BERTEMU KEMBALI

1078 Kata
“Listy, ayok kita mulai,” kata mister Ryuki. “Perkenalkan ini anak dan istriku. Mereka sengaja datang dari Jepang untuk berkenalan denganmu, karena mereka tertarik dengan novelmu. Mereka baca skripnya saat aku bawa ke rumah,” Mr Ryuki memegang tangan istrinya mesra. “Halo Nyonya, salam kenal,” kata Listy dengan bahasa Inggris. “Aku lebih bisa bahasa Indonesia daripada suamiku, tenang saja,” kata nyonya Yoko, istri Mr Yoko dengan ramah, dia cium pipi kanan kiripada Listy. Lalu di mulai sesi berfoto. Listy dengan Mr Yuki, lalu Listy dengan nyonya Yoko dan seterusnya, Listy juga minta foto bersama dengan orang tua Listy dan Anto di depan banner judul film hasil karyanya. Dan yang pasti banyak foto yang Listy sendiri di depan banner, baik memegang n****+ mau pun tidak. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Mas!” panggil Seruni keras pada Taufik. “Ya Ma?” “Listy penulis?” tanya Seruni yang sedang di depan televisi berkata cukup keras pada Taufik yang duduk di meja makan, sedang menunggu kopi yang dia pesan pada simbok. “Penulis apa Ma? Mana aku tahu,” kata Taufik yang sedang melihat ponselnya. “Sini Mas. Itu lihat dia penulis film yang sedang diputar perdana. Judul filmnya Love From Amsterdam. Pasti itu berdasarkan kisah cintanya sama Galih. Lihat itu,” kata Seruni di ruang tengah. Taufik pun terkejut melihat televisi dan memang tayangan tersebut ada. Terlihat Listy tersenyum ramah dengan didampingi sutradara dan produser serta bintang utama fil tersebut sedang jump apers. “Mungkin dia ke tempat Galih ingin memberikan undangan itu Ma. Kan katanya hari Sabtu ini dia ada acara resmi. Ternyata adalah pemutaran perdana film hasil karyanya. Super hebat, selain dia designer yang cukup kondang dia juga penulis. Tadi MC bilang ini n****+ ke 14 Ma. Dan Galih memang super-super bodoh,” kata Taufik. ≈≈≈≈≈≈≈≈ Galih yang jadi tokoh pembicaraan sudah sejak tadi melihat di layar televisi di kamarnya. Dia juga tak percaya ternyata selama ini dia sama sekali tak mengenal kalau Listy adalah penulis dan itu adalah n****+ ke-14 nya. Galih sangat terpukul membaca judul n****+ Listy yang juga dijadikan judul filmnya. LOVE FROM AMSTERDAM! “Pasti dia terinspirasi akan perkenalkan kami di Amsterdam,” begitu yang Galih katakan tadi saat melihat judul film karya Listy. ≈≈≈≈≈≈≈≈ “Listy,” sapa Rizanoel, penulis scrip. “Eh Bang Noel. Apa kabar. Ayo kita foto berdua di depan banner judul film. Masa aku nggak berfoto sama orang yang membuat ceritaku jadi hidup,” pinta Listy. “Sama sutradara juga dong,” kata mister Ryuki, lelaki Jepang yanag menjadi perwakilan owner production house yang membuat film Listy. “Tad ikan sudah yang berdua sutradara, nanti yang bertiga atau berempat dengan Mr Ryuki, sekarang aku mau sama penulis scriptku dulu,” kata Listy. “Eh sebentar, tadi aku ke sini sama temanku. Aku takut dia menghilang. Dokter satu itu memang sulit,” Rizanoel penulis script minta waktu sejenak untuk mencari teman yang tadi diaajak ke acara ini. “Han! Sini aku kenalin sama penulis n****+ aslinya. Aku kan hanya mengubah novelnya menjadi script dialog saja. Sini,” kata Rizanoel pada rekan yang membelakangi mereka, sedang memperhatikan banner judul film yang jadi pokok acara hari ini. Sosok itu membalik badan. Dia kaget karena ternyata penulis yang selalu diceritakan oleh sahabatnya adalah Listy. Karena sahabatnya selalu menyebut nama Asmara Maniez tidak pernah nama aslinya. “Hai,” sapa sosok itu ramah. “Kamu temennya Bang Noel?” kata Listy kaget. “Kalian sudah kenal?” “Kami baru kenal Bang.” “Iya tadi aku bilang ke RIRI, aku bete sampai hari Minggu nggak ada kegiatan. Terus dia ngajak ke acara pemutaran perdana film yang scriptnya dia buat. Aku nggak nyangka itu hasil karyamu, karena dia sangat mengagumi penulis yang bernama Asmara Maniez,” ucap sosok itu yang ternyata Irhan. Dia memanggil Rizanoel dengan panggilan Riri, sedang semua crew di perfilman memanggilnya BANG NOEL ( bang nul ). “Ternyata ini yang kamu bilang kemarin hari ini adalah momen penting untuk hidupmu! Karena kamu jadi penulis yang filmnya diputar,” ujar Irhan. “Iya ini yang bikin aku pulang cepat-cepat dari Jogja. Aku nggak kebayang kalau nggak dapat tiket kemarin,” ucap Listy dengan senyum manisnya. “Bang kenalin ini Mama dan papaku serta masku,” kata Listy pada Rizanoel. “Ma, Pa, Mas, ini bang Noel, penulis script novelku,” Listy memperkenalkanNoel pada keluarganya. “Hai. Saya kakaknya. Jangan kaget dia bilang masku, nanti dikira bahwa kekasih atau calonnya. Saya kakaknya,” canda Anto ramah. “Dan ini kedua orang tua kami,” Anto memperkenalkan Widuri dan Prabu. “Eh Mas Irhan, kenalin juga,” kata Listy. “Ayo kita masuk, acara sudah mau mulai,” ajak Noel. “Kamu sudah ketemu sama pemeran utamanya?” “Belum Bang.” “Apa mereka nggak foto bareng kamu?” “Wong belum ketemu bagaimana mau foto. Abang aneh ah. Mungkin mereka sudah di dalam sejak tadi.” “Aku belum ketemu. Biarin saja lah. Mungkin nanti sehabis acara ini kan ada konferensi pers. Nanti di situ saja lah. Sekalian tanda tangan n****+ yang penggemar bawa kan?” kata Listy santai. “Ya sudah. Mereka tetap harus foto sama kamu. Tanpa kamu mereka nggak ada apa-apanya. Apa pun yang mereka lakukan tanpa penulisnya tentu tidak ada arti mereka.” “Jangan seperti itulah Bang. Nanti dikira aku yang bikin statement seperti itu. Janganlah.” “Kan tahu sendiri wartawan suka memutar balik atau memotong. Nanti nggak enak bila ada salah paham. Nanti dibilang aku sombong padahal ini film perdanaku. Janganlah,” kata Listy. Irhan dan keluarga Listy terjebak dalam suasana akrab yang terpaksa mereka ikuti, karena oleh production house mereka semua digiring ke sebuah resto untuk makan malam bersama termasuk bintang film atau pemeran utama pria, pemeran utama Wanita, peran pembantu, dan semuanya. Tak ada yang tersisa termasuk Rizanoel, tentunya karena dia adalah penulis sehingga Irhan terseret sebab dia datang Bersama Riri. Keluarga Listy juga terseret karena Listy sebagai penulis n****+. “Sepertinya kita duduk di meja yang beda saja yuk, yang agak jauh dari pusat acara,” ajak Widuri. “Tante, Om, saya boleh ikut duduk di sini nggak? Saya juga nggak kenal, saya kan temennya Rizanoel, nggak mengerti tentang perfilman sama sekali,” pinta Irhan. “Silakan nak Irhan. Ayo. Dari pada kamu juga bengong sendirian, sini sama kami,” kata Sutikno Prabu Kusumo ramah. “Kamu kapan kenalan sama Listy? Kok tadi sepertinya waktu Rizanoel kenalin kamu sudah kenal padahal kamu bukan orang film.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN