Sepeda Merah JambuUpdated at Oct 7, 2022, 22:45
Sore itu,aku mengayuh sepeda dipinggir pesisir pantai. Kulihat awan yang mulai berwarna jingga,disambut matahari yang kian menyirna,dan air laut yang terlihat bersinar. Aku sendiri dalam senduku.
Bagi orang tuaku,aku adalah anak bodoh, pemalas,dan tak tau apa-apa. Bagi adikku, aku hanya kakak yang bodoh,dan selalu serba salah. Bagi teman-temanku,aku adalah manusia yang antara ada dan tiada. Tak ada satupun orang yang menginginkan aku di dunia ini.
Perlahan,air mataku kembali menetes. Senja ini membuatku sedikit nyaman untuk sendiri. Walau aku tau,dia juga tak nyaman jikalau aku nikmati.Sedari tadi,aku sudah menjadi sorotan mata manusia yang ada di pantai ini. Bunyi sepeda sialan yang sudah tua membuat mereka menatapku aneh. Gesekan besi tua antara rem dan pengaitnya,membuat sepeda merah jambu ini seperti ambulan berjalan yang membawa mayat hidup.
Sementara aku masih menikmati kehidupan yang suram ini,mendadak seorang laki-laki berlari dari arah sebelah kanan. Bagiku dia bodoh. Berlari kencang tanpa melihat kedepannya,berlari kencang tetapi menoleh kebelakang. Aku hanya diam. Tetap melanjutkan perjalanan ini. Sialnya,masih saja aku berpikir untuk diam,dia sudah menabrakku.
Brukkkk
"Sorry,gue buru-buru." Katanya tancap gas tanpa membantuku yang sudah terguling ke kiri dan tertimpa sepeda pula. Aku masih meringis,ketika pasir jahat menyayat kulitku yang dingin. Rasa pedih ketika pertikel masuk kedalam kulit membuat emosiku tersulut. Tak berhenti disitu,aku melihat lelaki itu pergi ke arah laut. Dia berlari,padahal tidak ada yang mengejar. Spontan aku melepaskan diri dan berlari mengejar dia.
"Hey,jangan kesana!" Teriakku yang tidak dia gubris. Sial! Dia menyemplung kedalam laut.
Tanpa pikir panjang aku juga masuk dan menarik dia lalu membawanya ke tepi. Nafas kami berdua terengah-engah. Aku dan dia berbaring sambil menatap keatas sana.
"Jangan mati. Hidup Lo terlalu berharga untuk itu."
"Gue bukan pengen mati. Gue cuma pengen ngelepasin semua penat dalam hidup."
"Hah?"