Hanan membawa koper Aruna menuju kamar yang dulu pernah ditempati oleh Aruna. Ia meletakkan koper itu ke atas ranjang. “Na, kamu gak apa ‘kan di rumah ini berdua sama Bi Nani? Soalnya aku ada urusan penting.” “Hem. Kalau kakak mau pergi, pergi aja. Aku gak apa kok.” Aruna lalu membuka koper miliknya. Hanan menarik tangan Aruna, “apa kamu masih marah sama aku?” “Kenapa aku harus marah? Apa yang kakak katakan memang benar. Aku sekarang istri kakak. Jadi kakak berhak atas tubuh ini.” Hanan meraup wajahnya kasar, ia lalu menatap Aruna yang kini menundukkan wajahnya. Ia lalu menghela nafas panjang. “Kalau kamu mau pergi, pergilah. Tapi pulangnya jangan malam-malam. Aku gak akan melarang kamu kalau kamu mau pergi sama teman-teman kamu, kecuali sama Brian. Kamu harus ingat itu.” Setelah me