Aku dan Mas Hamzah

438 Words
Hiyya POV         Di perjalanan menuju masjid, aku mas Hamzah saling melempar candaan. Mungkin orang yang lalu lalang menyangka kami adalah sepasang kekasih. Dengan sifatku yang manja pada masku satu-satunya. Tapi mereka salah karena kami hanya sepasang saudara yang saling menyayangi satu sama lain. Cara kami saling menyayangi yang lain berbeda. Aku dan mas Hamzah menunjukkan dengan kami sering bertengkar, berdebat saling ngambek yah, itulah kami.         Aku dan Mas Hamzah tidak bisa berpisah jauh. Jika salah satu dari kami jauh pasti yang lainnya akan rindu. Mungkin karena Mas Hamzah yang sulung dan lelaki pula sedangkan aku perempuan bungsu. Sifatnya yang ingin menyayangiku namun tak bisa ia tunjukkan secara gamblang. Oleh sebab itu ia sering menggodaku. Tapi dari semua itu aku menyadari bahwa dia sangat menyayangiku sebagai adik bungsunya.         Apalagi sekarang hanya ada aku sebagai adik yang harus ia sayangi lebih. Dulu memang ketika kami masih kecil, Mas Hamzah selalu menjagaku meskipun itu dari jauh. Alasannya karena waktu kecil aku tidak begitu dekat dengan dia. Bisa di tebak waktu kecil aku lebih dekat pada mbakku, Mbak Zhahira. Mbak Zhahira yang selalu menghabiskan waktunya denganku. Sedangkan Mas Hamzah sibuk dengan tugasnya menuntut ilmu. Dia meminta untuk mondok di Ponpes eyang kakung sejak lulus SD.         Namun setelah Mbak Zhahiraku tiada, aku merasakan perubahannya yang selalu ingin menjagaku. Yang selalu ingin menyayangiku lebih dari Mbak Zhahira. Dia menunjukkannya dengan caranya sendiri....ya seperti menggodaku, bertengkar denganku.         Di jalan menuju masjid........................         Aku menikmati perjalananku dari rumah sampai masjid dengan Mas Hamzah disampingku. Gema takbir hari raya masih bersaut-sautan memenuhi lingkungan desaku.Dalam hatiku aku pun ikut bertakbir menyambut hari kemengan besok. Tak lama kemudian suara adzan isya’ menggema dari toak masjid. Dug...Dug...Dug, suara bedug di pukul tanda adzan akan segera berkumandang. Allahuakbar.....Allahuakbar Allahuakbar.....Allahuakbar Adzan dari sang muadzin membuatku sampai melupakan kakaku yang berjalan di sebelahku. Suara merdu yang mendayu-dayu mengikuti bacaan yang ada membuatku ingin tau siapa sang muadzin itu. Mas Hamzah melihatku yang begitu menikmati suara adzan ini. “Ehem sampai segitunya dek ngeresapi adzannya inget tuh adzan butuh di jawab.” katanya. “Astaughfirullah.....Allahuakbar, allahuakbar.” kataku kemudian menjawab panggilan adzan. Setelah adzan selesai aku dan Mas Hamzah berdo’a di dalam hati. “Kamu itu dek Dengerin adzan aja sampek-sampek masnya gak diperhatiin.” katanya merajuk. “hehe maaf maaf, abis suaranya itu subhanallah bagus banget mas merdu lagi. Ndak kaya suaramu mas hihihi.” kataku. “Oh gitu yooo awas kamu dek!” katanya sambil mengangkat tangan mau menjitakku. “Ah....takut.” kataku dan aku berlari menjauhinya sampai ke area masjid. Lalu aku memalingkan wajah kearahnya dan kuberikan wajah mengejekku padanya. Mas Hamzah hanya tersenyum melihat tingkah konyol ku. ###
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD