4. Ngedate

1277 Kata
Jika merindukanmu , seperti tetesan air hujan, maka akan aku pastikan, di bumi ini tidak ada lagi daratan. --- "Kalo dia meninggal, nanti yang jadi sama Sersan Seo Dae Young siapa dong? Masa gue?" kesel Sylena yang masih saja sesegukan, ia sedang menonton drama korea yang sempat viral beberapa waktu lalu. Sesekali ia masih saja menghapus jejak air matanya lalu kembali tersenyum. “Segila ini kah gua kalau lagi ngedrakor ya,” umpat Sylena dalam hatinya. Sylena memegang dadanya dan hampir berteriak kaget saat Ibunya sudah berdiri di depan kasurnya lalu menggelengkan kepala melihat kelakuan anak sematawayangnya itu. "Film kok ditangisin," goda sang Ibu, sambil menggelengkan kepalanya. "Daripada nagisin cowok Ma," balas Sylena sambil mempause drama koreanya, "Kenapa Ma?" tanyanya lagi "Ah, itu ada yang cariin kamu di bawah, Rama namanya." "Rama?"Sylena menggaruk kepalanya lalu mengambil ponselnya yang berada di atas nakas yang ia sailent. "Ah iya ma, dia ngajakin jalan," jelas Sylena saat ia membaca beberapa pesan dari Rama yang ada di ponselnya. "Yaudah sana turun," suruh Ibunya Sylena. "Bilang aja akunya lagi tidur Ma, masa mata bengkak, merah gini jalan," tutur Sylena yang sedang bercerrmin di handphonenya. "Jangan ah, Mama sudah bilang kamu sudah siap-siap, Mama kira kamu udah janjian sama dia kayak biasanya." Sylena meringis kecil, "Yaudah ma bilang aja tungguin sebentar," jawab Sylena lalu beranjak menuju kamar mandinya. --- "Temenin ke toko itu sebentar ya Syle," ajak Rama menunjuk salah satu toko yang berada di mall besar di kota Banjarmasinini. Sylena hanya mengangguk, mengiyakan permintaan kakak kelasnya yang rada-rada ini, tapi walau kelakuannya rada-rada, Rama selalu meneraktir Sylena, dan karena itulah Sylena suka berteman dengan Rama. Tapi jangan salah, Sylena juga termasuk anak yang suka berteman dengan siapa saja, laki-laki atau pun perempuan, anak kecil sampai dewasa, kalo orang itu mampu membawa pengaruh baik, maka Sylena dengan senang hati berteman dengan dia, yang penting asal jangan fake friend aja. "Kak Andre bentar lagi ulang tahun ya, kak Rama?" Tanya Sylena yang masih berdiri sejajar dengan Rama. Rama mengangguk, "Makanya gua mau cariin kado buat dia, apa ya yang bagus Syel?" Sylena memukul gemes pundak kokok Rama. "Syle kak bukan Syel!" koreksi Sylena gemas, yang dipukul pun hanya tersenyum jahil. "Em, mending kadoin kak Andre bola basket aja kak, katanya beberapa hari yang lalu bolanya hilang," saran Sylena menatap salah satu bola basket di toko itu. Rama terkekeh geli, "Bukan hilang, tapi masuk ke rumah anjing di salah satu rumah di komplek Hari, nah kita-kita nggak ada yang berani ngambil bolanya,” cerita Rama. Seketika tawa Sylena pecah, "badan aja digedein Kak, nyalinya jangan, " ledek Sylena disela tawanya, membuat Rama menempelkan telapak tangannya di wajah Sylena, gemes. "Jangan ketawa, nanti aku makin cinta, " goda Rama dan itu malah membuat Sylena semakin kencang tertawa. "Sok bilang cinta, tapi kemaren nyuruh Kak Andre nembak aku gara-gara dare, kakak itu jahat!" protes Sylena dengan wajah datarnya. Rama pun langsung merasa bersalah, ia mengakui dirinya bodoh sudah menyuruh Andre menembak Sylena hanya karena permainan bodoh itu. "Sorry Syle,” kata Rama sambil menatap Sylena. “Lo, mau kan ma’afin gue?” mohon Rama dan menyentuh lengan Sylena, yang langsung ditepis oleh Sylena. "Beliin dulu aku tiga n****+, baru aku ma’afin, " balas Sylena yang sudah melipat tangan di dadanya. Rama pun mengangguk cepat, tak mau perempuan di depannya ini akan berubah pikiran lagi. "Kita bayar kadonya Andre dulu ya, baru ke toko buku," ajak Rama dan seketika itu juga membuat Sylena mengangguk setuju. Tangan Sylena bergelantung manja di tangan Rama, itu sudah biasa, bahkan bukan di tangan Rama saja, tapi di tangan cowok-cowok lainnya, mereka dengan riang menuju toko buku, yang tentu saja membuat Sylena ingin cepat-cepat sampai di sana. "Nanti ulang tahunnya Andre, kita kasih kejutan atau gimana bagusnya ya Syle?" tanya Rama, sungguh kepalanya pusing memikirkan cara untuk merayakan ulang tahun, sahabatnya itu. "Nanti coba dibicarain sama kak Hari sama kak Agus juga Kak, kalo menurut aku sih bagusnya kasih kejutan, tapi kayak dikerjai dulu gitu," balas Sylena, dan Rama hanya mengangguk-anggukan kepalanya, pertanda ia mengerti. Tanpa mereka sadari, kaki jenjang mereka sudah membawa mereka ke depan toko buku, yang ingin dituju. "Nah, sana gih pilih novelnya, gua ke rak komik ya Syle," kata Rama saat ia dan Sylena sudah berada di dalam toko bukunya. Sylena pun mengangguk pertanda mengerti, tanpa diperintah lagi, ia langsung berjalan menuju rak n****+, tidak sulit mencari n****+ yang ia inginkan, ia memang ingin tiga n****+ itu, tiga n****+ yang baru saja keluar bersamaan, membuat Sylena pusing mengatur uang jajan untuk membeli n****+ itu, dan sekarang ia akan mendapatkannya, dengan hanya bermodal sok marah kepada Rama. Sungguh, nikmat manakah yang didustakan kalo begini caranya. "Kak Rama sudah?" tanya Sylena yang sedang melihat Rama membaca salah satu komik. "Ah, sudah, Lo sudah Syle?" tanya Rama. Sylena menaik turunkan kepalanya dan itu membuat Rama menarik lembut tangan Sylena menuju kasir. **** "Minya enak Syel?" Tanya Rama yang sedang duduk bersisisan dengan Sylena di salah satu warung mi yang ada pinggir jalan. Saat ini Rama dan Sylena memang sedang makan di pinggir jalan, bukan di restoran mewah yang berada di mall tadi. Sylena menganggukan kepalanya pertanda ia setuju, sesekali ai mengusap keringat yang jatuh dari pelipisnya karena kepedesan. "Enak banget kak, lain kali ajak kesini lagi ya kak," seru Sylena yang sehabis menyedot air minumnyanya, mencoba mengurangi rasa pedas yang ada di mulutnya. "Rama?" panggil seseorang yang suaranya seperti perempuan, yang berada di sisi pingir meja Sylena dan Rama. Rama menolehkan kepalanya ke pada orang yang memanggilnya itu, tapi tidak dengan Sylena, ia masih asik dengan sepiring mi di depannya, bukannya apa-apa, menurut Sylena yang dipanggil itu orang lain, bukan dia, jadi buat apa susah-susah menengok orang yang memanggil Rama tadi. "Ah, kak Sinar, ayok gabung sini Kak," ajak Rama lalu memalingkan wajahnya ke sosok laki-laki yang berada di samping Sinar. "Lo? " Kata Rama terheran-heran saat melihat laki-laki yang sudah ia kenal itu ada di belakang Kak Sinar. "Ah, iya ini kenalin Sandy adeknya Kakak," sela Sinar, memperkenalkan Sandy, adik sematawayangnya itu. Seketika itu juga, wajah Sylena yang penuh keringat terangkat, menatap wajah Sandy dengan rasa keterkejutan. "Ah, lagi ngedate ya Ram, sorry ya Kakak menganggu," kata Sinar yang semakin membuat Sylena terdiam seperti patung. ***** "Gua sudah bilangkan, jangan jalan sama cowok-cowok itu!" Ketus Sandy kepada perempuan yang sudah duduk bersisian dengannya. "Kenapa?" cicit Sylena. Ia menundukan wajahnya, ia sama sekali tidak berani menatap mata coklat itu, saat ini mata coklat itu seakan membunuhnya. Sylena msih menundukan wajahnya, ia bingun kenapa Sandy jadi berubah seperti ini, semenjak kejadian waktu ia mengatakan Sylena adalah temannya, Sandy berbuah, ia menjadi lebih menakutkan bagi Sylena. "Ya, gua nggak suka," jawab Sandy. "Lah, enggak suka kenapa Sandy, benar Sylena punya kamu, tapi jangan larang dia berteman," sela Sinar yang menengahi pertengkaran antara dua remaja di depannya itu. "Ya, Sandy enggak suka aja, dia jalan sama cowok lain.” Sandy kembali membela diri, ia lupa di bangku penumpang ada saudara perempuannya, ia sungguh kelepasan karena rasa di dadanya benar-benar bergemuruh karena melihat Sylena jalan dengan laki-laki lain. Sehabis itu tidak ada percakapan antara tiga orang dalam mobil itu, Sylena ingin menyahuti ucapan ketus Sandy tadi tapi tidak enak dengan Kak Sinar, Sinar ingin menasehati Sylena dan Sandy juga tidak enak karena mereka baru bertemu kali ini. Sylena menghembuskan napas lega saat mobil yang dikendarai Sandy sudah berhenti tepat di depan rumahnya, membuat perempuan itu bergegas keluar dari mobil hitam itu. "Terima kasih sudah mengantar aku kak," ucap Sylena lalu mencium punggung tangan Sinar. "Makasih Sand, sudah nganter gua, hati-hati di jalan," sambungnya lalu dengan cepat keluar dari mobil itu dan berlari membuka pintu pagar rumahnya, lalu menutupnya dengan rasa gemetar. Sylena bersumpah, besok ia akan memarahi dan meminta penjelasan dari cowok itu, demi apa pun. ----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN