Episode 14

1936 Kata
Gabriel keluar dari kamar mandi, setelah itu dia memakai pakaian dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Pintu kamarnya terbuka, Grace datang membawa sarapan untuk Gabriel. "Gabriel, mama membawakan kamu sarapan. Kamu makan ya!" Grace meletakkan makanannya di atas meja. "Gimana keadaan mama? Mama baik-baik aja kan?" "Mama sudah baikan. Makasih ya, kamu udah mau merawat mama."i "Mama nggak perlu bilang makasih, memang udah jadi tugas Gabriel untuk merawat mama." "Gabriel, mama mau menjelaskan sesuatu sama kamu, agar kamu nggak salah faham lagi sama papa kamu nak." Grace duduk di sisi ranjang, sedangkan Gabriel berdiri seraya mendengarkan penjelasan dari ibunya. "Mama tau, kamu pasti marah sama papa karena kamu khawatir sama mama. Tapi semua ini bukan karena kesalahan papa, tapi kesalahan mama." "Kemarin mama memang bertengkar dengan papa. Saat itu mama sudah menuduh papa dan mengatakan hal yang menyakiti hatinya. Karena itu, papa marah dan pergi ninggalin mama. Tiba-tiba aja kepala mama pusing, setelah itu mama pingsan. Saat mama bangun, Nai ada di kamar mama." "Jadi Gabriel, mama mohon jangan salahkan papa. Papa pantas marah karena mama emang udah keterlaluan. Mama jelasin semuanya saat ini, karena mama nggak mau kamu semakin benci sama papa kamu sendiri. Kamu hanya salah faham, kamu ngerti kan Gab?" Gabriel mengangguk pelan, dia duduk disamping Grace, "Iya ma. Gabriel kemarin mungkin terlalu emosi, jadi nggak bisa berpikir jernih. Sekarang, mama nggak perlu khawatir lagi. Mama harus selalu jaga kesehatan mama." Gabriel mengambil piring di atas meja, "Mama mau nggak nyuapin Gabriel?" Grace tersenyum seraya mengangguk, dia mengambil piring dari tangan Gabriel lalu mulai menyuapinya. "Gabriel, gimana hubungan kamu sama Renatta?" "Baik-baik aja ma, kenapa?" "Kapan kamu dan Renatta meresmikan hubungan kalian?" "Kenapa mama tanya gitu? Mama kan belum kenal Renatta, tapi mama sepertinya udah suka sama Renatta." "Nggak perlu kenal Renatta, denger cerita dari kamu aja mama sudah sangat yakin kalo Renatta adalah perempuan yang baik. Lagipula, mama sangat mengenal kamu Gabriel. Mama tau kamu sangat sulit menemukan perempuan yang bisa buat kamu bahagia. Tapi setelah kamu kenal sama Renatta, kamu terlihat sangat bahagia." "Renatta banyak bikin kamu berubah, hanya Renatta yang bisa luluhin hati kamu. Mama percaya, kamu nggak salah milih perempuan." Gabriel sangat beruntung memiliki ibu yang selalu mendukungnya. Grace memang tidak pernah melarang Gabriel untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Jika Gabriel tengah dekat dengan perempuan, Grace tidak keberatan. Asal Gabriel bahagia, Grace mengijinkan. "Tapi mama tau sendiri, Renatta lebih tua dari Gabriel. Renatta mungkin lebih suka sama laki-laki dewasa, bukan remaja seperti Gabriel." "Kamu belum mencobanya Gab, jangan menyerah sebelum kamu mencoba. Cinta itu harus di perjuangkan. Banyak kok yang menikah sedangkan umur mereka terpaut sangat jauh, tapi mereka tetep bahagia dengan pernikahan mereka. Karena yang paling penting, mereka saling mencintai dan saling percaya satu sama lain." Apa yang Grace katakan sama persis dengan apa yang Nai katakan padanya saat itu. Hal itu membuat Gabriel semakin yakin dan percaya diri. Belakangan ini, Gabriel juga merasa kalau Renatta juga menyukainya. "Mama bener, Gabriel nggak boleh nyerah. Gabriel bakal perjuangin cinta Gabriel." "Ini baru anak mama. Mama senang kamu bersemangat Gab." "Ini semua karena dukungan dari mama. Mama selalu mendukung keputusan Gabriel. Karena itu, Gabriel punya semangat hidup." Gabriel lalu berdiri, "Gabriel, berangkat kuliah dulu ma. Mama jaga diri baik-baik ya." "Hm. Semoga beruntung Gab." Gabriel tersenyum seraya mengacungkan jempolnya pada Grace sebelum dia keluar dari kamar. Gabriel sampai di rumah Nai, hari ini Gabriel dan Nai sudah sepakat untuk bertemu. Seperti biasa, Gabriel masuk tanpa mengetuk pintu dulu. "Kak Nai?!" Panggil Gabriel. "Kak?!" Gabriel memanggil Nai tapi tidak ada sahutan. Gabriel mencari di ruang keluarga, namun tidak ada. Apa mungkin masih belum bangun? Pikir Gabriel. Mungkin saja karena pagi-pagi, Gabriel sudah bertamu ke rumah orang. Lagian Gabriel berangkat sebelum waktu perjanjian mereka. Entahlah, Gabriel menjadi orang yang tidak sabaran belakangan ini, apalagi jika menyangkut masalah yang sangat penting baginya. Saat Gabriel akan menunggu di ruang tamu, tiba-tiba dia mendengar suara berisik dari arah dapur. Gabriel langsung pergi ke sana, mungkin saja Nai sedang memasak. "Hhhh!!" "Hnnnn!!!" Gabriel mengerutkan dahinya, kenapa semakin dia dekat dengan dapur, Gabriel semakin jelas mendengar suara aneh dari sana. Sampai di depan pintu dapur, Gabriel terbelalak melihat sepasang suami istri tengah melakukan sesuatu di dapur. Baju yang Nai pakai sudah melorot sampai d**a, sedangkan sang suami sudah tidak memakai baju. Mereka sedang b******u mesra di depan Gabriel! Gabriel mengurungkan niatnya untuk masuk ke dapur. Gabriel tidak mau mengganggu mereka. Gabriel lalu memutuskan untuk menunggu di ruang tamu saja. 1 jam kemudian, Gabriel melihat Nai dan suaminya datang. "Hati-hati sayang, jangan lupa nanti makan siang sama-sama ya." "Iya." Mereka lalu b******u, mereka tidak sadar bahwa Gabriel berada disana. Gabriel yang melihatnya langsung berdehem keras. "Khm!" Seketika sepasang suami istri itu tersentak, lalu menyudahi ciuman mereka. Nai terbelalak kaget melihat Gabriel duduk di ruang tamu. "Gabriel! Sejak kapan kamu ada disitu?!" Tanya Nai dengan nada panik. "Sejak satu jam yang lalu kak." "Kenapa kamu nggak bilang kalo kamu udah sampai disini Gab?" "Aku kira, kakak masih tidur jadi aku nunggu kakak disini." Nai menghela nafas, lalu menatap suaminya, "Kamu mau berangkat sekarang kan? Hati-hati." Suaminya mengangguk, dia lalu pergi. Nai duduk bersama Gabriel. "Gabriel, maaf udah buat kamu nunggu lama. Maaf juga kalo tadi kakak----" "Nggak papa kak, santai aja." "Tapi Gabriel, kenapa jam segini kamu udah disini? Kamu masih ingat kan, kita janjian jam berapa?" Nai mengatakan pada Gabriel, mereka bertemu jam 9 pagi, tapi Gabriel sampai di rumah Nai jam 7 pagi. Dan sekarang baru jam 8 pagi, masih ada waktu 1 jam lagi. "Aku mau mengantar Arlan Arlin sekolah, nggak papa kan?" Nai menaikkan satu alisnya seraya menatap Gabriel, "Kenapa kamu mau mengantar anak kakak sekolah, hm? Mau ketemu sama Bu Renatta ya?" Gabriel mengangguk, dia tidak perlu lagi berpura-pura karena Nai sudah tau semuanya. "Kalo kakak mau ikut, nggak papa. Kebetulan aku bawa mobil." "Kebetulan banget Gab, sekarang badan kakak lagi pegel-pegel. Jadi, kakak bisa istirahat. Kamu antar Arlan Arlin sendiri aja ya." Bagaimana tidak pegal-pegel, Nai bertempur dengan suaminya sepanjang malam, lalu pagi harinya mereka melakukan lagi di dapur. "Oh ya kak, Kak James kapan pulang? Bukannya kakak bilang kalo Kak James kerja di luar kota?" "Kakak juga nggak tau kenapa James tiba-tiba pulang, tau-tau semalam James udah di depan rumah. Katanya biar surprise." Gabriel tersenyum, dia bahkan membayangkan bagaimana nanti kalo dia menikah dengan Renatta. Mungkin mereka juga akan melakukan apa yang Nai dan James lakukan. "Kamu udah sarapan?" Tanya Nai. "Udah kak." "Syukurlah, kakak belum masak jadi nggak sempat bikin sarapan." "Belum masak? Bukannya tadi--" Gabriel menggantungkan kata-katanya, dia hampir saja mengatakan kalau dia melihat Nai di dapur. Jika Gabriel mengatakan kalo dia melihat apa yang Nai dan suaminya lakukan, Nai pasti akan malu. "Tadi? Apa maksud kamu Gab?" Gabriel tidak menjawabnya, namun Nai sadar sendiri. Seketika Nai panik, apa jangan-jangan... "Gab, jangan bilang kalo tadi kamu sempet pergi ke dapur?!" Gabriel mengangguk pelan, "Iya." "Terus, kamu liat kakak sama----" Gabriel mengangguk lagi. Nai menghela nafas berat seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Nai sangat malu, bagaimana mungkin Gabriel melihatnya tengah berbuat hal senonoh bersama dengan suaminya di dapur? Walaupun sudah suami istri, tetap saja itu hal yang paling memalukan yang pernah Nai lakukan. "Aku minta maaf, udah nggak sopan. Apa Kakak marah?" "Kakak nggak marah, kakak cuma malu Gab. Sumpah, ini hal paling memalukan dalam hidup kakak. Ini semua gara-gara James, kakak baru mau masak di dapur, tapi tiba-tiba aja James sentuh kakak. Kakak udah bilang, takut ada yang liat, eh malah dipaksa terus. Dasar James!" Nai malah curhat dengan Gabriel. Gabriel hanya bisa tersenyum. Gabriel sudah dewasa, dia pasti tau apa yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menikah. Gabriel juga bukan laki-laki yang polos-polos banget. "Bentar ya, kakak ke kamar dulu. Liat Arlan Arlin udah bangun apa belum." ***** Renatta sampai di sekolah, dia lalu berjalan ke kelasnya. Renatta melihat Gabriel duduk di tempat biasa, dia lalu mendekatinya. Renatta kini tidak peduli dengan orang yang membicarakannya di belakang. Seperti apa yang Gabriel katakan, jangan perduli dengan omongan orang lain. Kita tidak salah, untuk apa kita takut. "Gabriel?" "Renatta." "Kamu ngapain disini?" "Aku nunggu kamu. Ada hal yang mau aku bicarain sama kamu." "Kenapa kamu nggak telepon saya aja?" "Aku sengaja karena aku pengen ketemu langsung sama kamu." Renatta mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ada apa?" "Nanti sore, aku ingin kamu datang ke taman tempat biasa kita ketemu." "Cuma ini yang ingin kamu bicarakan dengan saya?" Gabriel mengangguk, Renatta mengiyakan, "Baiklah, nanti sore aku kesana. Emangnya ada apa?" Gabriel mengendik, "Kamu datang aja, aku tunggu kamu disana." "Oke." Renatta lalu ingat dengan kejadian kemarin, "Gab, sebenernya apa yang terjadi kemarin? Kamu tau, saya baru liat kamu sangat ketakutan seperti itu. Pasti sudah terjadi sesuatu kan?" Gabriel mengangguk, "Kemarin mama pingsan, jadi aku harus segera pulang." "Terus gimana keadaan mama kamu sekarang?" "Mama baik-baik aja. Terima kasih Renatta, kamu udah khawatir sama aku." "Hm. Saya harus masuk ke kelas sekarang." Renatta langsung masuk ke kelas. ******* Gabriel mengirim pesan untuk Renatta. Gabriel ingin mengingatkan Renatta. "Jangan lupa sore ini Renatta, ada hal yang sangat penting yang harus aku katakan sama kamu. Aku juga punya kejutan untuk kamu." Gabriel Gabriel sudah menyiapkan semuanya, tentu saja dengan bantuan Nai. Gabriel tidak tau apa yang bisa membuat Renatta terkesan, Gabriel juga tidak berpengalaman. Gabriel juga sudah berlatih bagaimana cara dia mengungkapkan isi hatinya pada Renatta. Sore harinya, Gabriel sudah menunggu Renatta di taman. Gabriel sengaja datang lebih cepat. Gabriel lalu menunggu Renatta. Pukul 4 sore, seharusnya Renatta sudah datang, tapi Renatta belum datang juga. Gabriel tetap menunggunya. Gabriel melihat jam tangannya, sekarang sudah 30 menit berlalu, Renatta tak kunjung datang. Gabriel mengirim banyak pesan dan menelepon Renatta beberapa kali, tapi tidak ada jawaban dari Renatta. Gabriel mulai berpikir negatif, apa sudah terjadi sesuatu di jalan? 1 jam kemudian, Gabriel masih menunggunya. Tak lama, Gabriel mendengar suara langkah kaki. Gabriel lalu berbalik. "Renatta?" Gabriel tertegun, bukan Renatta yang datang. "Kak Nita?" Renitta tersenyum samar, "Gabriel, kamu pasti berharap kalau yang datang Kak Renatta, iya kan?" Gabriel mengangguk, Gabriel yang meminta Renatta datang kesini, bagaimana mungkin dia tidak berharap seperti itu. "Dimana Renatta? Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Gabriel. "Kak Renatta yang nyuruh aku untuk menemui kamu disini Gab." Gabriel mengernyit, "Kenapa Renatta nyuruh kamu datang kesini? Apa terjadi sesuatu sama dia?" "Kak Renatta baik-baik aja. Kak Renatta sengaja nyuruh aku untuk gantiin dia. Karena Kak Renatta tau apa maksud kamu minta dia datang kesini." "Maksud kamu?" "Aku tau Gabriel, kamu cinta sama Kak Renatta. Hari ini kamu mau nyatain perasaan kamu sama dia. Tapi kamu juga harus tau, Kak Renatta nggak bisa balas cinta kamu. Kak Renatta nggak mau buat kamu kecewa, karena itu Kak Renatta nyuruh aku gantiin dia. Kak Renatta tau, aku suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu." Gabriel menggeleng tidak percaya, "Nggak mungkin." "Gabriel, kamu harus terima kenyataan kalo Kak Renatta nggak pernah suka sama kamu. Kak Renatta sendiri yang bilang, kalo dia lebih suka sama laki-laki yanh lebih dewasa dari dia. Kamu juga jauh dari tipe laki-laki yang Kak Renatta cari." Renitta meraih tangan Gabriel dan berkata,"Sedangkan aku, aku nggak peduli soal itu. Aku suka sama kamu, aku nggak peduli kamu lebih muda atau lebih tua dari aku Gab. Aku bener-bener cinta sama kamu." Gabriel melepaskan tangan Renitta, dia marah sekaligus kecewa. Gabriel juga tidak suka dengan apa yang sudah Renitta lakukaj sekarang. "Maaf kak, tapi aku nggak pernah suka sama kamu. Kamu tau kalo aku cinta sama Renatta, lalu kenapa kamu datang kesini? Kalaupun Renatta nggak bisa datang, Renatta nggak perlu nyuruh kamu ganttin dia." "Aku bakal hargain keputusan Renatta. Kamu nggak perlu repot-repot buat datang kesini." "Lebih baik kamu pergi, aku---" Renitta langsung mencium bibir Gabriel, seketika Gabriel terkejut. *******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN