10. Seductive Liar!

1097 Kata
Suasana hati David sedang sangat bagus kali ini. Sejak turun dari bandara, dia selalu mengeluarkan senandung dari mulutnya. Walaupun David buta nada dan mengeluarkan nada sumbang, tak ada satu pun yang protes karena sakit telinga. “Apa kalian sudah menyiapkan dia?” tanya David pada kepala pelayan begitu ia masuk ke markas. “Sudah, Tuan!” Pelayan tersebut membungkukkan kepalanya dalam-dalam. Sementara itu, di dalam kamar dengan ranjang berwarna merah, ‘kelinci betina’ milik David sedang meringkuk gemetar. Dia sempat mendengar bagaimana seorang David sangat marah saat tahu dirinya sedang bersama dengan Ethan. Tanpa pernah Tiara tahu sebelumnya, jika Ethan adalah anak dari seorang pimpinan para preman di markas ini. Selagi dia dikurung dalam kamar dengan lampu yang dipadamkan, perempuan itu juga sedang menahan perih yang ada di wajahnya. Ya, itu semua dikarenakan jerawat yang muncul, tapi rasa perih itu diperparah karena adanya make up yang dipakaikan para pelayan padanya. Bedak-bedak tersebut semakin mengiritasi pada jerawatnya, sehingga membuat Tiara semakin merasakan perih bercampur gatal pada area wajah. Derit pintu terdengar, sebuah langkah kaki memasuki ruangan. Jantung Tiara semakin berdegup kencang, apalagi ketika lampu dinyalakan. Lalu sebuah bayangan terjatuh di atas tubuhnya. Tiara tahu ada seseorang yang mencoba naik ke ranjang dan juga menaiki tubuhnya. Perempuan yang gemetar ketakutan ini, sedang menangis dan itu membuat beberapa bagian riasan di wajah luntur. Tiara tahu, apa yang akan menimpa dia malam ini dari obrolan para pelayan saat mendandaninya tadi. Sialnya lagi, datang bulannya memang sudah usai sejak tadi pagi. Sehingga ia tak punya alasan untuk bisa kabur dari situasi ini. Lalu, selagi Tiara meringkuk ketakutan, siapa lagi pria yang kini sedang melepas baju di atas tubuh gadis tersebut jika bukan David. Pria yang kehilangan dua milyar rupiah untuk mendapatkan Tiara berbagi di atas ranjang dengan selaput dara yang utuh, yang membuat dia selama ini tergila-gila. Pria tersebut bak sakau untuk menikmati perawan desa. Dia dan para anggotanya, tak ada yang memakai obat terlarang. Mereka hanya menjual, tanpa memakainya! Meski David tak memakai obat, tapi dia memiliki ketergantungan sendiri pada seorang perempuan. Malam-malamnya yang dipenuhi oleh rayuan maut, merupakan kenangan yang sangat seksi untuk diputar ulang dalam kepalanya. Kali ini dia melihat seorang perawan desa sedang meringkuk di atas ranjang merah favoritnya. David suka melakukannya di atas ranjang berwarna merah untuk menyamarkan noda darah para perawan yang ia rusak. “Kakimu cukup mulus walau ukurannya sangat besar! Tapi aku suka!” Suara David terdengar oleh Tiara, seraya dia juga merasakan seseorang mengangkat sebelah kakinya. Tiara gemetar, saat ia juga merasa geli dari jambang-jambang tipis David yang menggelitik betisnya. Tapi meski merasa geli, Tiara bukannya tertawa, dia malah menangis dan merasa ini adalah akhir dari hidupnya. David menurunkan kaki Tiara, kemudian dia melepas jas, vest, dasi dan membuka kemejanya. Tangannya meraih saklar lampu di samping ranjang dan menyalakan salah satu tombol. Kemudian, cahaya kuning pun menyala. Tiara masih menyembunyikan wajahnya ke samping, dia tak berani menatap pada David. Bukan karena ia malu oleh jerawatnya, tapi ia memang tak mau mengingat pada wajah orang yang akan memperkosanya. “Tubuhmu ... seperti buah pir! Kalau bukan karena seorang perawan, aku tidak mau tidur denganmu!” rutuk David saat mengamati tubuh Tiara secara keseluruhan. Tubuh Tiara memang seperti buah pir. Kecil di bagian perut dan dadanya, tapi besar dari area panggul hingga ke paha lalu mengecil lagi di area lutut dan betis. Itulah kenapa, buah pir memang pantas untuk mengibaratkan tubuh Tiara. Tiara merasa sakit hati atas perkataan itu. Tapi ini tidak seberapa, dibanding dengan perilaku bapaknya yang menjual dia pada seorang preman untuk membayar hutang. Itu lebih menyakitkan dibanding dengan olok-olok dari mulut David. Meski begitu, hal pertama yang disentuh oleh David adalah betis dan paha. Entah kenapa, kaki besar Tiara ini justru membuat dia b*******h lebih dari kaki ramping yang biasanya ia lihat. Air mata terus berjatuhan, kala Tiara merasakan ke arah mana ciuman David memusat. Berulang kali ia merapatkan pahanya, tapi saat itu juga David membukanya. Walau pakaian mereka masih utuh, tapi Tiara sudah merasa ditelanjangi oleh perilaku David. Kali ini David mengangkat kepalanya dan berada tepat di depan wajah Tiara yang ditutupi oleh telapak tangan gadis itu. Tanpa memedulikan isak tangis di balik tangan tersebut, David menyerang area leher dan telinga. Pria ini tahu pasti bagaimana cara membuat perempuan-perempuan yang ketakutan seperti Tiara ini, tiba-tiba akan mengerang kenikmatan di bawah kungkungannya. Sengaja diembuskan oleh David, napas-napas hangat untuk meniup leher Tiara. Lalu kecupan-kecupan lembut dari bibir tebalnya menarik sari-sari dari kulit berwarna kuning langsat milik sang perawan. Sementara itu, Tiara sendiri sedang berperang dan berjuang untuk melawan sensasi-sensasi aneh yang timbul karena sentuhan David. Pria itu tidak akan memaksa Tiara untuk membuka wajah, tapi dia akan memberi sentuhan bagai kokain yang membuat darah Tiara selalu berdesir sehingga perempuan itu akan merentangkan tangan dengan sendirinya, lalu wajah yang sedang merasakan candu itu akan menatap pada David dengan mata yang mendamba. Tangannya mulai meraba dengan pelan ke arah bahu dan turun ke area pangkal lengan, lalu dia dengan lihai menyelinap tepat di depan belahan atas milik Tiara. Dengan jantung yang berdegup kencang, Tiara tahu akan ke mana tangan David berlabuh. Untuk itu, dia dengan sigap menyergap sebelah tangan David yang mulai meremas bongkahan miliknya. “Berhenti!” ucap Tiara dengan napas yang menggebu. Kali ini wajah Tiara terbuka, matanya bertatapan dengan David. Sejujurnya ini adalah kali pertama bagi David untuk bertatapan mata langsung dengan Tiara. Sebelumnya ia tak pernah melihat dengan jelas wajah Tiara. Karena pria itu tidak pernah peduli dengan bagaimana wajah dari setiap perempuan yang akan ia tiduri. Selama wajah itu normal, David hanya memedulikan bentuk tubuh yang seksi dan juga keperawanan yang mahal baginya. Tapi kali ini berbeda cerita. Entah kenapa tiba-tiba David terkejut sambil melotot, saat melihat wajah perempuan yang akan ia tiduri penuh dengan nanah. Riasan di wajah Tiara sudah menghilang karena air mata, lalu jerawat yang terkena iritasi menjadi sangat merah dan beberapa sudah pecah mengeluarkan nanah juga darah. Tanpa berkata apa pun, David merasakan darahnya mendidih penuh amarah. Kenapa perempuan buruk rupa ini bisa-bisanya berbaring di atas ranjangnya. Lalu pria itu mengangkat tangannya dan melayangkan di udara. Dengan penuh kekuatan, dia hendak mendaratkan sebuah tamparan pada perempuan di bawahnya. Akan tetapi, dia urung melakukannya. Pantang bagi David, menyakiti seorang perempuan baik-baik. Setidaknya, bukan dengan tangannya sendiri. David pun berdiri dan turun dari ranjang tersebut meninggalkan Tiara yang sedang menangis tersedu di atas ranjang merah. Ternyata jerawat yang selama ini menyiksanya, berhasil menyelamatkan dirinya. Akan tetapi, sebuah ucapan yang mengerikan keluar dari mulut pimpinan para mafia tersebut. Kalimat yang membuat Tiara merasa lebih ketakutan dari sebelumnya. “Bunuh saja dia langsung! Lalu lenyapkan jasadnya tanpa tersisa!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN