Chapter 2

921 Words
'Hati ini benar-benar bahagia, bersama pria yang aku suka dan aku senangi dari pertama kali melihatnya dan cincin kami melingkar bersama, maafin aku Pras maafin kalau aku egois maafin jika keegoisan cintaku menginginkanmu semenjak kamu dibawa oleh papi kamu ke perusahaan papaku, semenjak itu pertama kalinya aku melihat sosok pria yang benar-benar maskulin yang aku impikan dan ternyata benar melihat kamu memanjakan aku tiada hentinya aku tidak akan menyesal Pras sudah paksa papaku untuk membuat ancaman perusahaan papi kamu dan juga wanita itu tidak akan pernah dapatkan kamu, wanita bernama Monica itu enggak akan pernah dapetin kamu Pras, karena kamu cuma milik aku.' suara batin Nara kini bergejolak dengan menatap pria berdarah indo-swiss itu, Prass Devano. "Thankyou ya sayang udah antar aku dan temani aku, kamu ga lelah?" Tanya Nara ke Pras yang serius menyetir membawa mobilnya. Pras menggeleng dan tersenyum, senyumannya sangat lembut dan Nara pun bersandar di bahu Pras yang kini sedang menyetir, 'dia membawakanku bunga dan aku menyukainya' batin Nara kini kembali bahagia. "Pras, aku sayang banget sama kamu aku harap kamu enggak akan pernah mengkhianati aku ya, mulai besok aku bakalan pindah ke apartemen dekat kantor kamu" tiba-tiba tangan Pras yang memegang gigi mobil membelai rambut Nara dengan lembut. "Kasih aku waktu ya, aku belum pengen nyentuh tubuh kamu lagipula pertunangan ini masih baru kan, kamu tiduran di jok ya. aku takut leher kamu sakit, sebentar lagi sampai kok dan juga aku ga ikut masuk kedalam rumah karena mau meeting" lagi-lagi Pras mengalihkan pembicaraan dan mengelak ajakan Nara, Nara pun membenarkan tubuhnya dan kembali bersandar di jok mobil yang sudah Prass stel dengan jok mobil posisi datar di dekat tombol stir yang Prass tekan. Mobil Pras kini berhenti di kawasan elite Royal Blue Real Estate rumah Nara yang megah dan luas, menjadi anak satu-satunya pengusaha terkaya sedunia membuat seorang Nara bisa memiliki apa saja yang Nara inginkan dan ayahnya memberikannya sebuah rumah mewah dikawasan dekat dengan rumah keluarga Pras. "Sayang, tinggal sama aku aja ya please," manja Nara di hadapan Pras yang kini menatap Nara dengan lembut. Pras hanya tersenyum dan turun dari mobil, serta membukakan pintu untuk Nara, "aku bawain semuanya sampai rumah dan aku mau langsung balik ke kantor aku, kamu siap-siap aja ya nanti aku jemput" Pras membalas Nara dengan lembut. 'Dia selalu seperti ini, selalu dan selalu mengelak ajakanku' batin Nara kesal. Mereka pun memasuki rumah dengan membawa banyak papperbag belanjaan. Nara membuka blazer di ruang tv, sebagai tunangan Pras Nara selalu terbuka di hadapan Pras bahkan membuka pakaian pun selalu Nara lakukan di hadapan Prass demi memuaskan seorang pria Prass Devano. "Pras, kamu beneran engga mau? lagian bi Ratmi di kamar belakang, aku telpon bi Ratmi tadi disalon supaya dia diem di kamar kalo ada kamu, jadi bi Ratmi enggak akan lihat kita" Nara yang bergejolak agresif pun menyodorkan tubuhnya dengan dress mini dan rambut yang terurai. Pras mengelak dan duduk di sofa, "Please Nar, kasih aku waktu! aku pamit yah nanti malam aku jemput. kamu hati-hati di rumah aku akan telfon kamu setelah sampai kantor." Prass membenarkan jazz blazer miliknya dan membenarkan gaya duduknya di sofa dihadapan Nara. dirinya merasa Nara menekannya. Nara pun kesal dan diam layaknya w************n padahal Nara adalah tunangan resmi seorang Prass dan calon istrinya, "maafin aku ya Pras, yaudah kamu hati-hati ya sayang" Pras beranjak dari sofa dan membawa clutch serta kunci mobil miliknya serta mencium kening Nara dan pergi membenarkan jas blazernya meninggalkan Nara. "Bahkan dia selalu tidak pernah memberikanku pelukan hangat" Nara berdesis kesal dengan suara berbisik. Kring ... kring ... Dering handphone berbunyi milik Nara berdering. "Ya ma, ma gimana ya ma? walaupun Nara tunangan Prass tapi Prass benar-benar ga pernah mau sentuh Nara ma, apa Pras akan kembali ke wanita itu ma?" Nara terlihat frustasi dan mengernyitkan dahinya, dirinya frustasi akan sikap Prass yang selalu tidak pernah memperdulikannya dan duduk di sofa dengan dress satin terbuka. Nara mengaktifkan tombol speaker handphone dan kini suara ibunya terdengar di seluruh ruangan tv, Nara menyilangkan tangannya dan menggigit bibir bawah. Mama : "Engga akan mungkin sayang, lagipula saham terbesar papa kamu ada di perusahaan orangtua Prass." Nara pun menyingkap tubuhnya dengan bantal sofa, "Tapi Prass benar-benar enggak pernah sentuh Nara ma, dia selalu kasih uang uang uang apasih sedangkan Nara enggak pernah di ajak hubungan intim sama Prass, Nara selalu beli pil KB buat jaga-jaga tapi apa? hampir tidak terpakai semua ma dan juga Nara maunya hamil diluar nikah anaknya Prass biar Prass jadikan Nara istrinya, mama bilang Prass bakalan nikahin cewek yang hamil anaknya kan!" Mama : "Ya sayang, Tante Intan ibunya Prass enggak mungkin salah, dia kan calon mertua kamu, Prass pasti jadi milik kamu kok sayang." "Yaudah ma, Nara tutup yah, Nara kesal dan juga Prass mau ngajak Nara dinner diluar kayaknya." Bipppp.. telfon diakhiri. "Non, Bi Ratmi bantuin taruh barang belanjaannya ya." Nara pun naik ke lantai 2 kamar miliknya, "Ya bi, makasi ya bi dan tolong rapikan ya bi." Bi Ratmi mengangguk, "Baik non."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD