BAB 3

1599 Words
| 03 “Hooammm ngantuk nih kalo dikelas ngga ada kerjaan, enaknya ngapain yak?” tanya Belin kepada Lala. “Kamu kebiasaan deh, kalo nguap nggak pernah ditutup mulutnya. Jorok!” tegur salah satu teman yang tidak sengaja melihat aksi Belin. “Iya nih jorok, aku hampir 3 tahun duduk sebangku sama dia agak bosen dengan kebiasaan joroknya itu.” Sahut Lala. “Nggak papa lahyaw, yang penting aku cantik.” Teriak Belin dengan genit. “ Jam kosong disaat sekolah memang suatu moment special bagi kalangan pelajar. Entah dari sekolah menengah pertama ataupun sekolah menengah atas, bahkan sampai tingkat mahasiswa pula. Banyaknya durasi jam kosong membuat beberapa siswa merasakan bosan karena berada di dalam kelas. Ada yang pergi berkeliaran, ada yang nongkrong dikantin, dan ada yang pergi ke masjid sekolah, bahkan ada yang menyibukkan diri dengan membaca diperpustakaan dan lain-lain. “La, bekal makanan kamu masih nggak?” tanya Belin sambil menyandarkan kepala didinding. “Masih.” Jawab Lala singkat. “Kita makan siang sekarang yuk, habis itu kita keluar kelas.” Tawar Belin. “Okaay.. kebetulan aku juga sudah lapar.” Balas Lala. Mereka berdua mengambil bekal yang ditaruh loker dan menyiapkan tisu basah serta cairan anti septik untuk menjaga kebersihan tangan sebelum makan. “Yaudah ayok makan, hari ini kamu bawa bekal lauk apa, Bel?” tanya Lala sambil mencium sayur sup buatan sendiri. “Aku dibawain bekal nasi goreng, La.” Sahut Belin membuka kotak nasi. Kemudian mereka menikmati makanan dengan diiringi musik barat favoritnya. ~Aarkkkkk~ Suara sendawa yang keluar dari mulut sahabat Lala. “Tuh kan kamu jorok, Bel.” Tegur Lala dengan sesekali menampol lengan Belin. “Hihii maaf, La... abisnya aku kenyang banget.” Jawab Belin sambil membereskan alat makannya. “Habis makan kita kemana nih?” Tanya Lala dengan semangat. “Kita ke perpustakaan skuyy.” Lanjut Belin dengan tak kalah semangat. “Okeh, kita meluncur...” ucap Lala. Mereka berjalan menuju perpustakaan dengan menyusuri beberapa kelas dan sanggar kesenian. Disana terdapat dua kelas yang sedang melakukan praktek kesenian tari. Dua gadis cantik itu sempat menjadi sorotan para siswa yang berada di dalam ruangan. “Eh, La coba lihat deh, ada yang fans sama kita.” Ucap Belin sambil tebar pesona. “Idihh jangan GR kamu. Fokus kejalan aja, habis ini kita sampai tujuan.” Jawab Lala cuek. *** Ruangan yang dipenuhi rak dan berisikan buku-buku, beserta meja panjang dengan karpet hijau menjadi tepat kunjungan favorit para siswa kutu buku. Di sana kita dapat memperoleh berbagai sumber ilmu yang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ditambah lagi dengan adanya buku daftar hadir yang dapat menambah daya tarik siswa untuk segera memenuhi identitasnya, karena siswa yang aktif berkunjung diperpustakaan akan mendapat penghargaan dari sekolahan. Hal itu menjadikan dua siswa berparas cantik itu untuk selalu berkunjung dan menghabiskan waktu luangnya untuk membaca diperpustakaan. ~Bluk~ Suara tumpukan buku besar yang jatuh dari rak. Semua mata pengunjung perpustakaan beralih ke sudut wanita yang menjatuhkan beberapa buku. “Waduh, gawat nih...” ucap Lala pelan sambil melirik ke kanan dan ke kiri. Kemudian Lala membereskan buku-buku yang jatuh dan menata ulang ke dalam rak. Lalu ia menghampiri Belin dan duduk disampingnya. “Kamu nggak jadi ambil buku?” tanya belin polos dengan menahan tawa. “Aku nyari buku yang judulnya Pangeran Kecil Bel, tapi nggak ketemu.” Jawab Lala sebel karena usai tertimpa beberapa buku. “Kamu udah nyari ke semua rak belum? Barangkali masih keselip, anak-anak yang lain kadang suka ngembaliin buku ngga sesuai tempatnya.” Sahut Belin sambil menutup buku. “Bel, kamu mau kan bantuin aku nyari bukunya?” tanya Lala dengan merayu. “Upahnya apa nih?” Belin menjahili Lala. “Yaelah, Bel.. kamu mau apa dari aku?” ucap Lala dengan datar. “Hihiii maapin aku yaa, oke deh aku bantuin nyari.” Belin segera membereskan buku yang semula ia baca. “Kamu cari disana ya, Bel. Aku cari disini.” Ajak Lala. Mereka berdua hampir memakan waktu sekitar 10 menit demi mencari buku yang ingin dibaca sekaligus dipinjam oleh Lala, namun hal tersebut belum berhasil ditemukan. Lala frustasi dan sempat mengalami badmood. “Gini aja deh, mending kamu langsung tanya ke pegawai perpustakaan. Siapa tau bisa bantuin kamu cari bukunya.” Ucap Belin memberi solusi kepada Lala. “Emmm oke deh aku samperin pegawainya dulu ya, kamu lanjutin aja baca bukunya yang tadi.” Lala berjalan menuju meja petugas perpustakaan dan sesekali ia melirik rak dengan harapan segera menemukan buku itu. Begitu sampai dimeja petugas, Lala berdiri dan bertanya kepada petugas perpustakaan. “Kak, waktu itu saya melihat buku filsuf yang judulnya Pangeran Kecil, terus ini tadi saya cari nggak ketemu bukunya. Tolong kakak cek dibuku ya...” Pinta Lala. “Sebentar, kakak cek dulu didaftar peminjaman buku.” Jawab petugas perpus. “Iya, kak.” Sahut Lala. Petugas tersebut membolak-balik daftar buku pinjaman siswa dengan teliti. Selang 2 menit, petugas menemukan bukti bahwa buku tersebut sudah dipinjam sesorang. “Buku filsuf dengan judul The Little Prince, Pangeran Kecil karangan Antonie de Saint-Euxpery, bukan?” tanya petugas untuk memastikan. “Iya, kak betul.” Jawab Lala singkat. “Maaf ya, bukunya masih dipinjam anak kelas lain. Seharusnya sih hari ini dikembalikan, ntar kalo nggak dikembalikan tepat waktu dia kena denda 500 rupiah per buku selama 1 hari. Kalo pinjamnya lama ya tinggal dikalikan saja.” Ucap petugas dengan sabar. “Yaudah, kak terimakasih.” Lanjut Lala. kemudian ia membalikkan badan dan kembali ke meja Belin dengan tangan kosong. Siswa cantik itu memasang wajah kecut karena buku yang ia incar telah dipinang oleh pembaca lain. Namun tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki berpostur tinggi dan berkulit sawo matang, dengan membawa beberapa buku ditangan kanannya menuju meja penjaga perpus. “Eh, coba liat. Jangan-jangan yang minang bukunya dia, La?” ucap Belin ragu sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah laki-laki tersebut. “Tau ah, jangan ngarang deh.” Sahut lala sambil berjalan menuju rak buku yang berada didekatnya. “Baca buku Pengobatan China kayaknya seru.” Batin Lala dan berjalan menuju rak untuk mengambilnya. Setelah memilih buku tersebut ia kembali lagi duduk di samping Belin dan mulai membaca daftar isi buku Pengobatan China tersebut. Setelah membaca setengah lembar dari halaman bab satu, tiba-tiba petugas perpus memanggil Lala untuk menghampirinya. “La, kamu dipanggil kakak petugas tuh.” Ucap Belin. “Ciyuss? Jangan ngerjain aku lagi deh, aku mau baca buku dulu. Oiya ntar kita coba praktek buat liang teh yuk! Seger nih bisa untuk panas dalam.” Sahut Lala dengan ekspresi unik. “Telinganya dipasang woi, jangan fokus baca aja.” Belin sebal karena informasi yang diberikan tidak dihiraukan Lala. Petugas perpus itu kembali mengulang memanggil Lala dengan nada sedikit kencang dari sebelumnya, supaya panggilan tersebut sampai pada telinga yang ia tuju. Ketika Lala mendengarkan panggilan tersebut, Lala segera berdiri dan berjalan menuju meja petugas perpustakaan. “Ada apa kak memanggil saya? Maaf, tadi saya nggak dengar karna saya fokus membaca.” Ucap Lala meringis. “Ini buku yang kamu maksud bukan?” tanya petugas perpustakaan. “Iya, kak bener banget.” Jawab Lala senang. “Kak buku ini aku pinjam ya?” lanjut Lala. “Oke, kamu isi dulu daftar peminjaman bukunya!” perintah petugas perpustakaan. Usai mengisi daftar buku tersebut, Lala kembali berjalan menuju tempat duduk Belin dengan senyum bahagia. “Uuhh dibilangin dari tadi kalo dipanggil sama penjaga perpustakaan ngeyel, sekarang senyum-senyum sendiri.” Ucap Belin sambil mengubah posisi duduknya. “Hehee abisnya aku tadi fokus baca tentang cara pembuatan dan manfaat dari liang teh. Maaf ya, Bel.” Sahut Lala sambil membolak-balik buku yang diincarnya. “Yuk, baca-baca lagi yuk...” ajak Lala dengan riang. “Bel, yang bikin aku demen sama buku ini tuh isinya dalem banget. Ditambah lagi dengan berbagai filsuf kehidupan, jadi lebih waaaw menurut aku.” Ucap Lala. “Iya, asik buat kamu, La.. kalo buat aku sih bahasa yang dipakai ketinggian.” Sahur Belin. “Iya emang gitu awal-awal baca buku filsuf, Bel. Ntar lama kelamaan bisa membuka nalar dan pemahaman loh, bahasa kerennya tuh open minded.” Ucap Lala dengan penuh keyakinan. “Iya-iya makasih udah ngasih saran ke aku, kamu lanjutin gih, baca bukunya.. dan aku juga mau lanjutin baca buku yang aku pilih. Tak terasa mereka berdua sudah menghabiskan waktu selama dua jam lebih untuk membaca buku di dalam perpustakaan. Petugas perpustakaan sudah tak heran dengan peristiwa tersebut, karena duo siswa cantik tersebut hampir setiap hari berkunjung dan menghabiskan waktu disana. Ditambah dengan fasilitas yang tersedia membuat para pembaca semakin betah dan merasa nyaman, karena mereka tidak kawatir dengan naiknya suhu ruangan. Terdapat tiga AC di dalam perpustakaan tersebut. Serta dibelahnya menjadi dua bagian dengan sekat, untuk pembeda area baca bebas makan dan area baca dilarang makan. Meskipun bebas makan, kebersihan juga harus dijaga supaya tidak menggangggu kenyamanan pembaca lain. *** Jam tangan hitam dengan perpaduan warna merah muda yang Lala kenakan menunjukkan pukul 13.50 WIB. Meskipun sedikit tomboy, namun ia tak pernah melalaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Ia segera mengakhiri membaca bukunya serta mengingatkan sahabatnya untuk melaksanakan ibadah sholat dhuhur bagi umat muslim yang menjalankan. “Bel, waktu sholat dhuhur udah mau habis. Kamu sholat nggak?” tanya Lala dengan pelan. “Iya, aku sholat. Aku beresin ini dulu ya, tungguin.” Jawab Belin sambil menutup buku serta mengembalikannya pada tempat semula. Kedua siswa cantik itu berjalan secara beriringan menuju tempat untuk mensucikan diri. Setelah itu berjalan lagi menuju lemari kaca yang berada didekat pintu masuk untuk mengambil mukena dan menjalankan sholat. Usai menjalankan ibadah sholat dhuhur, mereka bergegas kembali ke dalam kelas untuk persiapan pulang. “Hari ini nggak terasa ya, cepet banget habis ini mau pulang sekolah.” Ucap Belin. “Iya, karna kamu menikmati setiap detiknya dengan senang hati, Bel. Jadinya iklhas deh.” Sahut Lala sambil melihat jam tangan kesayangannya. “Oiya, kamu jadi pinjam buku apa?” tanya Belin. “Aku pinjam ini, The Little Prince.” Jawab Lala sambil menunjukkan buku yang dibawanya. “Ternya buku ini yang bikin kamu sempat badmood?” canda Belin. “Udah deh jangan ngeledek gitu, kamu mana demen sama yang beginian.” Ucap Lala sambil menarik buku yang dipegang Belin. Sesampai di dalam kelas ia duduk dan segera membereskan buku-buku dan kotak nasi yang berada di dalam loker serta memindahkannya ke dalam tas. Tak lama kemudiam lonceng pertanda pulang berbunyi, semua murid mempersiapkan diri untuk perjalanan pulang menuju rumah masing-masing. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD