MALAPETAKA SAAT RESEPSI PERNIKAHAN

1120 Kata
Irhan pun menyebutkan nomor ponselnya. “Aku miscall ya, nomorku di save,” ucap Listy. “Ya pasti aku savelah, namanya mau nanya nomor tiket. Aneh deh kamu,” Irhan tersenyum kecil. “Nah … nah, itu belok kiri, belok kiri, atau di sini saja enggak apa-apalah, aku nanti masuk ke rumah eyang sendiri. Lumayan jauh sih, cuma ini kan jalan kampung jadi aku sudah hafal,” Listy tak keberatan turun di ujung jalan saja. “Eh janganlah, malam-malam gini. Lagi ngapain sih cuma masuk ke situ doang nggak mau,” kata Irhan sambal membelokan mobilnya. “Aku nggak ngajakin mampir ya, kita baru kenal, nggak enak sama eyang kakung dan eyang putri. Mereka tinggal berdua. Ini rumah eyangku. Terima kasih bantuannya dan sampai yang ketemu hari Jumat malam di stasiun Tugu.” “Oke sampai ketemu di stasiun Tugu,” kata Irhan. “Sekali lagi terima kasih,” kata Listy. Lalu dia langsung masuk ke rumah eyang putrinya. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Irhan melajukan mobilnya meninggalkan rumah eyang teman barunya. “Ada apa denganku?” tanya Irhan pada dirinya sendiri. “Kok aku bisa kenalan lagi sama perempuan? Kok sejak melihat dia tadi duduk sendirian aku pengen tahu tentang dia, bahkan aku sampai tanya pekerjaan dan segala macamnya.” “Aku nggak trauma sama perempuan, aku nggak benci perempuan karena ibuku perempuan, dan nggak semua perempuan seperti Dewi. Tapi sejak kasus Dewi kan aku nggak pengen melakukan hubungan apa pun lagi dengan perempuan, takut ada salah paham. Kenapa sekarang seperti ini?” ≈≈≈≈≈≈≈≈ Lima bulan lalu Irhan baru terluka. Lima bulan lalu dia baru menikah dengan kekasihnya yang sudah dia pacari enam bulan, lalu bertunangan satu tahun. Jadi hubungan mereka dekat selama 1,5 tahun. Dewi adalah perawat di rumah sakit tempat Irhan bekerja. Saat itu Irhan baru memulai menjadi spesialis anak. Dia belum punya ruang praktik sendiri. Sampai sekarang pun dia belum punya ruang praktik sendiri di rumah sakit tersebut, karena dia tak berani membagi waktu praktik walau dia dokter anak. Di rumah dia sudah punya ruang praktik di luar jam kerja di rumah sakit. Dewi wanita yang anggun, lugu, naif, polos. Pokoknya semua predikat sederhana ada pada tubuh Dewi. Walau Dewi sangat cantik tapi tutur katanya lemah lembut, manis, sangat sopan, dengan hijabnya. Bukan hijab syari panjang, dia pakai hijab modern. Terserah orang menilainya apa pokoknya dia berhijab modis. Dewi sangat cantik di mata semua laki-laki. Dewi disukai banyak teman perempuan karena sangat santun dan lembut. Itu membuat Irhan jatuh cinta pada perawat tersebut dan Dewi juga sangat menjaga pandangan matanya, bila ditanya pun dia selalu menunduk. Bahkan setelah bertunangan hanya beberapa kali Irhan bisa mencium bibir perempuan tersebut. Benar-benar jauh berbeda dengan tiga kekasih Irhan sebelumnya. Dewi memang kekasih keempat dan akhirnya mereka pun menikah. Tentu saja pesta pernikahan dibuat besar-besaran karena Irhan adalah sulung dari tiga bersaudara lelaki semua. Tapi saat resepsi pernikahan, di hotel ada insiden yang tak akan pernah Irhan lupakan. Nurul tante kandung Dewi datang dari Bandung. Sang Tante baru saja melahirkan. Padahal jauh-jauh hari tantenya Dewi bilang dia tidak akan datang, karena baru melahirkan dua minggu. Saat akan digelar acara hiburan tantenya minta mic terlebih dahulu pada MC. “Mohon maaf pada keluarga besar bapak Sulistyo Danudirjo, keluarga besar ibu Sekartaji Mangku Kusumo, dan khusus saya mohon maaf pada nak Irhan Gautama Danudirjo atas kelancangan saya bicara di sini.” “Nak Irhan, mumpung belum terjadi apa pun. Mumpung baru tadi pagi akad nikah dan malam ini digelar resepsi, saya ingin memberitahu sesuatu yang saya yakin ini akan sangat menyakitkan buat nak Irhan. Sekali lagi saya mohon maaf.” “Sekali lagi saya mohon maaf, sangat dalam saya meminta maaf. Saya tidak bermaksud jelek. Justru ini saya lakukan agar nak Irhan tidak tertipu sepanjang hidup seperti saya.” Lalu Nurul membuka laptop yang dia bawa, dia perlihatkan pada kedua orang tua Irhan yang saat itu ada di sebelahnya. Diperlihatkan bagaimana Dewi yang saat itu belum pakai hijab sering pergi berdua dengan Winduaji Subroto kekasih Nurul. Waktu itu memang belum menikah. Lalu sampai ke pernikahan Nurul ternyata malam pengantin suaminya mencuri waktu tidur di kamar sebelah bersama Dewi sebelum kembali lagi ke kamar Nurul. Kemudian terlihat Dewi mulai pakai hijab, semuanya ada, bagaimana Dewi pergi dengan Windu entah ke Bali, sampai ke Singapura, ke Jogja, dan ke Bromo juga Dieng. Ke mana pun mereka selalu berdua layaknya orang pacaran atau bulan madu. Dan yang terakhir adalah foto-foto mereka selalu check in di hotel. Juga satu foto bukti surat status pasien bernama Dewi Setyowati Sudiro yang melakukan aborsi dari dokter kandungan dengan nama suami Winduaji Subroto. Tentu saja Irhan belum malam pertama dengan Dewi, tapi dia tidak mau punya istri bekas orang. Lebih-lebih Dewi sudah pernah aborsi sedang selama tunangan saja Dewi susah dia cium bibirnya. Itulah mala petaka di pernikahan Irhan. Orang tua Dewi tak percaya kalau kelakuan anaknya seperti itu, menikung omnya sendiri. Ibunya Dewi pingsan karena tantenya Dewi adalah adik kandung satu-satunya dari sang ibu. “Saya baru melahirkan tapi saya juga sudah mengurus cerai. Saya juga tidak mau kok melanjutkan pernikahan saya, silakan saja kalau Dewi mau ambil suami saya.” “Dan silakan ibu Winarti Subroto punya menantu baru yang sangat santun tapi mau ditiduri tanpa surat nikah dan selalu melakukan zina dengan anak lelaki kebanggannya,” ucap Nurul pada orang tua atau ibu mertuanya yang datang karena diundang oleh kakak perempuan Nurul atau mertua Irhan. Nurul memang meminta agar kakaknya mengundang ibu mertuanya untuk datang kepernikahan Dewi. Winarti Subroto tak bisa bicara, dia memang tak suka pada Nurul yang dianggap memonopoli uang Windu, ternyata uang Windu lebih banyak mengalir ke Dewi bukan ke Nurul. “Saya sudah laporkan Windu ke kantornya jadi berkas saya juga sudah ke kantornya. Silakan saja, saya tak peduli. Walaupun anak saya masih balita dua-duanya, saya akan kuat.” “Silakan Dewi dan ibu Winarti kuasai uang Windu karena selama ini uang Windu tak cukup untuk biaya hidup saya sehari-hari, tapi dianggap saya yang menghabiskan uangnya.” “Atau kalau Irhan mau melanjutkan terus pernikahan dengan Dewi silakan saja. Sejak gadis dia itu sudah jadi simpanan suami saya dan ternyata yang kemarin juga bukan pengguguran pertama, karena sebelumnya juga sudah digugurkan secara mereka sendiri, karena sebagai perawat Dewi kan bisa saja beli obat di mana pun.” “Mungkin yang terakhir karena tidak bisa digugurkan dengan obat-obatan yang dia beli bebas, akhirnya terpaksa ke dokter spesialis kandungan dengan alasan Dewi masih mau kuliah dan dia mengatakan hamil dengan suaminya sendiri.” Pesta pernikahan pun langsung heboh, itu tragedi yang dialami oleh Irhan. Jadi dia bukan benci semua perempuan. Tapi biasanya Irhan sudah ilfil melihat perempuan yang belagak polos dan kebetulan Listy kan kelihatannya polos. Entah kenapa tapi kepolosan Listy berbeda dengan kepolosan Dewi membuat Irhan ingin menyapanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN