. Papa sudah menikah lagi dengan jalang diluar sana. Saya tinggal sendiri, mama ada di Amerika sekarang. Dan setiap bulan selalu mengirimkan uang buat kebutuhan saya sehari-hari," jawab Amanda lebih tegar dari Sharen karena ia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Toh yang setia menemaninya setiap hari adalah sepi. "Sini deketan sama bapak, bapak mengerti posisi kalian. Tapi kalian masih punya masa depan kan? tidak harus kalian melakukan hal hal seperti ini," ucapnya sedikit menenangkan ketiganya. Untung saja ruang BK saat ini sepi karena semua warga sekolah sedang melaksanakan upacara bendera di lapangan belakang sekolah. "Saya Udah hancur pak, buat apa saya menyiapkan masa depan? Toh juga orang tua saya tidak pernah memperdulikan keadaan saya," ucap Rere seraya mengusap air matanya yang mengalir begitu saja. "Saya tau posisi kamu, kamu harus membuktikan kepada orang tua kamu kalau kamu tidak seburuk yang dipikirkan mereka, saya akan mengizinkan kalian untuk tetap mewarnai rambut kalian tapi dengan satu syarat," Merek bertiga menatap Pak Anto dengan mata yang berbinar binar karena kalimat yang diucapkan nya. "Apa pak syaratnya?" Tanya Karin dengan nada atusias. "Jangan pernah berpikir untuk menghancurkan diri kalian dan tetap berusaha untuk menggapai masa depan kalian," Mereka bertiga pun saling pandang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Dan sedetik kemudian mereka berlari dan memeluk Pak Anto sebagai ucapan terima kasih atas pengertian guru botak tersebut. "Kalian bisa anggap bapak sebagai orang tua kalian sendiri kalau kalian tidak keberatan," nada Pak Anto terdengar tulus saat mengucapkan kalimat tersebut. Keputusan mereka bertiga sudah bulat dengan menghapus kata benci kepada Pak Anto, dan menjadikan Pak Anto sebagai guru kesayangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN