Mia menatap kedua orang tuanya menyelidik. Pasalnya, setelah ia menemukan kedua orang tuanya, mereka mendadak diam dan tampak tak nyaman, padahal sebelumnya biasa-biasa saja walaupun masih ada rona kecanggungan.
“Ma….”
“Habiskan makan malammu, mama harus pulang” kata Mila tenang, namun tidak dengan jantungnya. Ciuman itu membangkitkan sesuatu yang selama ini terpendam jauh didalam sana.
Mia memasang wajah cemberutnya dan meletakkan sendok juga garpunya secara kasar, teguran Jericho sama sekali tak dihiraukannya.
“Kenapa Mama nggak menginap disini saja?” Tanya Mia dengan suara jengkelnya. Mila menghembuskan nafasnya pelan, dia harus tetap mengontrol emosinya didepan anak gadisnya ini.
“Kamu tau itu nggak boleh kan?” Tanya Mila pelan, wajah Mia yang awalnya jengkel langsung berubah keruh, dia sadar ini bukan London, ini bukan Negara barat yang bebas.
“Mia hanya ingin menghabiskan satu malam bersama kalian” mata Mia yang berkaca kaca membuat Mila semakin merasa bersalah. Dan tanpa mengatakan apapun Mia meningalkan meja makan.
Membuat rasa bersalah Mila semakin besar.
***
“Mila sangat mengerti, Bu” pemandangan di luar sana sudah tak menarik lagi baginya semenjak wajah murung Mia membuat dadanya begitu sesak. Mia tak pernah menunjukkan wajah seperti itu sebelumnya dan Mila tau dia telah membuat anak gadisnya itu begitu kecewa.
“Kenapa kamu memilih tinggal?” suara Yuni terdengar menyelidik, tentu saja, karena anak perempuannya tinggal bersama dengan mantan suaminya, walau hanya semalam.
“Mila nggak sanggup liat Mia sedih” kata Mila pelan, Yuni terdengar menghela nafas pelan, namun masih terdengar di telinga Mila dengan begitu jelas. Yuni sangat tau bagaimana sedihnya Mia. Tak ada satu anakpun di dunia ini yang ingin kedua orang tuanya berpisah.
“Kamu bawa pakaian?” Tanya Yuni yang akhirnya memilih membiarkan, Yuni tau Mila pasti akan mempertimbangkan sesuatu, dan jika ini adalah keputusannya, maka Yuni yakin Mila akan melakukan hal yang benar.
Lagi pula, Kamila sudah dewasa, sudah memiliki anak gadis yang sudah remaja, pasti anaknya itu tau konsekuensi dari keputusan yang di ambil, dan Yuni hanya bisa memantau Mila agar anak semata wayangnya tetap berada di jalan yang benar.
“Ada di dalam mobil, nanti Mila ambil di bawah”
“Kamu tidur sama Mia kan?” suara cemas Yuni membuat Mila tertawa pelan, tentu saja dia akan tidur dengan Mia malam ini.
“Iya Bu” jawab Mila sambil terkekeh.
Setelah percakapan singkat itu, Mila menuju dapur karena mendengar suara dentingan dari arah sana. Jericho tengah mencuci alat makan yang mereka gunakan tadi.
“Kamu kan udah masak, sekarang giliran aku yang cuci” Jericho merebut spons cuci yang tengah Mila pegang. Mila tak melarang suaminya itu mencuci piring, karena memang tidak ada asisten rumah tangga, jadilah mereka berbagi tugas untuk merawat apartemen yang cukup besar ini.
“Kamu mau punya anak berapa?” Tanya Mila yang bersandar pada pantry sambil memandang punggung kokoh Jericho yang hanya berbalut kaos abu abu polos, punggung yang selalu membuat Mila merasa nyaman dan senang berlama-lama bersandar disana.
“Kamu Hamil?”
“Kamila?” mendadak Kamila mengerjap pelan, otaknya secara otomatis memutar reka ulang kejadian pertama mereka menikah dan mendadak otaknya tak berfungsi dengan baik.
“Ya?” tanyanya linglung.
“Kamu melamun” mendadak Mila merasa canggung, namun dia memilih tersenyum kecil, berusaha terlihat baik-baik saja di depan Jericho.
“Emm… aku harus ke bawah ambil baju di mobil” katanya canggung.
“Biar aku aja, kamu temenin Mia, kayanya dia masih ngambek” Mila tanpa pikir panjang langsung mengangguk, membiarkan Jericho mengambil pakaiannya.
“Pakaianku ada di paper bag dijok paling belakang” ujar Mila dan langsung di angguki oleh Jericho.
Mila melangkahkan kakinya menuju kamar yang berada tepat di sebelah kamar utama, Mila yakin Mia tidur disana. Ia mengetuk pintu, namun tak ada yang menyahuti dari dalam. Mila menekan knop pintu dan terlihatlah Mia yang tengah berbaring tengkurap di atas ranjang berukuran sedang dengan sprei warna putih.
“Katanya Mama mau pulang” suara ketus itu terdengar walaupun posisinya masih tengkurap di atas ranjang. Mila menghela nafas lalu duduk di tepi ranjang.
“Mama udah izin sama nenek, mau nginep disini sama kamu” Mia langsung membalikkan tubuhnya dan duduk dihadapan sang mama dengan senyum lebar.
“Oke, bagus… Mia mau liat sesuatu” Mia dengan semangat menarik tangan Mila keluar dari kamar yang akan ditempati mereka malam ini lalu menuju pintu kamar sebelah dan mengetuknya tak kalah semangat.
Mila hanya merasa lucu, dulu dia tak perlu mengetuk kamar ini untuk masuk, tapi sekarang, lihatlah… dia tengah menunggu pemilik sesungguhnya membukakan pintu untuk mereka.
“Kenapa?” Tanya Jericho yang keluar sambil bertelanjang d**a dan tersampir handuk di bahunya yang kokoh. Mila menelan ludah pelan, pria ini semakin matang. Dan sejak kapan Jericho kembali dari basement untuk mengambil pakaiannya?
“Dimana gaun pernikahan Mama?” Tanya Mia antusias.
“A….pa?”
Ps : Tulisan yang bercetak miring artinya Flashback