INAD 3

1244 Words
"Qian, kamu akan mulai bersekolah besok." Qian menghentikan makannya bingung, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Val dengan kata sekolah sebelumnya. Tidak menunggu Qian bahkan memproses ucapannya, Val segera melanjutkan lagi ucapannya lagi dengan tenang. "Segala kebutuhanmu telah kusiapkan. Kamu akan bersekolah di tempat yang sana dengan Peter, Hera dan Jake." Qian menghentikan acara mengunyahnya. Dirinya murung. Sudah tidak tahu apa itu sekolah, sekarang dia malah harus harus bersekolah bersama werewolf menyeramkan yang namanya Peter itu. Qian tidak suka dibenci, dan sekarang dia malah diminta bersama orang yang jelas-jelas memberinya tatapan tidak suka di tiap kali ada kesempatan. "Aku..... Tidak mau sekolah," gumam Qian pelan. Kepalanya menunduk dalam, takut jika saja Val tiba-tiba marah padanya karena penolakan terang-terangannya ini. Sebenarnya Qian takut untuk menolak perkataan dari alphanya. Namun sungguh, Qian bahkan tidak tahu apa itu sekolah dan kini harus dipasangkan dengan werewolf galak itu. Sejujurnya, Qian bahkan masih asing dengan semua hal yang ada di tempat ini. Cahaya yang bisa mati dan menyala hanya dengan menekan tombol, manusia yang terperangkap dalam kotak, dan api yang bisa menyala tanpa kayu. Hal yang dianggap biasa di sini saja Qian belum paham seluruh cara kerjanya. sekarang sekolah? Alat aneh macam apa lagi itu? Di sisi lain Val mengangkat alisnya terkejut. Luna kecilnya itu sudah berani membantahnya sekarang? "Kenapa?" tanya Val singkat. Sebenarnya nadanya biasa saja. Namun bagi Qian yang baru disini, nada itu terdengar seperti ancaman yang menusuk sampai ke dalam hatinya. "S-sekolah itu apa? Um.... Diluar sana banyak manusia dan-" "Hera, Peter dan Jake juga akan menemanimu. Tidak akan ada yang mengetahui kamu seorang werewolf selama kamu menuruti perkataanku, dan mendengarkan mereka selama berada di sekolah. Lagipula, apa kamu ingin buta huruf selamanya? Kamu akan mati jika terus bertahan dengan cara hidup yang kuno seperti itu." Menusuk. Val sebenarnya mengatakan hal yang sebenarnya. Lagipula, di jaman di mana kota modern adalah peradaban biasa seperti saat ini, siapa yang masih buta huruf seperti Qian? Orang kalangan bawah saja bisa mengakses tempat belajar membaca secara gratis disini. "A-aku bisa membaca," bela Qian kecil, membuat Val menaikan alisnya karena sedikit terkejut. "Seorang professor yang pernah ditolong Alpha pack yang mengajari kami membaca dan menulis. Aku.... Aku setidaknya bisa membaca," lanjut Qian lagi. Setelah dia selesai berkata, terdengar suara decakan yang cukup keras dari werewolf yang lain. Peter menyimpan garpu makannya jengah, jelas-jelas memandang Qian tidak suka ke arah Qian di depan yang lainnya. "Kamu ini banyak alasan ya? Sudah untung Kakak mau menyekolahkanmu. Huh, kamu belum pantas menjadi mate kakakku jika kamu bodoh begitu," ucap Peter kesal, yang membuat dirinya ditatap lama oleh Val. "Jangan menghina Lunamu, Peter!" Duke berusaha mengingatkan Beta muda itu. Suasana ruang makan mendadak berubah dingin. Dan Qian kini merasa semua itu merupakan kesalahannya. Air matanya menetes dalam diam saat orang-orang tidak memerhatikan. Qian memang terkenal cengeng sejak kecil, apalagi jika itu menyangkut orang-orang di sekitarnya. "Dasar adik menyebalkan! Lihat! Kau membuat puppy menangis!" omel Zen tidak terima. Tangannya terulur untuk mengusap lembut kepala Qian. Membuat Val balik mengerutkan keningnya kecil sekarang. "Dia ini masih terlalu takut untuk bertemu manusia. Dengan alat-alat di sekitar rumah saja, dia masih merasa asing Peter. Lagiupula, kamu memang tahu apa yang dialaminya selama ini? Jangan menekannya lagi dengan alasan dia adalah Luna pack ini atau aku akan benar-benar marah padamu Peter!" ancam Zen serius, yang hanya dibalas senyuman mengejek dari Peter. "Kamu membelanya? Jangan bilang kamu suka padanya. Dia itu mate Kakak, seseorang yang akan menjadi pendamping pemimpin pack ini untuk waktu yang lama! Sudah tugas kita untuk menjadikannya layak ada di pack ini tahu!" bela Peter tidak mau kalah. Tak "Cukup." Bariton dingin itu menghentikan perdebatan mereka. Val menghentikan acara makannya, sepenuhnya fokus pada Qian yang berusaha sebisa mungkin untuk menghapus air matanya lagi dan lagi. Val menghela nafas panjang. Dia hanya ingin melakukan yang terbaik untuk matenya itu, tapi nampaknya Qian malah salah paham dan dia malah berujung dengan membuat mate kecilnya itu sedih. "Kamu takut untuk pergi ke sekolah, Qian?" tanya Val memastikan.Qian hanya diam menunduk sebagai jawaban. Dia sesekali menggeleng, dan kadang mengangguk saat dia merasa jawabannya itu salah. Ayolah, feromone Val itu menekannya. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa saat ini! "Apa kamu bahkan tahu apa itu sekolah?" tanya Val lagi. Kali ini Qian langsung menggeleng. Membuat Peter lagi-lagi ingin menyemprot Luna kecil itu sebelum Hera menutup mulutnya dengan sadis. "Sekolah adalah tempat para manusia mencari ilmu, yang akan berguna juga untuk kita yang ingin bertahan hidup di antara manusia begini. Kamu akan mendapatkan banyak cara untuk bertahan hidup di jaman modern ini dari tempat itu. Kamu juga akan belajar bagaimana caranya berbaur dengan manusia tanpa dicurigai, dan hal-hal seperti itu," jelas Val sabar. Suatu keajaiban, dia bisa sabar dan lembut dalam banyak hal semenjak bertemu dengan mate kecilnya itu. Qian tertegun. Bayangan manusia-manusia yang memburu packnya sambil membawa senjata membuat air mata perlajan menggenang di pelupuk matanya. Kenapa dia harus bertemu mereka lagi? Kenapa dia harus bersikap layaknya mereka? Mereka kan orang-orang jahat. Qian pikir akan lebih baik jika mereka tinggal di hutan sebagaimana werewolf hidup selama ini. Setidaknya mereka bebas, dan tidak harus makan sayur dan makanan-makanan aneh lainnya seperti dia di tempat ini. Puk "Kami tahu kau takut Sayang. Tapi.... Tidak semua manusia itu jahat seperti yang telah kamu temui. Lagipula, Jack, Peter dan Hera bisa menjagamu kan? Akan kujamin bahwa sekolah akan menjadi tempat yang kamu sukai," senyum Siren mampu menghentikan tangis dalam diam Qian. Tangan lembutnya mengusap air mata werewolf kecil itu. Membuat mata bulatnya menatap Siren polos dengan bibir semerah cherry yang nampak lembab dan sedikit bergetar. Aih, kenapa anaknya tidak selucu Qian sih?! Siren diam-diam mengeluh didalam hatinya. Tangan Zen merangkul pelan Qian yang telah berusaha untuk berhenti menangis. Dia mengusapkan tisu dengan lembut ke wajah Qian yang bulat. Persis seperti hamster yang diam dengan patuh saat dia membersihkan sisa-sisa air mata di wajah lucu itu. "Jadi, masih takut dengan sekolah?" tanya Zen lembut. Qian perlahan menggeleng pelan, dia tengaha berusaha untuk percaya kata-kata Siren kini. "Itu baru Luna kita," hibur Val santai sambil mengusak rambut Qian lembut. Kegiatannya itu sungguh mengasikan, sebelum wajah Val berubah dingin tidak terima matenya diperlakukan seperti itu. Alpha itu, sadar atau tidak secara naluri akan selalu bersikap possessif pada pasangannya. "Habiskan sarapan kalian. Semua kegiatan akan dimulai jam delapan nanti," tegur Val sambil menyantap makanannya kembali. Semuanya mengangguk, kali ini mereka makan dalam ketenangan. Val diam-diam memperhatikan Qian yang tengah memakan makanannya dengan sedikit berantakan saat menggunakan sendok dan garpu di tangannya. Dia memang masih harus banyak belajar, dia harus meminta seseorang mengajari anak itu kelas tatakrama nanti. "Zen, masukan Qian pada kelas tatakrama sepulang sekolah," titah Val yang dibalas anggukan oleh lelaki berkacamata itu. Qian menghentikan sarapannya lagi, apa dia berbuat salah lagi kali ini? "Kamu tidak salah. Sudahlah, lanjutkan saja acara makanmu," putus Val sebelum mereka kembali menikmati makanan dalam diam. Diam, karena dalam hati Qian sebenarnya penasaran dengan tempat bernama sekolah yang dimaksudkan semua orang. Itu bukan tempat tumpukan sel dimana sebangsanya akan dikurung kan? Bukan juga tempat dimana dia akan disiksa jika menangis atau melakukan suatu kesalahan kan? Sepertinya bukan. Wajah werewolf bernama Siren itu tulus saat mengatakan semua akan baik-baik saja. Qian percaya padanya. Qian harus mempercayai keluarga barunya bagaimanapun juga. Tidak terkecuali, seseorang yang sedang memakan makanannya dengan kesal sekarang. Awas saja kau anjing bau. Beraninya masuk dan bertingkah seolah kau berharga didepan Kakak. bisik seseorang dengan nada kesal. To be continued.......   Silahkan tekan love sebagai bentuk dukungan untuk Saya^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD