BAB 4

1702 Words
| 04 Kamis pagi yang cerah, dibawah cendela kamar berwarna putih dengan ukiran klasik terdapat beberapa bunga yang mulai bermekaran. Aroma bunga lavender yang menerobos masuk melalui cendela menjadikan ruangan kamar tidur Lala sangat khas. Tata ruang yang rapi membuat setiap orang yang melihatnya betah dan ingin menghabiskan tidur didalamnya. Lala adalah remaja yang rajin dan mandiri. Sejak kecil ia sudah membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhannya, baik urusan sekolah maupun urusan rumah. ~Clek~ Lala membuka pintu lemari yang berisikan buku-buku dan berkas penting sekolah. Susunan buku yang rapi membuat Lala mudah dalam mengambil buku yang diperlukan. Tetapi berbeda dengan pagi hari ini, ia sedikit bingung karena sejak kemarin malam ia belum menemukan lembar untuk mengisi hasil penelitian kimia. “Keselip dimana ya lembarannya?” batin Lala sambil membedah isi lemari dan mondar-mandir mencari lembaran. “Sekarang jam berapa nih, aku belum masukin jas laboratorium ke dalam tas.” Ucap Lala sambil mengenakan jam tangan favoritnya. “Astagaa ternyata sudah jam 06.35 WIB, bisa telat lagi nih kalo aku nggak segera berangkat.” Ucapnya panik. Kemudian Lala segera menyiapkan bekal makanan untuk makan siang dan mengenakan sepatu lalu berangkat ke sekolah. Meski tantenya selalu bersikap jahat serta tidak adil kepadanya, hal tersebut tidak membuat Lala melupakan kewajibannya untuk selalu berpamitan setiap ingin berangkat sekolah maupun pergi bermain kerumah temannya. “Tante Susi, Lala berangkat sekolah dulu.” Pamit Lala sambil mencium tangan tantenya. “Iya terserah kamu mau sekolah apa enggak, bukan urusan tante.” Jawab Susi ketus dan menarik tangannya yang dipegang Lala. “Baik, Tante.. doakan Lala sukses, Assalamualaikum.” Ucap Lala pelan. Kemudian Lala berjalan menuju pintu keluar rumah, dan mengambil sepeda roda dua yang berwarna merah di dalam garasi rumah yang ia diami. Dengan perlahan ia mengeluarkan sepeda tersebut supaya tidak menyerempet mobil milik tantenya. *** Sesampai disekolah, Lala berjalan menuju kelasnya dan menaruh totebag warna coklat diatas bangku. Kemudian ia menghampiri temannya untuk menanyakan tentang lembar praktek. “Eh, Lembar untuk mengisi hasil praktek laboratorium kalian ada nggak?” tanya Lala kepada anak yang duduk bergerombol dibawah papan tulis. “Ada, La. Kenapa?” jawab salah satu temannya. “Kok punyaku nggak ada, ya. Padahal waktu itu sudah aku print out.” Lanjut Lala. “Kamu cetak lagi aja, La.. atau nunggu Belin dateng, siapa tau dibawa Belin.” Ucap temannya. “Iya deh, aku nunggu Belin aja. Udah jam segini, dia belum juga datang. 8 menit lagi kan bel masuk berbunyi.” Celoteh Lala dan kembali duduk dibangkunya. Selang tiga menit Belin sampai didalam kelas dan tiba-tiba ia tersenyum lepas seperti juliet bertemu dengan romeo. “Haaay.. pagi-pagi gini nglamunin apa loh?” sapa Belin. “Cepet duduk gih, kamu tau lembar praktek aku nggak?” tanya Lala. “Lembar yang mana, La??” sahut Belin tegang. “Kamu jangan ngaco deh, Bel. Nanti kita paktek kimia dilaboratorium. Jangan-jangan kamu lupa?” lanjut Lala panik. “Hihiiii kalo itu mah aku nggak lupa.” Ucap Belin cekikikan. “Terus lembar praktek aku ada di kamu kan?” tanya Lala sekali lagi untuk memastikan. “Kenapa, La? Punya kamu hilang ya? Kalo hilang buruan print out lagi.” Ucap Belin dengan santai. “Mampus deh kalo kayak gini.” Batin Lala. “Ikut aku print out ulang yuk, buruan.” Ajak Lala. “Males ah, aku capek habis naik sepeda pancal tadi.” Ucap Belin usai minum. “Yaudah aku brangkat sendiri aja, mumpung guru kimianya belum dateng.” Ucap Lala. Lala mengambil flashdisk yang berada didalam kotak pensilnya dan berjalan cepat menuju koprasi siswa untuk menyetak ulang file tersebut. Namun sebelum beranjak ke koprasi siswa, langkahnya terhenti saat berada didepan pintu kelasnya. “La, berhenti dulu.” Teriak Belin. “Ada apa lagi?” tanya Lala singkat. Belin berlari menghampiri Lala dan mencegah Lala untuk pergi ke koprasi siswa. “Hihii kasian deh, kamu sengaja aku kerjain, satu kosong nih." Bisikan Belin dengan cengengesan. Begitu Lala tahu bahwa ia telah berhasil dikerjain oleh Belin, Lala segera mendorong Belin dengan sebal. “Tuh, kan. Kamu nyebelin banget. Aku udah bingung dan gugup tadi.” Ucap Lala marah dan berjalanan menuju bangku. “Maaf deh kalo gitu.” Ucap Belin sambil mengikuti langkah Lala. “La, ekspresi kamu lucu banget tau kalo sedang dikerjain gini.” Lanjutnya. “Awas ya, kalo kamu ngerjain aku lagi. Aku unggah video kamu waktu tidurnya ngorok kayak kodok.” Ancam Lala sebal. “Eh, ya jangan dong, La. Kelewatan banget kalo itu.” Sahut Belin. “Sekarang mana lembaran aku!” pinta Lala. “Iye-iyee sabar dulu napah neng.” Goda Belin, *** ~plek plek plek plek~ Suara pantovel yang khas sedang berjalan mendekati ruang kelas Lala dan memasuki kelas tersebut. “Selamat pagi, anak-anak.” Salam Bu guru kepada semua siswa-siswi yang ada didalam ruangan tersebut. “Selamat pagi juga Bu...” jawab murid serentak. “Jadwal pertemuan hari ini, kita praktek dilaboratorium kimia ya, dan jangan lupa dengan beberapa item yang sebelumnya sudah saya suruh untuk dipersiapkan, sekarang dibawa semua.” Ucap Bu guru sambil mengisi jurnal yang terletak diatas meja. Seluruh siswa segera menyiapkan semua peralatan dan mengenakan jas laboratorium sembari menunggu perintah selanjutnya dari Bu guru. “Baik, apabila kalian sudah siap, mari kita menuju laboratorium bersama.” Ajak Bu guru. “Baik, Bu...” sahut para siswa serentak. Semua siswa satu kelas serta Ibu guru berjalan menuju laboratorium. Ketika sudah berada didalam ruangan, seluruh siswa di absen satu persatu sekaligus untuk mengontrol atribut. Guna untuk memastikan bahwa semua sudah menggunakan masker dan sarung tangan latek. “Semua sudah saya absen, kalo ada yang terlewat, bilang ya.” ucap Bu guru. “Apabila tidak ada yang terlewat, kita lanjut ke materi sebentar untuk mematangkan pemahaman kalian sebelum memulai praktek, jika masih ada yang bingung segera ditanyakan. Setelah itu kita praktek dan di ambil nilainya secara individu.” Lanjutnya. Flashback on “Santai aja, dek. Jangan gerogi.. aku nggak modus kok. Oiya kamu lupa pakai sarung tangan, ini yang mau kita tuang cairannya mengandung air keras loh.” Ucap kakak kelas kepada Lala. "Iya, kak." sahut Lala. Kemudia Lala memakai kedua sarung tangan tersebut dan mengambil gelas labu ukur, lalu gelas tersebut diberikan kepada kakak kelas. “Ganteng banget kakaknya.” Batin Lala ketika melihat paras kakak kelas. “Itu hidungnya mancung banget, tinggi dan putih kayak orang timur.” Lanjut batinnya. Flashback off “La, kamu pagi-pagi gini udah bengong, mikirin apa emang?” tanya Belin sambil menepuk bahu Lala. “Eh, enggak kok, Aku nggak bengong.” Jawab Lala singkat sambil garuk-garuk leher. “Terus ngapain coba diem sambil senyum-senyum sendiri? Lagi kasmaran yakk?” ucap Belin sambil menyentil pipi chuby Lala. “Ngaco kamu, aku tadi itu sekilas keingat kakak kelas kita yang raut mukanya ganteng, putih, dan mancung kayak orang timur. Kamu tau nggak sih? Yang dulu pernah bimbing aku waktu praktek neliti kandungan soda itu loh.” Penjelasan Lala dengan pelan agar suaranya tidak terdengar guru yang sedang menjelaskan materi. “Ohh yang postur tubuhnya kurus dan tinggi itu? Iya, aku tahu.. aku sempat fans banget, tapi fans gelap hihi.” Jawab Belin cekikikan. “Aku dulu sempat dikerjain tau, katanya disuruh pakai sarung tangan, biar tangan aku nggak kena air keras. Padahal kan itu air aqua. Bodohnya aku.” Sahut Lala merasa ilfeel. “Cieee dimodusin cogan.” Ejek Belin. “Baik, sekarang waktunya kita praktek. Jangan sampai ada prosedur yang salah, karena hasilnya nanti nggak sesuai dengan yang sudah saya contohkan barusan.” Ucap Bu guru sedikit keras, supaya semuanya jelas dengan perintahnya. “Iyaa Bu...” jawab siswa serentak. “Eh, ngomong apa tadi gurunya?” tanya Beli pada teman yang duduk di depannya. “Kamu dari tadi nggak dengerin ya?” tanya temannya. “Enggak, nih.” Jawab Belin meringis. “Makanya, kalo ada guru njelasin itu didengerin baik-baik, jangan nggosip aja.” Ejek teman laki-laki yang nguping pembicaraannya. “Buset, jangan ikut-ikutan woy.” Teriak Belin. “La, kamu faham nggak sih sama penjelasan Bu guru tadi?” tanya Belin sambil membuntutin Lala yang sedang mencuci tabung reaksi. “Ya faham dungs, kemarin aku udah baca materinya.” Jawab Lala santai. “Ajarin aku ya, plisss.” Pinta Belin. “Nggak mau.” Sahut Lala. “Ini juga gara-gara aku dengerin curhatan kamu soal kakak kelas yang ganteng itu, jadi ketinggalan praktek deh.” Lanjut Belin kesal. “Hidihh salah sendiri kamu dengerin, emang aku nyuruh kamu untuk dengerin aku? Enggak kan...” ucap Lala sambil ngeledek. “Makanya kalo malam itu belajar, jangan main HP terus, chatingan mulu sampai larut.” Tegur Lala. “Iye-iyee neng, ntar malem aku belajar.” Ucap Belin. “Semua pelajaran harus dipelajari, Bel. Bukan Matematika doang yang kamu pelajari karena itu matapelajaran yang paling kamu sukai, dengan alasan pelajaran yang lain hasilnya balance.” Ucap Lala sambil menyiapkan bahan-bahan yang akan ia larutkan bersama cairan khusus ke dalam labu ukur. “La, kamu mau nuntun aku praktek nggak sih? Ceramahnya ntar aja kalo udah selesai, okay.” Ucap Belin. “Iya, aku tuntun.. kamu kerjakan seperti apa yang udah aku kerjakan barusan, cepetan! Biar nggak ketinggalan sama yang lain.” Perintah Lala. Kemudian Belin segera menyiapkan labu ukur serta mencuci tabung reaksi. Kemudian melarutkan bahan-bahan khusus kedalam labu ukur. Lalu ia berjalan menuju meja praktek Lala untuk mengoreksi pekerjaannya barusan. “La, aku udah selesai. Setelah ini apa lagi prosedurnya?” tanya Belin sambil memberikan hasil pekerjaannya. “Kamu larutin pake jari sampai berubah menjadi warna merah muda. Apabila tidak ada perubahan, kamu ulangi lagi dari awal dengan mengukur bahan-bahannya terlebih dahulu sesuai takaran. Jangan sampai kelebihan bahan, ntar gagal lagi.” Koreksi Lala dengan teliti. “Siap Bu Lalaa.” Ucap Belin sambil sesekali memberi hormat kepada Lala. “Dasar aneh ni bocah.” Batin Lala sambil melanjutkan aktifitasnya. *** “Bagaimana, ada yang sudah selesai? Atau masih ada yang prakteknya gagal?” tiba-tiba Bu guru muncul didalam ruangan. Seketika membuat Belin dan beberapa temannya gugup karena praktenya belum kelar. “La, gimana nih? Punya aku belum selesai. Kamu kan udah selesai, bantuin aku yak?” Pinta Belin dengan panik. “Iya aku bantu, tunggu 4 menit lagi selesai.” Ucap Lala. “Trimakasih Tuhan.. sudah memberi hamba sahabat yang baik dan setia ini.. tapi sayang, dia jomblo.” Ucap Belin sambil merangkul Lala. “Barusan ngomong apa kamu? Aku jomblo? Awas ya, habis ini kamu juga ikutan jomblo.” Ledek Lala. “Bercanda kali, jangan dimasukin hati.” Sahut Belin. “Udah selesai nih, jangan lupa ntar traktir aku mie ayam sepulang sekolah.” Ucap Lala sambil memberikan hasil pekerjaannya kepada Belin. “Iye-iyeee, mau berapa mangkuk pun aku berikan, La. Mangkuknya aja tapi, mie ayamnya aku yang makan.” Lanjut Belin cekikiran. “Hmm tau gini aku buang hasil pekerjaannya.” Goda Lala. Tak lama kemudian, Bu guru menghampiri siswanya satu persatu untuk mengambil nilai hasil prakteknya barusan. Serta meminta lembar hasil prakteknya untuk dijadikan dokumen khusus. *** “Saya kira praktek hari ini selesai, silahkan membersihkan laboratorium terlebih dahulu sebelum meninggalkan ruangan. Karena kebersihan merupakan sebagian dari iman. Nilainya akan saya umumkan minggu depan. See you next.” Pamit bu guru kepada muridnya. “See you too Bu...” balas murid serempak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD