BAB 2

1598 Words
| 02 ~Ttteeeeettttttttttttttttt~ Bel sekolah berbunyi pada pukul 14.45 WIB, menandakan waktu kegiatan belajar mengajar selesai. Semua siswa dan guru segera membereskan buku-buku dan peralatan sekolah serta mengakhiri perjumpaannya. Berbeda dengan siswa yang mengikuti kegiatan tambahan disekolah, yaitu siswa yang aktif dalam ekstrakurikuler, ia tetap tinggal disekolah dan pulang lebih akhir dari pada siswa yang tidak aktif dalam kegiatan. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan bakat serta melatih kemandirian dan tanggung jawab siswa. Tersedia banyak pilihan organisasi disekolah, pilihan organisani tersebut tergantung minat dan bakat individu siswa masing-masing. “Anterin aku ke kamar mandi ya.” Ucap Lala sambil membawa pakaian organisasi pramuka dan atribut yang diperlukannya. “Mau ngapain?” tanya Belin. “Ya mau ganti pakaianlah.” Jawab Lala ketus. “Kelas kita kan sepi nggak ada orang, kita ganti disini aja, pintunya kita tutup.” Ucap Belin dengan cekikikan. “Kamu parah, Bel.” Lala berjalan menuju cendela dan mengamati keadaan sekitar kelas, serta memastikan bahwa situasi saat itu aman. “Sepi sih, tapi yakin kamu mau ganti disini?” tanya Lala mengecek pakaian yang ia siapkan. “Yakin dungs, nanti pintu, cendela dan kordennya kita tutup.” Jawab Belin sambil meringis. “Kamu aja deh yang ganti dikelas, aku mau ganti pakaian dikamar mandi aja, sekalian mau buang air kecil dan cuci muka.” Lanjut Lala sambil berjalan keluar kelas. Panas matahari masih cukup menyengat, daun-daun kering berserakan. Angin sepoi-sepoi membawa dahan tersebut menari dilapangan. Tak mengurangi semangat para siswa untuk melakukan pembukaan awal kegiatan Pramuka disekolah. Petugas apel mempersiapkan barisan dengan rapi, membuat orang yang melihatnya kagum akan sikap kedisiplinannya. ~Brok brok brok~ Suara gebrakan pintu yang keras, terdengar dari sudut lapangan. Disusul dengan teriakan suara peremuan dapat disimpulkan bahwa terdapat orang yang terjebak di dalamnya. “Tolong... bukain pintunya, tolong...” teriak Lala dari dalam kamar mandi, namun tak kunjung ada yang mendengarkan. Lala bingung harus meminta pertolongan kepada siapa, karena handphone nya ia taruh di dalam tas dan ia tinggalkan di dalam kelas. “Gimana kalau temen-temen udah pada pulang?” gumamnya. “Ya Tuhan, mimpi apa aku kemarin, sial banget.” Ia merengek di dalam kamar mandi, dan berharap ada seseorang yang mendengarnya. Hentakan kaki yang seirama, pakaian dinas lapangan yang kompak serta atribut-atribut indah yang memiliki arti khusus pada setiap itemnya membuat tampilan para anak pramuka itu memukau. Badan tegap serta d**a bidang yang dibusungkan memperlihatkan sikap jasmani yang tangkas serta tanggung jawab yang tinggi. Matahari sebentar lagi akan pulang, serta rembualan akan segera hadir menemani malam, segerombolan bintang juga ikut serta di dalamnya. Kegiatan organisasi pramuka telah usai, kini para anggota sedang bersiap untuk upacara penutupan serta menggelar doa bersama supaya selalu dalam lindungan Zat Maha Tunggal. “Baik adik-adik yang tersayang, pertemuan hari ini selesai. Semoga ilmu yang kalian dapat dihari ini bermanfaat bagi diri sendiri, bagi kita, bagi orang lain, serta bagi nusa dan bangsa. Sebelum kita pulang ke rumah masing-masing, marilah kita berdoa demi kebaikan dan keselamatan bersama, berdoa dipersilahkan!” Ucap ketua pramuka yang sekaligus sebagai pemimpin apel. “Di sini saya mewakili kakak-kakak senior kalian, mohon maaf apabila terselip kata yang sekiranya menyinggung hati kalian. Sampai jumpa dipertemuan berikutnya ya...” sahut Belin sambil berjabat tangan dengan juniornya, sebagai tanda perpisahan. “Lala, kemana ya? Katanya hadir dikegiatan pramuka, tapi dari awal sampai akhir kegiatan nggak nongol-nongol.” Batin Belin. Belin berjalan menyusuri lapangan dan melintasi beberapa area sekolah tempat ia dan Lala nongkrong. "Dimana-mana kok nggak ada sih, jangan-jangan dia tadi langsung pulang ke rumah tanpa pamit?” perasaan Belin mulai kawatir terhadap temannya. Kemudian Belin berjalan menuju kelas untuk mengambil tas ransel berwarna hitam miliknya dan pulang ke rumah. ~Clekk~ Suara pintu kelas yang dibuka oleh Belin. “Loh ini totebag Lala masih di sini, berarti dia masih disekolah dungs.” Ucap Belin heran. Belin keluar kelas dan teriak memanggil nama Lala untuk mencari keberadaannya. “Laaa, kamu dimana?” teriak Belin. Tak lama kemudian tiba-tiba Belin mendengar suara rintihan dari arah kamar mandi pojok, yang berada di dekat kelasnya. ~hiks hiks hiks hmmmm~ “Suara itu” batin Belin. “Jangan-jangan hantu.” Belin berhenti berjalan, mengusap bahu dan tangannya yang sedikit merinding. Meski demikian, ia tetap berani dan melawan rasa takut tersebut dan berjalan mendekati sumber suara. “Permisi..Assalamualaikum, apakah ada orang di sana?” ucap Belin dengan mengamati keadaan sekitar kamar mandi. “Tolong aku...” sahut orang yang ada di dalam kamar mandi. “Tolong sebutin nama, kalau memang kamu orang.” Jawab Belin dengan sikap yang polos. “Ini aku, Lala.” Ucapnya sambil menggedor-gedor pintu. “Ya Ampunn, La.. ternyata dari tadi kamu terjebak disini?” Berlin berusaha untuk mendobrak pintu dari luar. “Aku kualahan, La.. bentar ya aku cari bantuan dulu, kamu yang sabar, tunggu sebentar.” Belin berlarian bergegas mencari pertolongan untuk temannya yang sedang terjebak di dalam kamar mandi. “Pak, saya boleh minta tolong nggak? Teman saya sedang terjebak di dalam kamar mandi selama kurang lebih dua jam.” Ucap Belin kepada Pak satpam yang sedang berjaga di dalam pos. “Iya bisa, kamu tunggu di sana dulu, saya siapkan alat untuk membuka pegangan pintu.” Sahut Pak satpam. Kemudian Belin segera lari dan menuju kamar mandi tempat temannya terjebak. “Aku udah minta bantuan Pak satpam, La.. kamu sabar dulu ya, tunggu sebentar." Ucap Belin untuk menenangkan Lala. Tak lama kemudian Pak satpam tiba dan memencoba membuka pintu. “Handlenya rusak ini mbak, saya bor dulu biar bisa dibuka.” Ucap Pak satpam. “Tolong ya Pak, saya sudah di dalam kamar mandi dari pulang sekolah tadi.” Ucap Lala sambil merengek di dalam kamar mandi. Akhirnya Pak satpam berhasil membuka pintu kamar mandi, kemudian Lala keluar dengan tubuh yang lemas. Belin segera merangkul temannya itu dan membawanya ke dalam kelas untuk mengambil totebag milik Lala. “Ya Ampun, La.. kamu kok bisa terkunci di dalam kamar mandi gimana ceritanya?” tanya Belin dengan nada rendah. “Ceritanya itu, begitu aku masuk kamar mandi pintunya aku kunci. Selesai buang air kecil dan ganti pakaian dinas lapangan, aku mau keluar, pas waktu buka pintu ternyata pegangannya yang dalam copot. Terus aku terjebak deh.” Jawab Lala. “Ya Ampun, La... yaudah minum dulu biar sedikit tenang, habis ini aku antar kamu pulang.” Sahut Belin. “Trimakasih banyak ya, Bel.” Ucap Lala usai minum air yang diberikan oleh Belin. Mereka berdua berjalan menuju gerbang utama sekolah, heningnya suasanya disekolah menjadi tanda bahwa sekolahan akan segera ditutup. Sudah tidak ada lagi siswa yang berkeliaran di sini. Belin dan Lala duduk dihalte sambil menunggu jemputan. “Nanti aku turun ditempat tambal ban aja ya, Bel.” Ucap Lala. “Loh kenapa emang? Aku antar sampai rumah aja, lagian sekarang kan udah mau magrib, pasti udah tutup tukang tambal bannya. Itu kakak aku udah sampai.” Belin berdiri dan menggandeng tangn Lala, kemudian Belin segera membukakan pintu mobil dan menaikinya bersama Lala. “Makasih ya, Bel. Kamu udah banyak menolongku.” Ucap Lala dengan mata yang berkaca-kaca. “Udah jangan sedih gitu, sekarang kamu udah aman, lain kali kamu harus bawa handphone untuk komunikasi kalau terjadi apa-apa.” Ucap Belin sambil memeluk temannya. *** Tiba dirumah Lala, terdapat wanita berusia 32 tahun yang menggunakan pakaian rumahan sambil memegang gagang sapu. Wanita tersebut berdiam diri sambil melotot melirik ke arah Lala, wanita tersebut yaitu, Susi Herawati. Dia adalah adik dari almarhum ayah kandung Lala, yang telah merawat dan membesarkan, sekaligus sebagai pengganti orang tuanya dari bayi. “Jam berapa ini kamu baru pulang? Habis main kemana? Dasar anak tidak tahu waktu!” Susi mengomel dan mengarahkan sapu itu ke paha Lala. “Ampun tante, Lala tadi habis terjebak di dalam kamar mandi.” Ucap Lala dengan nada rendah. “Dasar anak tidak tahu diuntung! Kamu itu banyal alesan!!” sahut Susi ketus. “Tante kalau nggak percaya boleh tanya Pak satpam.” Ucap Lala sambil menangis kesakitan. “Udah puas belum? Enak kan pulang larut terus dapat jajan pukulan dari tante?” tanya Susi dengan nada tinggi. “Ampun tante..Lala nggak keluyuran, Lala berani bersumpah.” Ucap Lala. Perempuan itu meletakkan sapu dan dilanjutkan dengan menjewer telinga Lala. “Sakit tante...” Ucap Lala merintih kesakitan. “Tante Susi, tolong dengerin dan percaya sama Lala. Lala nggak bohong, Te.” Ucap Lala tegas. “Kamu sekarang berani melawan Tante? Udah pinter kamu ya.” teriak Susi dengan nada tinggi. “Cukup, Lala bukan anak kecil lagi! Lala udah kenyang dengan apa yang telah Tante Susi berikan kepada, Lala dari kecil.” Ia memegang tangan Susi yang menjewer telinganya. “Asalkan Lala mau, Lala bisa ngelaporin tindakan keji tante kepada pihak kepolisian dengan tuduhan penganiayaan.” Ucap Lala tidak main-main. Lala pergi kedalam kamar dan membersihkan diri, setelah itu ia melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim. *** “Ya Allah beri hamba kekuatan serta kesabaran untuk menjalani dan melewati semua ini. Pah, Mah, kenapa kalian meninggalkan Lala disini? Lala sedih pah, dari kecil Lala selalu disakiti oleh Tante Susi, Lala diperlakukan layaknya pembantu. Lala tak pernah bahagia dirumah ini. Lala minta restu kalian berdua supaya Lala menjadi orang yang sukses dan bisa mandiri, hidup tenang tanpa adanya siksaan. Doa Lala selalu menyertai Papa dan Mama...” ia berdoa dengan khusu’ dengan mengangkat kedua tangannya untuk memohon kepada sang Pencipta, air matanya mengalir membasahi pipi dan telapak tanggannya. Usai menjalankan ibadah ia membereskan peralatan Sholat yang ia kenakan dan menaruhnya kedalam nakas yang berada di samping kiri tempat tidurnya. Jam dinding berwarna kuning itu menjadi saksi Lala dalam menjalankan aktifitas kesehariannya di dalam kamar. Selesai menjalankan ibadah dan makan malam, Ia selalu menggunakan waktunya untuk belajar dan membaca buku. Selain membaca, ia juga sangat gemar menggambar. Lala menyimpan semua hasil karya menggambarnya di dalam lemari bersama dengan buku-buku. “Tugas sekolah udah kelar, aku pengen nggambar nih, udah dua minggu aku nggak pegang buku gambar.” Terlintas muncul ide dibenaknya. Ia segera bangkit dan mengambil peralatan menggambarnya dan memulai dengan membuat sketsa. ~Hoooamm~ Ditengah aktifitas menggambarnya, Lala menguap berkali-kali. Ia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan menggosok gigi. “Baru jam 21.00 kok udah ngantuk yah.” Ucapnya sambil mengusap muka menggunakan handuk. Kemudian ia kembali ke tempat tidur dan bersiap untuk melanjutkan aktifitas keesokan harinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD