Chapter 3

954 Words
Lamunan Prass menuju kantor akan wajah Monica kini menempel lekat berada di putaran otaknya bagai seseorang candu akan cinta, nomor telfon miliknya yang berkali-kali menelfon Monica pun di abaikan oleh gadis cantik yang Prass cintai itu. tentu saja semenjak pertunangan dirinya dan Nara terpublikasi ke media dan membuatnya kehilangan akan sosok Monica, gigi Prass menggigit bibir bawahnya yang kini kebingungan kehilangan Monica seperti anak yang kehilangan ibunya. sedangkan ia harus bertemu dengan Monica sesegera mungkin. "Cuma Monica yang gw mau!" Prass kembali mengernyitkan dahi dan mencengkram erat handphone miliknya dengan ekspresi kesal dan geram dengan berdiri menghadap jendela. "Pak tamu kita dari JI Rusia sudah hadir," Ben menegur Prass yang sedang berdiri melamun melihat jendela kantor, sebuah kantor yang berlokasi di Gedung AXEL Tower 3. Tak berselang lama langkah kaki Prass kembali terhenti, otaknya hanya berputar akan sosok Monica. Prass pun menanyakan kembali soal keberadaan Monica, "Ben kamu sudah transfer uangnya? 200 juta ke rekening Monica kan? masih belum ada respon juga dari Monica? kamu sudah coba kontak dia kan? kenapa sampai saat ini Monica belum ada berkas CV melamar pekerjaan di salah satu perusahaan cabang kita?" seketika Prass pun kembali berwajah kalut dan bingung. "Maaf pak, tapi sampai detik ini nona Monica tidak pernah memberikan respon dan juga saya tidak pernah membongkar informasi data pribadi bahwa saya asistant pribadi pak Pras, sampai detik ini belum ada berkas pelamar pekerjaan dari yang bernama Monica," Ben sang asisstant kepercayaan Prass Devano kembali menjelaskan ke Prass dengan ekspresi tatapan mata yang penuh kejujuran seakan-akan memberi kabar bahwa Monica benar-benar akan meninggalkan seorang Prass Devano selamanya. 'Tidak! Monica tidak boleh pergi meninggalkan gw jika memang gw bertunangan pun gw hanya akan menikahi Monica seorang!" pikiran Prass bergejolak dengan terdiam mendengar segala penjelasan Ben. "Tolong siapin presentasinya Ben, oh iya Dewi tolong kamu nanti rangkum hasil meetingnya ya, kemungkinan saya hanya akan ambil beberapa point saja dalam meeting kali ini" Prass berbicara kepada sekretaris kantornya Dewi sebelum memasuki ruangan meeting. Ben dan Dewi serta Prass Devano pun memasuki ruang meeting yang terdapat beberapa para eksekutif penting perwakilan JI Rusia dalam project kerjasama yang diberikan oleh ayahnya Nara, Adjie Swords. Lima jam kemudian. Langit diluar jendela sudah hampir gelap hanya berisikan para karyawan yang berniat lembur dan absen pulang, Prass pun berjabat tangan dengan para rival kantornya yang sudah sepakat bekerjasama dengan perusahaan property miliknya saat ini. "Ben besok saya akan datang telat karena akan menemui seseorang jadi tolong handle beberapa pekerjaan, taruh saja berkasnya di meja dan Dewi tolong buat data laporan mingguan dan bulanan ya besok tolong taruh di meja kerja saya" Prass kembali memberikan arahan serta perintah terhadap beberapa staff kantornya, Dewi dan Ben pun masih duduk di meja meeting dan bersiap merapikan berkas berkas untuk dibawa pulang. Prass berjalan bersama rival kantornya dan para eksekutif penting dari JI Rusia menuju lobi dasar kantor dan bersiap menjemput Nara untuk makan malam di luar, memenuhi janji untuk seorang Nara. "Thankyou so much sir, I hope we can run this project together with great success, we will meet again at work time which will run again next month," salah satu perwakilan JI Rusia memberikan arahan jabat tangan ke arah Prass dan Prass pun membalas dengan terenyum ramah serta berjabat tangan kembali. *(Terimakasih banyak Pak, saya harap kita bisa menjalani proyek ini hingga gerbang kesuksesan, kita bisa bertemu kembali di pertemuan meeting proyek bulan depan.) "I will really hope like what you want, hopefully we can work well together in the future." Para team Ji Rusia pun pulang dengan di antar staff supir pribadi kantor menuju bandara dan kembali ke Rusia. *(Saya sangat berharap seperti apa yang bapak mau bisa terwujud. Saya pun berharap kita sukses di masa depan dengan menjalankan pekerjaan proyek bersama.) Prass mengambil kunci mobil di kantung clutch yang selalu ia bawa, Prass bersiap menjemput Nara ke rumahnya. kring kring kring ... dering handphone berbunyi. Prass mengaktifkan earphone yang masih terpasang di telinga. "Pak, Restaurant DRAS sudah dibooking untuk malam ini khusus untuk anda berdua dan payment nya sudah dibayar cash" Ben menelpon Prass untuk memberitahu bahwa pesanan candle light dinner bersama Nara malam ini sudah dipesan. Prass menyalakan mobil dan bersiap untuk menjemput Nara, mematikan handphone miliknya yang terlihat sepi dan hanya ada beberapa chat isi pesan Nara yang tidak pernah ia tanggapi bahkan telpon dari Nara hampir tidak pernah ia jawab. 30 menit kemudian. Mobil Prass kini berada di depan rumah mewah milik Nara, terlihat wanita cantik dan anggun memakai dress seksi yang baru saja ia beli tadi siang. sosok Nara berdiri mondar-mandir didepan rumahnya dengan wajah resah menunggu seorang Prass. Prass turun dari mobil dan menjemput Nara yang sudah bersiap untuk ia ajak dinner di luar, "Hey, maaf yah telat kamu cantik malam ini maafin aku ya sayang," Nara tersenyum melihat Prass yang sangat manis melayaninya, tak berselang ragu Nara berjalan dengan mengalungkan lengannya di pergelangan tangan Prass dan berjalan menuju mobil lambhorgini kesayangan Prass. "Terimakasih ya sayang pujiannya, kamu juga tampan kok malam ini." Nara kembali memberikan balasan pujian di hadapan seorang Prass, sangat cantik! bahkan kecantikannya tidak sebanding dengan hatinya. Prass pun tersenyum, 'Tetap saja bagi gw hanya ada Monica yang paling tercantik di mata dan pikiran gue selamanya.' batin Prass kembali bergejolak dihadapan sosok Nara yang bagaikan serigala bersalju.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD