7. The Prince?

1153 Kata
“Tuan muda!” “Tuan Muda Ethan!” Panggilan bersahutan di luar kamar mencari bocah kecil yang sedang berkeliaran. Saat ini Tiara sedang bersama anak yang menghampirinya ini melihat sebuah lukisan. Dalam lukisan itu terdapat seorang anak kecil yang digandeng oleh laki-laki dan perempuan, mereka berdiri menatap sebuah pantai dan terdapat rumah sederhana di belakang mereka. Hampir saja Tiara memecahkan tawa karena anak ini menyebut jika perempuan di dalam gambar tersebut adalah Tiara. “Tuan Muda Ethan!” Dari luar suara memanggil-manggil. “Haruskan kita menghubungi Tuan David?” “Dia bisa membunuh kita!” Tiara sadar jika yang sedang dicari adalah anak di hadapannya ini. Dia pun langsung menutup mulutnya dan juga anak ini menggunakan tangan. “Kamu tunggu di kamar mandi,” bisik Tiara pada Ethan. Gadis itu langsung membawa sang bocah menuju ke bilik kecil yang pintunya ada di samping kanan ranjang. Tepat ketika Ethan sudah dibawa masuk oleh Tiara, saat itu juga seorang pelayan dan juga pria berwajah preman berada di dalam kamar Tiara. “Kamu melihat anak kecil kemari?” tanya pelayan yang ada di sana. Tiara langsung mengerutkan dahi, membentuk ekspresi bingung. “Anak kecil? Di sini ada anak kecil!” Pelayan itu mengentakkan kakinya kesal. “Geledah saja!” titahnya. Kemudian para preman itu langsung memeriksa kolong ranjang dan ... kamar mandi. Dengan sigap, Tiara langsung mengambil alih gagang pintu kamar mandi tersebut. “Aduh, aku ... sakit perut!” ucapnya yang membuat preman itu urung membuka. “Kami harus memeriksa dulu!” Mereka bersikukuh. Tapi Tiara menggeleng. “Aku mohon, biarkan aku dulu yang masuk! Aku juga sedang datang bulan! Apa kalian tidak kasihan padaku?” Tiara membuat ekspresi meringis yang sempurna, dia juga meremas perutnya sendiri sambil membungkuk-bungkuk untuk melengkapi sandiwara. Sang preman pun bertatapan dengan pelayan, mereka tak mau bermain-main dengan ‘mainan baru’ pimpinan mereka yang belum tersentuh ini. Pelayan itu tak berkata apa-apa, tapi dia memberi isyarat untuk pergi melalu kepalanya. Setelah itu, dia sendiri yang berbalik dan meninggalkan kamar tersebut. “Kita harus mencari ke mana lagi?” Preman itu tampak bingung dan takut. “Bagian kebun juga belum kita periksa semua, biasanya tuan muda menyendiri untuk melukis di sana! Kita harus cari sampai ketemu, atau kalau tidak, bisa-bisa nyawa kita melayang.” Suara langkah pun terdengar menjauh dari depan kamarnya. Tiara akhirnya bernapas lega. Dia membuka pintu kamar mandi dan di sana seorang bocah kecil langsung menatap Tiara dengan binar matanya. Tanpa berkata apa-apa, Tiara langsung membungkuk dan memeluk anak itu. “Aku berjanji akan melindungimu!” Entah anak ini akan mengerti apa yang dia katakan atau tidak, tapi Tiara tetap mengatakannya dengan penuh perasaan tulus. Tanpa tahu, siapa sebenarnya Ethan yang sedang berada dalam pelukannya dan bahaya apa yang sedang mengintainya karena menyembunyikan seorang anak di dekatnya? ** “Kenapa mereka bisa lolos?” “Sial! Dia bisa melacak atau tidak?” Kemarahan David pun meledak saat ia turun dari mobilnya dan tahu jika mereka tidak berhasil mengepung mobil yang menjadi target mereka. “Maafkan saya, Tuan!” Pria itu membungkuk dalam-dalam di depan David. Tapi sayang, David benci dengan kesalahan, terutama yang sangat fatal seperti ini. Dia langsung mengangkat kerah bagian belakang dari sala satu anggota cyber yang memberinya informasi. “Kau sengaja melakukan ini, hah!” bentaknya tanpa memedulikan volume suara mereka. Mobil mereka kini sedang berjajar di dalam sebuah terowongan sepi. “Tapi jika dilihat dari pola pergerakan, sa .. saya sudah yakin deng ... dengan gedung X!” Pria itu tampak gugup dalam cengkeraman David. “Tuan, dalam CCTV menunjukkan mereka tidak menuju salah satu gedung milik pemerintah! Ini sangat mencurigakan!” Yohan menunjukkan gambar CCTV dari sebuah jalan yang masuk ke jaringan mereka. Mendengar hal itu, David langsung melepaskan cengkeramannya dan pria yang tertahan oleh tangan David itu langsung terjatuh di atas aspal. “Tunjukkan padaku!” pinta David dengan bas yang menggeram kesal. Napasnya masih belum beraturan, amarah membuat jantungnya memompa lebih cepat dalam beberapa saat. Mata dengan pupil tajam itu pun langsung fokus memperhatikan. Lalu beberapa detik kemudian, tablet itu melayang dari tangannya disertai dengan umpatan. “Sial! Pemerintah itu bekerja sama dengan kelompok lain! Mereka mencuri barangku!” “Kau!” David menunjuk pada anggota cyber yang baru saja ia banting. “Lacak lokasi tujuan baru mereka! Yohan tunjukkan lokasi keberadaan CCTV-nya!” Pikiran David di sini pun benar-benar kacau, belum lagi dia masih tidak bisa seratus persen fokus karena masih memikirkan Ethan. “Yohan, hubungi kepala pelayan dan tanyakan lagi tentang Ethan!” “Baik, Tuan!” ** “Jangan keluar, itu bahaya!” larang Tiara saat Ethan hendak membuka pintu kamarnya. Tapi kali ini anak itu tersenyum dengan lebar lagi, sama seperti saat namanya disebut tadi. Ethan membuka pintu kamar dan keluar dengan santai. Sementara itu, Tiara ikut mengintip keluar. Untungnya di lantai atas sedang sepi. Karena mungkin para pelayan sedang fokus mencari Ethan ke luar markas. Dia hanya melihat beberapa orang seperti pengawal pribadi dan juga yang bersetelan preman sedang mondar-mandir di lantai satu. Tiara agak takut saat melihat Ethan berjalan dengan santai ke kamarnya sendiri yang berada di seberang kamar Tiara. Anak itu harus berjalan mengitari selasar lantai dua sebelum sampai ke kamarnya. Semoga saja para preman itu tidak melihat Ethan. Jantung Tiara berdegup dengan kencang saat melihat Ethan masuk ke kamarnya sendiri dan mulai membuka pintu. “Semoga kau baik-baik saja,” lirih Tiara dengan khawatir. Sebelum masuk ke kamarnya, Ethan menoleh dan melihat ke arah Tiara. Anak itu tersenyum lebar seperti tadi dan melambaikan tangan. Tiara membalas lambaian tangan itu dengan senang hati. Dia tidak tahu apa maksud dari yang dilakukan Ethan. Bahkan anak itu juga sama sekali tidak bicara padanya. Setelah memastikan Ethan masuk ke kamar tempat ia ditahan, maka Tiara pun juga ikut masuk ke ruangannya. “Tuan muda!” Di bawah terdengar lagi suara teriakan. Sepertinya mereka mulai kembali ke markas setelah gagal menemukan yang mereka cari dalam kebun. “Tuan muda Ethan!” Terdengar teriakan-teriakan itu kini berasal dari tangga. Sepertinya mereka naik lagi ke lantai dua untuk mencari sekali lagi. “Periksa juga kamar mandinya! Apa pun alasannya dobrak saja!” Tiara pun mendadak gugup karena akan ada orang lagi yang masuk ke kamarnya. “Ke mana perginya Tuan Muda Ethan!” Benar saja, seorang preman langsung menerobos masuk dan membentak Tiara. Preman tersebut tak segan untuk membuka kamar mandi sekarang. Tiara diam saja tak berani melihat ke arah manusia bertubuh tinggi besar dengan bekas luka di pipi kirinya yang cukup panjang. Pria itu langsung memeriksa ke dalam kamar mandi, tapi apa yang ia cari tetap tak ditemukan. Hingga akhirnya seseorang berteriak dari seberang. “Hei, aku sudah menemukan tuan muda di kamarnya!” Tanpa basa-basi, preman tersebut langsung lari dari kamar Tiara. Gadis itu pun mengembuskan napasnya dengan lega. Dia kembali menutup pintu dan kemudian berbaring di atas ranjang merah di sana. “Tunggu,” ujarnya saat baru teringat sesuatu. “Kenapa Ethan disebut Tuan Muda?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN