1. Evelyn and Chris

2327 Words
Hari ini tidak sama seperti hari lainnya. Evelyn berjalan memasuki gerbang Horace Mann School---salah satu sekolah dengan predikat tertinggi di New York, dengan wajah yang sumringah dan langkah yang ringan. Ia masih tidak menyangka kalau mulai hari ini akan menjadi tahun terakhirnya di sekolah dan Ia bisa meneruskan pendidikannya di Universitas. Evelyn sungguh merasa senang, karena setelah bertahun-tahun belajar di sekolah, akhirnya Ia bisa bebas. Tidak ada lagi bel, drama sekolah, atau hal-hal yang berkaitan dengan tipikal sekolah menengah akhir. Evelyn berjalan melewati parkir mobil bertepatan dengan namanya dipanggil. Ia menoleh ke arah suara tersebut dan mendapati Gillian yang telah memanggil namanya. Gillian merupakan salah satu bagian dari anak populer di sekolah. Banyak wanita yang mengidamkan untuk menjadi kekasih seorang Gillian dan mau melakukan segala cara untuk menarik perhatian pria itu, walaupun pada akhirnya usaha mereka akan sia-sia. Evelyn tersenyum dan menghampiri Gillian yang saat ini sedang berdiri di samping mobilnya. Ia bisa dibilang beruntung bisa berteman dengan Gillian karena pria itu merupakan teman baik dari Chris, kekasihnya. "Hai Gill!" sapa Evelyn saat Ia sudah berdiri di hadapan pria berambut pirang tersebut. Gillian adalah pria yang tampan, dengan rambut pirang dan mata biru, Ia adalah tipikal 'golden boy' Ia juga mempunyai karakter yang santai dan humoris, walaupun terkadang bisa sangat menyebalkan, tapi Evelyn senang karena Chris memiliki sahabat seperti Gillian. Berbeda dengan Gillian, Chris yang merupakan kekasihnya adalah tipikal pria yang memiliki aura 'bad boy'. Chris memiliki rambut hitam dan manik abu yang begitu indah nan tajam. Ia juga tipe pria yang pendiam, namun ketika Evelyn sudah mengenal pria itu lebih dalam, Chris ternyata adalah pria yang manis dan selalu melindungi apa yang dianggap pria itu berharga. "Dimana Chris? Aku merindukannya," gumam Evelyn seraya mengedarkan pandangannya kesekeliling area parkir. Gillian mendecak pelan dan berkata, "betapa beruntungnya Chris memiliki kekasih seperti dirimu. Kau cantik, baik, dan perhatian. Kalian memang pasangan yang serasi." "Begitu?" sahut seseorang dari belakang Evelyn. Sontak Ia berbalik dan senyumnya semakin melebar kala melihat sosok pria yang sedang Ia cari. "hai baby," sapa Chris ketika Ia sudah berhenti tepat di samping Evelyn. Pria itu langsung menarik tubuh Evelyn mendekat. Evelyn yang merasa senang karena bisa menyentuh sang kekasih, langsung membalas rangkulan Chris dengan melingkarkan kedua tangannya di sekeliling tubuh pria itu erat, lalu menghirup aroma yang sudah familiar bagi Evelyn. "hai Chris," balasnya dengan perasaan sayang yang membuncah. Chris tersenyum dan mengusap kepala Evelyn seraya mencium pucuk kepala Evelyn lembut. "okay lovers bird, sudah cukup kalian menampilkan hubungan kalian di depanku tiap hari. Membuatku merasa iri dan ingin memiliki hubungan seperti kalian." Chris dan Evelyn terkekeh pelan. Mereka mengabaikan kalimat protes Gill dan memilih berbisik-bisik---melemparkan kalimat-kalimat manis yang dapat melelehkan siapapun jika mendengarnya. "Kau tahu, sudah hampir sepuluh menit kalian menjadi tontonan siswa yang lain," ujar Gillian dengan cukup keras. Sontak Evelyn dan Chris menatap Gillian secara bersamaan. Chris memberikan tatapan tajam pada sahabatnya sedangkan Evelyn hanya tertawa geli. "jangan cerewet Gill! Kalau kau iri, cari wanita yang bisa kau jadikan kekasih!" "Tapi tidak ada yang sesempurna kekasihmu itu!" keluh Gillian dengan nada dan tingkah yang seperti anak kecil. Evelyn semakin tertawa lebar dan mengawasi kedua pria tersebut sedang bertengkar. Evelyn menghela napas. Ia memejamkan mata dan tidak membenarkan ucapan Gillian, justru yang seharusnya beruntung adalah dirinya, bukan Chris itu karena Ia bisa memiliki Chris. Evelyn langsung membuka kelopak matanya ketika Ia merasakan sebuah tepukan di bahu disusul dengan suara feminim yang menyapanya. "Hei Eve!" Evelyn menoleh ke samping dan mendapati sahabatnya, July berdiri dengan wajah yang terlihat cerah dan senyum yang sumringah. "kenapa kau tidak ke kelas?" tanya Evelyn dengan bingung. "Dan kehilangan kesempatan melihat dua pria bodoh itu bertengkar? Tidak." Evelyn memutar bola matanya dan bersedekap. Matanya mengarah ke arah Chris, mengawasi pria itu yang saat ini sedang asyik bercanda dengan Gillian bersama kawan-kawan satu geng mereka. "Kau tahu, kau sungguh beruntung memiliki hubungan yang awet dan selalu saja hangat dengan Chris." "Benarkah begitu?" tanya Evelyn untuk yang kedua kalinya. "Ya! Hubungan kalian itu seperti 'Goal relationship' di sekolah ini! Kalian selalu saja menempel satu sama lain, dan tidak segan menampilkan kemesraan di depan umum. Chris tampan dan populer, sedangkan kau cantik dan sama populernya seperti Chris! Kau tahu apa yang baru saja aku dengar dari siswi-siswi yang melihat kalian bertukar kalimat mesra?" "Apa itu?" tanya Evelyn dengan penasaran. "Mereka iri denganmu! Bahkan akupun iri denganmu! Kalian seperti ditakdirkan untuk hidup bersama, like a soulmate!" terang July dengan ekspresi yang berkobar. "Eh serius?" kali ini nada Evelyn terdengar canggung, bukan karena Ia malu, tapi karena bagaimanapun juga Ia merasa risih jika hubungannya dengan Chris yang menjadi topik pembicaraan sekolah. "Ya," sahut Gillian yang mendengar percakapan Evelyn dan July. "jangankan para siswi, semua siswa di sekolah ini juga iri dengan Chris karena memilikimu Eve." Evelyn hanya mendengus acuh mendengar penjelasan Gillian dan July yang menurutnya terlalu berlebihan. Evelyn kembali memperhatikan Chris dan tersenyum saat melihat pria itu sedang memperhatikannya dari kejauhan. Saat mata mereka bertemu, satu alis Chris bergerak naik dan terdapat tatapan tanya mengisi manik abunya. Evelyn hanya tersenyum menenangkan dan kembali memperhatikan percakapan dua orang yang sedang mendiskusikan mengenai hubungannya bersama Chris. *** Flashback Two years before Hari itu adalah hari dimana acara pertandingan basket antar sekolah dilangsungkan. Evelyn, yang merupakan anggota tim cheerleader sedang bersiap-siap untuk memberikan sorak soray dan juga semangat untuk para pemain. Ia berjalan keluar dari ruang ganti dengan mengenakan seragam cheerleadernya dan juga pom pom yang tergenggam di kedua tangannya. Kapten mereka, Diandra sudah memberikan instruksi terakhir dan sekarang yang tinggal mereka lakukan hanyalah berusaha menampilkan apa yang sudah mereka latih semaksimal mungkin. Evelyn berhenti di depan pintu ganti untuk para pemain. Ia bisa mendengar suara ribut dan juga tawa dari dalam sana dan degup jantungnya berdetak dua kali lebih cepat ketika mendengar suara baritone milik Chris, pria yang sangat Ia sukai. Tidak banyak yang tahu kalau Evelyn memiliki perasaan suka pada Chris, atau mungkin yang tahu akan perasaannya pada Chris hanyalah July. Evelyn merasa tidak yakin, Ia merasa gelisah dan nyalinya berubah ciut setiap July berusaha membuat Evelyn memberanikan diri dan menyatakan perasaan. Bukan karena Evelyn tidak percaya diri, tapi Chris terlihat seperti tipikal pria yang tidak suka akan komitmen. Chris merupakan tipe pria yang misterius, namun ketampanan dan juga karismanya mampu memikat semua kaum hawa. Belum lagi Chris berasal dari latar belakang keluarga yang terpandang, yaitu keluarga Wilson. Keluarga Wilson merupakan salah satu keluarga konglomerat yang menjadi pemimpin di dalam dunia bisnis. Evelyn sudah memeriksa semua akun sosial media milik Chris dan juga latar belakang keluarga Wilson di internet. Memang Ia seperti seorang penguntit, tapi Evelyn yakin tidak hanya Ia yang melakukan hal tersebut, dan setelah pertemuan pertamanya dengan Chris, Evelyn semakin jatuh hati dengan pria itu. Evelyn mulai tersipu ketika mengingat kembali bagaimana pertemuan pertamanya dengan Chris. Selama ini Evelyn hanya bisa mengagumi pria itu dari kejauhan, dan ketika Ia diberikan kesempatan untuk berkenalan, Evelyn merasa sangat senang. Evelyn berharap kalau Chris memiliki perasaan yang sama pada dirinya, tapi waktu tiga minggu masih terlalu cepat, jadi Evelyn tidak mau berharap banyak. "Evelyn? Kenapa kau masih diam disitu? Sudah saatnya kita stand by di lapangan," tegur Diandra, kapten tim cheerleader Horace Mann School dari pintu ruang ganti khusus untuk cheerleader. "Ehh.. Maaf Kapten, aku... Umm anu... Aku..." Diandra menampilkan seringai menggoda dan melirik sekilas ke arah pintu ruang ganti tim basket. "Kau bisa mengagumi mereka nanti. Sekarang kau harus pemanasan terlebih dahulu." Seketika pipi Evelyn merona dan tanpa berkata apapun lagi, Ia berjalan menuju lapangan. *** Evelyn merenggangkan kakinya ketika waktu istirahat sudah dimulai. Keringat membasahi tubuhnya dan rasa lelah menguasai dirinya, tapi Ia bersyukur semua ini terbayarkan saat melihat skor pertandingan milik tim sekolahnya unggul. Evelyn merasakan kehadiran seseorang di depannya dan tak lama kemudian sebuah botol mineral berada di depan matanya. Seketika Evelyn mendongakkan kepala dan pipinya langsung merona merah saat melihat siapa yang memberikannya botol mineral. "Haus?" tawar Chris dengan senyun kecil dan lesung pipi yang menghiasi wajah tampan bak dewa yunani itu. Evelyn menganggukkan kepala. "Terima kasih Chris," gumamnya seraya menerima botol mineral tersebut, kemudian meneguknya. "Penampilan yang bagus Eve, mendengar suaramu membuatku semakin bersemangat untuk menang." "Eh? benarkah?" Chris menganggukkan kepala. "Aku beruntung sudah bertemu denganmu." "Chris... Jangan membuatku malu..." Keluh Evelyn sambil menempelkan botol mineral yang di genggamnya ke pipi. Ia berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya dari Chris. Chris terkekeh pelan seraya menyingkirkan tangan Evelyn dan botol yang menutupi rona merah wanita itu. Ia menyadari selama ini betapa cantik dan lucunya Evelyn dan hati Chris langsung berdesir hangat, tapi Ia baru saja menyadari bahwa rona merah di kedua pipi wanita itu menambah kecantikan yang dimiliki oleh wanita itu. Ia semakin merasa mantap dengan apa yang Ia rasakan dan berniat untuk mengatakannya setelah pertandingan selesai. "Evelyn, apa kau mau pulang bersamaku setelah ini?" Evelyn mengerjapkan matanya terkejut. "tapi bukankah setelah ini akan ada pesta kemenangan jika kita menang?" "Aku tahu, tapi ada yang ingin aku bicarakan denganmu dan menurutku menghabiskan waktu berdua bersamamu adalah hadiah terbaik." Evelyn terdiam selama sesaat. Ia diharuskan untuk hadir sesuai perintah kaptennya, tapi saat melihat manik abu milik Chris yang terlihat memancarkan ekspresi permohonan, membuat Evelyn memilih untuk menyetujui keinginan pria itu, lagipula Ia tidak akan pernah bisa menolak tawaran Chris. "tentu saja, memangnya kau mau membawaku kemana?" "Rahasia," jawab Chris dengan kerlingan mata. Ia menunduk dan mencium pipi Evelyn singkat sebelum bangkit berdiri dan menghampiri teman-teman satu timnya yang sudah berkumpul, tidak menyadari Evelyn yang duduk terpaku karena terkejut. *** "Wah! Tempat yang luar biasa!" teriak Evelyn saat mereka sudah tiba di tempat yang Chris maksud. Kedua tangannya terentang lebar dan senyum merekah di wajahnya yang cantik dan rambut pirang bergelombangnya tertiup oleh semilir angin. "Evelyn, jangan terlalu dekat dengan pembatas, atau nanti kau jatuh ke jurang!" "Jangan panik seperti itu Chris, kau itu berlebihan," Evelyn membalikkan tubuhnya menghadap Chris dan melihat pria itu sedang bersandar di kap mobil, dengan kedua tangan yang saling terlipat dan manik abu yang mengarah lurus ke arah Evelyn dnegan begitu intens. "Chris?" "Kau tahu, kau itu suka seperti anak kecil," komentar Chris tiba-tiba. Seketika Evelyn mencebikkan bibirnya dan mendengus pelan. Ia berjalan menghampiri Chris sambil mencibir pelan untuk pria itu. "tapi aku suka itu." Evelyn membulatkan matanya. Manik hijaunya menatap Chris dengan tatapan tidak percaya. Chris terkekeh pelan seraya melepaskan jaket kulit yang dikenakannya, kemudian menyampirkan jaket tersebut di bahu Evelyn. "pakailah, aku tidak mau kau masuk angin." Evelyn hanya menganggukkan kepala pelan dan setelah itu menunduk, berusaha menyembunyikan senyum bahagianya. "kau mau tahu, ini adalah tempat rahasiaku jika sedang ingin sendiri. Bahkan Gillian pun tidak tahu tempat ini." Seketika Evelyn lupa dengan rasa malunya. "benarkah?" tanya Evelyn penasaran. "bagaimana kau bisa menemukannya? Ini sungguh luar biasa Chris!" ujar Evelyn bersemangat. "Ya, itu juga pendapatku saat pertama kali menginjakkan kaki disini." Evelyn kembali memperhatikan suasana tempat dimana Ia berada saat ini. Chris membawanya ke sebuah tebing yang berada di area yang cukup jauh dengan kota New York, dan dari tebing ini pula mereka bisa melihat lampu-lampu gedung pencakar langit yang menghiasi langit malam. Bulan menghiasi langit dan bintang bertaburan dengan indah. Pemandangan ini adalah hal yang langka, dan Evelyn bersyukur bisa melihatnya bersama Chris. Chris menegakkan tubuhnya dan mengangkat tubuh Evelyn, mendudukkan wanita itu di kap mobil, lalu menempatkan dirinya diantara kedua kaki wanita itu. "Terima kasih Evelyn." "Untuk apa Chris? Aku tidak merasa melakukan apapun untukmu." Chris terkekeh pelan. "karena sudah menyemangatiku." "Oh..." "Ada yang ingin aku katakan padamu," gumam Chris dengan nada yang begitu pelan dan penuh akan emosi. Evelyn sedikit memiringkan kepalanya dan menatap Chris yang terlihat mulai gugup. "Chris kau kenapa?" Chris menundukkan kepala dan terdiam selama bebetapa saat. "mungkin ini memang terlalu cepat, tapi aku yakin dengan apa yang aku rasakan saat ini." "..." Perlahan Chris mendongak dan menatap manik hijau milik Evelyn. "Aku menyukaimu Evelyn atau mungkin sekarang aku sudah jatuh cinta denganmu." Evelyn hanya membuka mulutnya terkejut. "Maukah kau menjadi kekasihku? Menjadi milikku? Menjadi wanitaku?" "Chris..." Di luar Ia terlihat begitu tenang, namun di dalam benaknya, Evelyn berjingkrak-jingkrak senang karena apa yang Ia impikan akhirnya tiba dan menjadi kenyataan. Evelyn mencubit tangannya secara diam-diam, berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi dan nyata, tapi saat Ia merasakan sakit, jantung Evelym langsung berdegup semakin kencang. It's real! "Aku tidak akan memaksakan dirimu dan---" kalimat Chris terpotong ketika Evelyn mencengkram kerah kemeja milik Chris dan menarik pria itu, kemudian yang selanjutnya terjadi bibir mereka saking bertaut dalam ciuman yang lembut dan penuh akan perasaan. Ciuman mereka tidak berlangsung lama, karena Evelyn menarik diri dan tertawa kecil melihat wajah Chris yang cemberut. "Kau tidak mau mendengar jawabanku?" Chris memutar bola matanya dan menangkup wajah Evelyn dan memberikan kecupan-kecupan sayang di sekitar wajah Evelyn. "katakan padaku." Evelyn balas menangkup wajah Chris dan berkata, "aku juga Chris... Aku mencintaimu dan aku ingin menjadi milikmu... kekasihmu." lalu mengecup kening Chris dengan lembut. "Thank you baby." End *** "Eve? Eve? Ayolah jangan melamun!" gerutu seseorang disusul dengan jentikan jari yang berada tepat di depan wajahnya. Evelyn mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian mendelikkan mata ke arah July seraya menepis tangan wanita itu. "ada apa denganmu?" "Tidak ada." "Aku berani bertaruh, kalau tadi Eve sedang membayangkan bagaimana rasanya b******a dengan Chris---Ow!" "Shut up dude!" tegur Chris dari belakang Gillian. Setelah itu Ia berdiri di samping Evelyn dan merangkul bahu kekasihnya dengan protektif. "kau mencemari kekasihku dengan hal-hal negatif." "Hei! Itu benar---" "Apa kalian akan bertengkar lagi?" potong July dengan jengkel. "Bel sudah berbunyi atau kalian ingin kita semua telat?" "Ups!" pekik Gillian lalu berlari menuju pintu masuk gedung sekolah, disusul July yang berlari di belakangnya. Chris terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya tidak percaya, "aku tidak tahu bagaimana bisa berteman dengannya..." Evelyn tertawa kecil dan mengusap punggung Chris menenangkan. "tapi kau menyayanginya bukan?" "Eww... No! Untuk apa aku menyayangi pria itu? Lagipula rasa sayangku sudah dimiliki oleh seseorang." "Gombal." gumam Evelyn geli. Chris mengedipkan satu matanya menggoda, kemudian mengulurkan tangannya yang langsung diterima oleh Evelyn. "Ayo kita masuk, atau nanti Miss Johnson akan menceramahi kita karena telat masuk kelas." "Kau benar..." lalu mereka bersama-sama berjalan menuju gedung sekolah dengan tangan yang saling bergandengan erat. Evelyn memperhatikan sisi wajah Chris dengan lekat. Ia tidak percaya bahwa hubungannya bersama Chris akan bertahan selama ini dan Evelyn sungguh tidak menyangka Ia bisa bergandengan tangan bersama Chris, merasakan bagaimana rasanya hidup bahagia bersama Chris. Evelyn tidak ingin yang lain, cukup berdiri di sisi Chris sudah cukup baginya. Chris merasakan tatapan mengarah padanya dan saat Ia menoleh, Ia mendapati Evelyn sedang menatapnya dengan penuh rasa cinta. Chris tersenyum lembut. Ia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Evelyn seraya berbisik di telinga Evelyn, "I love you Evelyn." "I love you too Chris." Chris mencium punggung tangan Evelyn singkat sebelum mereka memasuki gedung sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD