“Kamu muntah-muntah?” Albizar menatap khawatir sang istri ketika akhirnya, Kia membuka pintu kamar mandi di kamarnya. Mereka memang masih tinggal di kediaman orang tua Albizar. Kia yang ditatap khawatir Albizar, berangsur mengangguk-angguk. Ia membiarkan wajahnya dibingkai oleh Albizar menggunakan kedua tangan. Sebelum Albizar juga sampai merangkulnya hangat. Rangkulan khas khawatir dan juga tetap masih mesra. “Sepertinya asam lambung aku naik,” ucap Kia sambil menyeka sekitar bibirnya menggunakan tisu kering di kedua tangannya. Kia amat sangat yakin, asam lambungnya memang naik. Terhitung sejak hijrah ke Jakarta dan harus menghadapi kekejian Fero sekeluarga yang menganggapnya anak tiri bahkan anak haram, semua itu terjadi. Padahal jelas, mereka satu papa. Sedangkan setegar apa pun Kia