Bagi Elsa, Arial itu ibarat es batu buatan Mang Koko. Pendiam, dingin, dan sekali ngomong langsung bikin jantung orang mencelos. Dan bagi Arial, Elsa adalah gadis mungil nan tengil yang sebaiknya enyah. Namun, Tuhan justru menciptakan sosok Elsa dengan cukup kokoh. Dengan jurus rumus fisika yang diubahnya menjadi rumus cinta, gadis itu tetap pada pendiriannya untuk mendapatkan perhatian Arial, meski tidak jarang jika laki-laki itu selalu menganggap Elsa hanyalah seonggok upil kudanil yang menjijikan. Bukannya menyerah saja atas anggapan Arial kepada dirinya, Elsa malah semakin giat mengganggu Arial, biar pun pernah suatu ketika ia merasa lelah, tapi rasa penasarannya mengenai kehidupan Arial yang berbeda dengan laki-laki kebanyakan kembali menghadirkan semangat, terlebih laki-laki itu sangat menutup diri dari lingkungan sosialnya.
Akankah Elsa mampu terus berjuang hingga dapat menjebol benteng keras milik Arial? Ataukah ia menyerah saja? Akankah Arial mau menerima kehadiran Elsa di hidupnya, sedang hatinya lebih merasa tentram jika tidak ada gadis tengil itu?