Arial Bima Pradipta. Who doesn't know a silent figure often geming with his cold attitude? A boy who is only in the eighth grade of junior high school but is already known for his brutality and brutality only because of his history of defeating an Aksa Wiraga - the leader of the Thunder gang - a large and brutal gang in his city.
His story is not only about that. But it's also about the solidarity of a group of friends that he considers more than just friends. They can become a family to just take shelter when the family they love is no longer visible.
Unfortunately, his life turned upside down when he met a woman named Agatha. The presence of the woman also made Arial even more inflamed with all the wounds he had to face.
And who would have thought? That there is a great secret that does not escape terrible terror and leads to murder.
"I have nothing to celebrate but loss." —Arial Bima Pradipta
Bagi semua orang di dunia ini, Ibu adalah sosok malaikat tanpa sayap dengan keberadaannya yang benar-benar nyata. Dengan sosoknya yang dapat dilihat, dipeluk dan dirindu. Dan kehilangan sosok Ibu selalu digambarkan sama dengan halnya kehilangan separuh jiwa yang dimiliki setiap manusia atau makhluk hidup beribu lainnya.
Itulah yang Nanta rasakan tatkala ia tidak pernah mengetahui sakit yang Ibu derita dan selalu menjadi rahasia semua orang bahkan keluarga. Hingga pada suatu sore di antara kebahagiaan dan kehangatan pesta istimewa, ia harus benar-benar merasakan duka paling dalam yang mencabik-cabik habis rongga di tubuhnya. Namun duka itu seakan tidak pernah berhenti tatkala semakin hari ia semakin melihat dan menyadari sikap aneh kakak tertuanya, tepat setelah aksi demo besar menolak pengesahan RKUHP dan Pelemahan UU KPK. Juga harus turut menyaksikan segala sandiwara yang Bapak mainkan tepat setelah kematian Ibu.
Akankah Nanta mampu bertahan dengan semua kepedihan yang terus-menerus menyerobot nadinya? Sementara di sisi lain ia harus benar-benar merelakan Laisa menjadi milik orang lain karena sebuah keadaan.
Bagi Elsa, Arial itu ibarat es batu buatan Mang Koko. Pendiam, dingin, dan sekali ngomong langsung bikin jantung orang mencelos. Dan bagi Arial, Elsa adalah gadis mungil nan tengil yang sebaiknya enyah. Namun, Tuhan justru menciptakan sosok Elsa dengan cukup kokoh. Dengan jurus rumus fisika yang diubahnya menjadi rumus cinta, gadis itu tetap pada pendiriannya untuk mendapatkan perhatian Arial, meski tidak jarang jika laki-laki itu selalu menganggap Elsa hanyalah seonggok upil kudanil yang menjijikan. Bukannya menyerah saja atas anggapan Arial kepada dirinya, Elsa malah semakin giat mengganggu Arial, biar pun pernah suatu ketika ia merasa lelah, tapi rasa penasarannya mengenai kehidupan Arial yang berbeda dengan laki-laki kebanyakan kembali menghadirkan semangat, terlebih laki-laki itu sangat menutup diri dari lingkungan sosialnya.
Akankah Elsa mampu terus berjuang hingga dapat menjebol benteng keras milik Arial? Ataukah ia menyerah saja? Akankah Arial mau menerima kehadiran Elsa di hidupnya, sedang hatinya lebih merasa tentram jika tidak ada gadis tengil itu?