Episode 16

1958 Kata
"Gab, cewek itu siapa?" Tanya Daniel seraya menepuk bahu Gabriel. Gabriel terdiam, setelah dua minggau Gabriel tidak melihatnya. Sekarang Gabriel justru melihat Renatta dengan penampilan berbeda. Gabriel benar-benar speechless. Daniel menatap Gabriel yang diam tidak menjawabnya, "Gab!" "Hm?" "Lo kenal sama cewek itu? Siapa namanya tadi?" "Renatta." "Renatta, eh tapi kenapa Chelsea manggil dia Bu Renatta? Emang Renatta itu siapa?" "Renatta, dia guru TK." "Tapi kenapa Chelsea ngundang Bu Renatta kesini? Chelsea kenal sama dia?" Gabriel mengendik, dia sendiri juga tidak tau sejak kapan Chelsea kenal dengan Renatta. Dan apa alasan Chelese mengundangnya. Kenzi melihat Gabriel terus menatap Renatta, apa mungkin kalau Renatta adalah perempuan yang dekat dengan Gabriel? Pikir Kenzi. Kenzi bisa melihat cara Gabriel menatap Renatta, dia juga melihat Gabriel terkejut saat melihat kedatangan perempuan bernama Renatta itu. "Cewek itu, cewek yang deket sama lo kan?" Tanya Kenzi. "Hah?!" Daniel dan Samuel terkejut. Samuel lalu bertanya pada Gabriel, "Beneran Gab?" Gabriel diam saja, Daniel mengerutkan dahinya menatap Gabriel. Gabriel masih memandangi Renatta yang duduk sedikit jauh, "Gue rasa dia beneran cewek yang deket sama Gabriel. Dari tatapan Gabriel aja gue udah bisa nebak. Iya kan?!" "Hm." "Gila gila gila! Ternyata lo suka sama cewek yang lebih dewasa dari lo Gab?" Ucap Samuel. "Darimana lo tau kalo Renatta lebih dewasa dari Gabriel?" "Lo nggak denger tadi Chelsea manggil dia Bu Renatta, hah?" "Beneran Gab?" Daniel bertanya pada Gabriel. "Kalian ini kenapa pada ributin umur hah? Yang namanya cinta itu nggak mandang umur. Lagian nggak salah juga kalo Gabriel suka sama cewek yang lebih dewasa dari dia. Cinta ya cinta aja!" Diantara ketiga temannya, memang kenzi yang lebih normal dan bisa berpikir dewasa. Kenzi juga teman yang paling dekat dengan Gabriel. "Sayang banget lo udah nggak deket sama Bu Renatta, padahal dia cantik loh." Ucap Samuel seraya melihat ke arah Renatta. "Gab, gue pengen tau kenapa tiba-tiba hubungan lo sama Bu Renatta rusak, apa ada masalah diantara kalian berdua?" Tanya Kenzi. "Renatta lebih suka sama cowok yang lebih dewasa dari dia, bukan cowok yang masih kuliah kek gue." Gabriel menjawab dengan jujur. "Baru kali ini gue tau ada cewek yang nolak lo Gab." Daniel berbisik di telinga Gabriel, "Kalo Bu Renatta udah nolak lo, kenapa lo nggak jadian aja sama Chelsea yang jelas-jelas suka sama lo dari dulu." Gabriel tersenyum miring, tidak pernah terbesit di dalam hatinya untuk menjalin hubungan dengan Chelsea. Gabriel tidak punya perasaan apapun padanya sekalipun Chelsea banyak membantunya. Chelsea yang melihat Gabriel terus menatap Renatta, dia lantas menggandeng lengan Gabriel, "Gabriel, dansa sama gue yuk!" "Gue nggak bisa dansa." "Nggak papa, nanti gue ajarin." "Tapi Chel---" Bukan Chelsea kalau tidak memaksa Gabriel, walaupun Gabriel menolaknya Chelsea tetap saja keras kepala. Akhirnya Chelsea berhasil membawa Gabriel ke tengah-tengah untuk berdansa. Chelsea memposisikan tangan Gabriel untuk berada di pinggangnya, sedangkan tangannya dia letakkan di bahu Gabriel. Mereka mulai bergerak ke kanan, kiri, depan dan belakang mengikuti alunan musik. Chelsea memang sengaja membuat pesta dansa di hari ulang tahunnya. "Chel, gimana lo bisa kenal sama Renatta?" "Kenapa emang?" "Gue pengen tau, apa yang lo inginkan sampai ngundang Renatta untuk datang di acara lo ini." "Lo lupa, kalo Bu Renatta juga ngajar keponakan gue. Jadi wajar aja kalo gue kenal dia dan ngundang dia kesini Gab!" Gabriel tidak percaya, pasti ada sesuatu yang sudah Chelsea rencanakan. Ini adalah pesta ulang tahunnya bukan pesta ulang tahun keponakannya. Chelsea tersenyum, dia lalu membayangkan kembali saat dia pergi menemui Renatta di sekolah. Beberapa hari yang lalu...... Pertama kalinya Chelsea mengantar keponakannya berangkat sekolah tentu saja karena Chelsea ingin bertemu dengan Renatta. Chelsea kini menunggu Renatta di bangku, tak lama Renatta datang. Renatta yang melihat Chelsea mendekatinya langsung bertanya, "Maaf, ada yang bisa saya bantu?" "Bu Renatta kan?" "Iya." "Kenalkan, nama aku Chelsea, teman Gabriel. Bu Renatta pasti masih ingat aku kan?" Renatta berpikir sejenak, Chelsea? Sepertinya nama itu tidak asing untuknya. Renatta baru ingat kalo Gabriel pernah menyebut nama itu. Ya, Gabriel mengatakan kalau Chelsea adalah perempuan yang menyukainya. Renatta mengangguk, "Ada perlu apa sama saya?" "Aku kesini mau mengundang Bu Renatta untuk datang ke pesta ulang tahun aku." Chelsea menyodorkan undangan untuk Renatta, Renatta mengernyit bingung, "Kenapa kamu ngundang saya? Saya bahkan nggak kenal sama kamu." "Aku tau kalo Bu Renatta deket sama Gabriel. Jadi siapapun teman Gabriel, itu berarti teman aku juga. Jadi, aku ngundang Bu Renatta." "Bu Renatta pasti tau kan, kalo Gabriel suka sama ibu?" Renatta diam saja, Chelsea tersenyum, "Gabriel yang bilang sama aku, kalo dia suka sama Ibu. Kalo aku liat, Ibu juga suka sama Gabriel, bener kan bu?" "Kalo boleh tau, apa Gabriel deket sama Bu Renatta berpacaran? Aku udah tanya sama Gabriel, tapi Gabriel nggak mau jawab." Renatta langsung menggeleng, "Saya dan Gabriel tidak punya hubungan apa-apa. Saya deket dengan Gabriel karena kami berteman baik, tidak lebih dari itu." "Oh ya? Aku kira Gabriel dan Bu Renatta pacaran, soalnya kalian keliatan deket banget." Renatta yakin, kedatangan Chelsea kesini bukan hanya untuk mengundangnya ke pesta ulang tahunnya, tapi dia ingin tau hubungannya dengan Gabriel. "Kalau nggak ada apa-apa lagi, saya permisi." "Tunggu!" Chelsea kembali menyerahkan undangan pada Renatta, "Aku mohon Bu Renatta terima ini dan mau datang ke acara aku. Kita emang nggak saling kenal, tapi bagaimanapun juga Bu Renatta adalah teman Gabriel. Bu Renatta tenang aja, banyak kok yang nggak aku kenal tapi aku undang karena mereka teman Gabriel. Siapapun teman Gabriel, aku mengundangnya." Dengan ragu Renatta menerima undangan dari Chelsea, "Saya terima undangan dari kamu, tapi saya nggak bisa jamin bisa datang ke acara ulang tahun kamu." "Terima kasih Bu Renatta. Semoga saja Bu Renatta berubah pikiran untuk bisa datang ke pesta ulang tahun aku." "Hm." Renatta masuk ke kelas, sedangkan Chelsea pergi dengan senyum smirknya. "Bu Renatta bilang sama gue kalo lo sama Bu Renatta nggak ada hubungan apa-apa. Jadi, gue punya kesempatan kan buat deket sama lo lagi Gab?" "Bukannya kita udah deket." "Maksud gue, deket bukan cuma sekedar temen, tapi pasangan." "Lo nembak gue?" Chelsea mengendik, "Mungkin, gue udah lama suka sama lo Gab. Dan gue yakin lo juga udah tau gimana perasaan gue sama lo. Gue bisa jadi apapun yang lo mau, dan gue siap ganttin Bu Renatta di hati lo." Sayangnya tidak ada siapapun di hati Gabriel selain Renatta. Akan sangat sulit menggantikan Renatta dengan perempuan lain. Tapi Renatta sudah menolaknya, apa sebaiknya Gabriel mulai membuka hati untuk Chelsea? "Chelsea, lo juga tau kalo selama ini gue nggak pernah punya perasaan apa-apa sama lo. Kenapa lo tetap kekeuh ngejar-ngejar gue? Lo nggak malu, sebagai cewek, lo bahkan nembak cowok lebih dulu." "Gue nggak peduli, gue nggak peduli gue yang nembak dulu atau bukan. Tapi yang pasti gue bakal perjuangin cinta gue sama lo Gab. Gue tetep cinta sama lo, walaupun lo nggak pernah cinta sama gue." "Tolong beri gue kesempatan buat jadi pacar lo. Apapun yang lo minta, gue bakal turutin semuanya." Ucap Renatta dengan tatapan memohon. Gabriel terdiam, dia lalu melirik Renatta yang kini melihat ke arahnya. Chelsea mengernyit kesal melihat Gabriel menatap Renatta. Tiba-tiba Chelsea menarik kepala Gabriel dan mencium bibirnya. Gabriel terdiam, semua orang yang melihatnya bertepuk tangan meriah. Mereka bahkan berpikir kalau Chelsea dan Gabriel pasangan kekasih. Gabriel menarik mundur tubuhnya, "Kenapa lo cium gue hah?" "Biar semua orang tau, kalo kita udah jadian Gab." "Sejak kapan gue jadian sama lo! Gue bahkan belum jawab apa-apa." "Aw, gue pikir lo tadi diam aja karena lo setuju mau jadi pacar gue." Gabriel menggeleng, dia melihat Renatta sudah tidak ada disana. Gabriel lantas berlari mengerjar Renatta. Ketiga teman Gabriel tampak bingung kenapa Gabriel pergi begitu saja. Chelsea tersenyum miring, akhirnya dia berhasil membuat Gabriel dan Renatta salah faham. Gabriel tersenyum melihat Renatta belum pergi terlalu jauh, dia masih bisa mengejarnya. "Renatta, tunggu!" Merasa ada yang memanggil namanya, Renatta berbalik dan mendapatai Gabriel di belakangnya,"Gabriel? Kenapa kamu kesini?" "Aku mau jelasin semua sama kamu soal tadi. Aku nggak mau kamu salah faham." Renatta mengernyit, "Salah faham? Maksud kamu apa?" "Soal tadi Chelsea nyium aku. Tiba-tiba Chelsea cium aku, aku nggak--" Renatta tertawa pelan, "Maksud kamu apa sih Gab? Soal tadi Chelsea cium kamu? Kenapa kamu malah mau jelasin sama saya?" "Aku pikir, tadi kamu pergi karena nggak suka liat aku sama Chelsea ciuman." Renatta menggeleng seraya tersenyum, "Kamu denger ya, saya pergi bukan karena nggak suka liat kamu sama Chelsea ciuman. Tapi karena sudah malam, saya harus pulang, nanti ibu saya nyari saya." "Jadi, kamu nggak cemburu?" "Hm." Renatta mengulurkan tangannya, "Oh ya, selamat ya Gabriel!" Gabriel mengerutkan dahinya bingung, "Selamat buat apa?" "Selamat atas hubungan baru kamu sama Chelsea. Saya tau, kamu nggak suka sama dia. Tapi setidaknya kamu mau membuka hati kamu buat dia. Chelsea tulus cinta sama kamu. Chelsea perempuan yang tepat buat kamu Gab." Renatta tersenyum tipis, "Mungkin cuma itu pesan dari saya. Saya pergi dulu ya." Renatta lalu berbalik, dia melangkah pergi dari sana. Namun langkahnya terhenti saat Gabriel berkata, "Aku sama Chelsea nggak pacaran! Chelsea emang nembak aku, tapi aku belum jawab apa-apa." Renatta tidak merubah posisinya, dia tetap membelakangi Gabriel. Renatta lalu berkata, "Kenapa? Harusnya kamu terima aja Chelsea." Gabriel berjalan pelan mendekati Renatta, "Karena aku cuma cinta sama satu perempuan. Aku nggak bisa pacaran sama perempuan lain, disaat di hati aku sudah ada perempuan yang nggak bisa digantikan dengan siapapun." Gabriel menyentuh bahu Renatta lalu membalikkan tubuhnya untuk menghadapnya. Gabriel menatap Renatta begitu dalam, "Renatta, udah 2 minggu aku berusaha buat lupain kamu sesuai permintaan kamu. Tapi aku nggak bisa, cinta aku sama kamu lebih besar dari apa yang kamu pikirkan. Karena itu, seberapapun usaha aku buat lupain kamu, aku tetep nggak bisa." "Aku tau, umur kita berbeda jauh. Tapi itu nggak akan mengurangi rasa cinta aku sama kamu." Renatta bisa merasakan ketulusan dalam mata Gabriel saat mengatakan perasaannya. Hal itu membuat Renatta ingin berkata jujur pada Gabriel. "Gabriel, ada hal yang mau saya jelaskan sama kamu." "Sebenarnya hari dimana kamu minta saya buat datang ke taman. Saat itu saya datang, saya terlambat karena saya masih ada urusan lain tapi saya lupa buat kasih kamu kabar." "Namun waktu saya sampai disana, saya melihat kamu dan Nita berciuman. Jadi saya memutuskan untuk pulang. Karena saya pikir kamu dan Nita sudah menjalin hubungan." Gabriel menautkan kedua alisnya, "Tapi kenapa waktu aku datang ke rumah kamu buat minta penjelasan, kenapa kamu malah membenarkan apa yang Kak Nita omongin tentang kamu? Kenapa kamu nggak bicara jujur sama aku?" "Saya minta maaf karena udah bohong sama kamu Gab. Saya terpaksa karena saya nggak mau menyakiti hati Nita. Nita cinta sama kamu, saya nggak mau jadi penghalang cintanya." Gabriel merasa senang sekaligus masih sedikit kecewa dengan Renatta karena sudah berbohong padanya. Tapi Gabriel senang karena Renatta sudah mau jujur padanya sekarang. Itu artinya, Gabriel masih punya kesempatan untuk mendapatkan Renatta. "Terima kasih karena udah mau jujur. Apa itu artinya aku masih punya kesempatan?" "Kesempatan?" Gabriel mengangguk, dia meraih tangan Renatta dengan berkata, "Waktu itu aku belum sempet nyatain perasaan aku sama kamu. Tapi sekarang, aku ingin kamu tau kalo aku cinta sama kamu Renatta. Aku nggak peduli dengan perbedaan usia kita." "Aku ingin tau, gimana perasaan kamu ke aku Renatta. Dan aku nggak mau kamu bohong lagi, aku mau kamu jujur." "Kamu pikir, buat apa saya jelasin semuanya ke kamu? Saya tau tujuan kamu minta saya datang ke taman, karena itu saya datang kesana walaupun terlambat. Apa itu belum cukup buat mewakili perasaan saya ke kamu, hm?" Gabriel tersenyum bahagia, "Apa itu artinya, kamu juga punya perasaan yang sama?" "Hmmm!!" Renatta mengangguk. "Jadi, mulai sekarang kita pacaran?" "Iya Gabriel!!" "Huu!!" Gabriel berteriak kencang, dia sangat bahagia sekarang. Gabriel langsung memeluk Renatta, "Terima kasih Renatta, terima kasih." "Hm." Gabriel melepaskan pelukannya,"Ayo kita foto." "Buat apa Gab?" "Buat kenangan waktu pertama kali kita berpacaran." dia lalu mengambil ponselnya untuk mengambil foto berdua Renatta geleng-geleng kepala melihat kelakuan Gabriel. Namun pada akhirnya mereka berfoto berdua. FLASHBACK OFF
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN