CHAPTER 01

2021 Words
Suara bell dari speaker sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran akan dilaksanakan "Ting-ting ... ting-ting," semua murid berbondong-bondong menuju kelas mereka masing-masing. "Berikutnya adalah olahraga, aku penasaran lapangan seperti apa yang di miliki sekolah elit ini?!" Gumam Asher sambil berjalan menuju kelas bersama Satya, Naomi dan Arlo. "Penggila olahraga memang beda," ledek Naomi mengikuti langkah mereka berempat menuju kelas. "Yang penting aku tidak segila Arlo, lihat saja tubuhnya yang besar membuat takut para Siswa dan Siswi. Dia juga jadi pusat perhatian," ledek Asher pada Arlo melindungi diri dari ledekkan Naomi. "Lebih baik aku punya tubuh besar dari pada Satya, lihat saja tubuhnya yang kurus pasti makan dan tidurmu tidak teratur?!" ledek Arlo ke Satya. "Aku sudah mengira akan menjadi bahan obrolan kalian. Lagi pula kenapa ini jadi ajang ledek-meledek," oceh Satya kesal. Pembicaraan tersebut berhenti ketika Satya berbicara terang-terangan. Mereka sampai selanjutnya mengambil baju olahraga di meja kelas masing-masing. Pakaian ini berbahan Spandeks dengan sentuhan teknologi yang dapat merekam kondisi tubuh si pemakai. Kelas yang sedikit ramai dan tidak terlalu hening membuat perasaan nyaman. Namun, perasaan nyaman itu lenyap ketika ada keributan di bangku depan pojok kanan, dekat pintu. "Laki-laki harap keluar sebentar, kami ingin ganti baju!" seru salah satu teman perempuan satu kelas di dekat pintu. "Kami dulu yang berganti pakaian, karena lebih cepat tanpa berdandan terlebih dahulu," balas teman pria satu kelas berebut tempat Saat mendengar keributan di dalam kelas Naomi berinisiatif membantu "Setidaknya kamu mengalah, kita terlebih dahulu yang ingin memakai kelas ini untuk jadi tempat ganti," tutur Naomi jengkel saat menyela pembicaraan. "Harusnya kami dulu, karena lebih cepat saat berganti pakaian!" ucap Asher ikut menyela pembicaraan. "Ooh jadi begitu, harusnya perempuan didahulukan dari pada pria. Perempuan itu lebih spesial makanya lama!" ucap Naomi ke Asher dengan suara lantang. "Ya sudah, kita mengalah saja," ujar Asher mengajak teman pria sekelasnya keluar kelas. Akhirnya, masalah terselesaikan para gadis menang dalam adu debat. Kemudian, jendela dan pintu ditutup rapat. Tapi kekalahan Asher dalam berdebat punya maksud lain. Setelah pintu tertutup rapat disisi lain niat jahat Arlo timbul disaat para pria berkumpul. "Mmm, jika saja kita dapat mengintip dari celah ventilasi kecil itu," ujar Arlo menunjuk tempat ventilasi berbentuk jaring di atas pintu. "Aku punya alat yang bisa menjangkau di atas yaitu kamera pipe!" seru Asher ke mereka layaknya tokoh kartun ikonik mengeluarkan benda ajaib. "Wah ... kalo tidak salah ini kamera militer yang biasa untuk mengintip ruangan lewat celah sempit bukan?" Tanya teman pria di sebelah Arlo menebak-nebak. "Iya benar. Langsung saja kita demonstrasi," oceh Asher dengan niat kotornya. "Apa kalian mau terang-terangan mengintip di lorong kelas ini?" tanya Satya berniat menghalangi niat buruk teman-teman satu kelasnya. "Lagian jam pelajaran sudah dimulai, lorong kelas sepi dan pintu kelas di tutup, buat apa kita takut?!" balas Salah satu teman kelasnya. "Bagaimana jika ada seseorang lewat," ucap Satya sambil memasang muka datar. "Kami akan saling menjaga," jawab singkat Arlo. Satya menyerah lalu membiarkan mereka melakukan sesuka hati. Asher, Arlo dan teman-teman satu kelas melancarkan aksinya semua terlihat berjalan lancar hingga saat ini. Kamera pipe telah di hidupkan ke tablet layar menggunakan koneksi bluetooth. Gambar dari dalam kelas sudah terlihat. Anehnya, tidak ada satupun gadis terlihat. Swush ... klek ...! Pintu pun terbuka para gadis memergoki mereka ketika para laki-laki berada di depan pintu. Para gadis berteriak "Ahh ... m***m!" sialnya Asher memegang tablet sedangkan Arlo memegang Kamera pipe. Akhirnya, mereka di tampar satu persatu. Kecuali Satya. Gadis-gadis langsung menuju ruang guru untuk mencari bu Valerie ke tempat Olahraga, karena mereka tidak tahu lokasi lapangan. "Hufft, untung saja Naomi sempat menguping pembicaraan mereka." menghela napas panjang sambil berkata, "Aku pikir Satya terlihat keren saat mengulur waktu untuk kita berganti baju" demikian ucap teman wanita satu kelas di sebelah kirinya. "Apa kamu punya hubungan dengan Satya?. Aku sempat berpikir kamu berpacaran dengannya karena sering terlihat berpegangan tangan saat kalian istirahat. Namaku Cristabell foxie" sambung teman wanita satu kelas tersebut, mengulurkan tangan untuk bersalaman sembari berjalan menuju ruang guru. "Hhmm, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Saat aku bersamanya serasa bertemu teman sangat dekat, mungkin karena kami keturunan Asia," jawab Naomi sedikit bingung menjelaskan perasaannya. "Salam kenal. Mhmm ... Cristabell?!" lanjut Naomi bingung cara memanggil teman satu kelasnya tersebut. "Panggil saja Foxie terdengar simple bukan?!" balas Foxie memahami maksud Naomi. "Terus, apa kamu tertarik dengan Satya? Jika tidak Aku ingin mendekatinya!" tanya Foxie sedikit menekan Naomi dan memasang wajah sedikit memohon. " Iy-Iy-Iya boleh kok," jawab Naomi menoleh ke kiri yang sedikit malu ketika di tatap dari dekat. "Asyikk ... Makasih Naomi," balas Foxie kegirangan lalu lari dan meloncat-loncat mendahului Naomi dan teman-temannya. Mereka tiba di ruang guru, lalu mencari bu Valerie. Setelah berbincang kami di suruh menunggu Siswa lainnya yang sedang berganti baju. Sebelumnya. Suara tamparan keras terdengar sangat nyaring, "Plak ... plak ..." hasilnya pipi mereka menjadi merah 14 dari 15 siswa terkena tamparan itu, kecuali Satya. "Aduhhh ... Sakit ..." ucap salah satu teman sekelasnya memegang pipi kanan yang terlihat merah seperti tomat. Teman sekelas lainnya ikut memprovokasi. Berkata, "Ini semua gara-gara ide Asher yang terlewat m***m," "Iya, Ini semua gara-gara Asher," ujar mereka serentak di dalam kelas. "Lagi pula kenapa kalian setuju dengan ide gilaku?" tanya Asher kesal karena di jadikan pelampiasan. "Cukup, percuma kita berdebat ini sudah terjadi. Sebenarnya kita punya cukup waktu lebih untuk mengintip, tapi rencana kita terhalangi oleh Satya dengan sengaja mengulur waktu," oceh Arlo memecah ketegangan. menengok kanan dan kiri. Teman satu kelas berkata, "Lalu, Satya pergi ke mana?" sambil mencari Satya. Aku menguping dari balik pintu kelas, "Aku sudah menduga ini akan terjadi, maka aku pergi terlebih dahulu sebelum mereka sadari" benak Satya dalam hati sembari berjalan menelusuri lorong menuju ruang guru. Sesudahnya. Para siswa dan siswi telah berkumpul di ruang guru. Setelah itu, kami pergi ke lapangan dengan luas 10 hektar. Akan tetapi bukan itu yang kami tuju. Tapi, sebuah pondok tua klub karate. Bu Valerie menyuruh kami pemanasan mandiri selama 10 menit yang dipimpin Arlo. "Siapa disini yang bisa seni bela diri, jika ada silahkan maju!" ujar bu valerie mempersilahkan maju. kami hanya bisa saling memandang karena ragu, Foxie teman baru Naomi mengangkat tangan lalu maju. "Terima kasih sudah memberanikan diri untuk maju, baik ayo mulai latihan," tutur bu Valerie. Siswa dan Siswi Kelas E menjauh membentuk lingkaran 10 meter sebagai arena tanding. Foxie hanya mengangguk di lanjutkan dengan membungkuk 30°, sembari menempelkan kedua tangan dengan posisi Namaste. "Mulai!" seru guru karate memulai pertandingan. Foxie mulai melakukan posisi kuda-kuda. Dimulai dari lutut kiri tekuk 35° disusul kaki kanan kedepan lurus, kaki kiri dibelakang membentuk huruf L terbalik. Selanjutnya tangan kanan diluruskan kebawah dekat ditengah kedua pangkal paha sebagai perisai dan tangan kiri di tekuk 45° sejajar dengan bahu kanan mengarah kesamping kanan. Diikuti bu Valerie memasang kuda-kuda air sword atau pedang udara dengan badan tegak lurus, kaki kiri sejajar kaki kanan sedikit dilebarkan 30cm. Kedua tangan tegak lurus ke bawah 30°. Tangan kiri, berada dibawah tangan kanan selanjutnya kedua telapak lurus jari-jari dirapatkan. Suasana di dalam pondok tua mulai sunyi memperhatikan bu Valerie dan Foxie unjuk gigi. Foxie berniat menyerang tetapi kembali mengurungkan niatnya karena posisi kuda-kuda bu Valerie tidak memperlihatkan sedikit celah. Walaupun, kuda-kuda bu Valerie terlihat sederhana. Namun, penuh tekanan yang membuat Foxie ragu-ragu beberapa kali. "Kenapa, kamu tidak bergerak!!" nada meremehkan keluar dari mulut bu Valerie. Swoooshh ... decit-decit ... Foxie akhirnya terprovokasi. Mendekat perlahan langsung menyerang menggunakan kaki kiri dengan cepat di barengi decitan lantai kayu. Akan tetapi serangan Foxie di tangkis dengan mudahnya oleh bu Valerie menggunakan tangan kanan. Lalu, memutar pergelangan tangan kanannya. Kemudian, ditarik ke belakang di bantu tangan kirinya mencengkram paha Foxie di akhiri mendorong memutar ke samping kanan, selanjutnya pinggul dan kaki sebelah kiri maju ke depan membuat garis setengah melingkar 90°. Foxie terhempas dengan mudahnya hanya dengan satu gerakan kaki saja. Foxie hanya meringis kesakitan saat terhempas. Sang Wasit menyudahi pertandingan yang di menangkan oleh bu Valerie. Mereka semua terkagum karena gerakan yang sempurna oleh bu Valerie. "Murid-murid berbaris ada yang ingin Ibu beri tahu," ucap bu Valerie. Para murid berbaris rapi kemudian mempersilahkan duduk. diikuti bu Valerie. "Aku lupa memberi tahu tentang kemampuan lensa mata yang aku beri tadi pagi," ujar bu Valerie tersenyum malu. Murid-murid mulai antusias mendengarkan yang akan di katakan bu Valerie. "Seperti yang kamu tahu, pertama kamu bisa mengaktifkan lensa dengan menggunakan suara dan dapat mengubah kalimat pengaktifan standar menjadi yang kamu inginkan" "Contoh ucapkan 'Lensa Aktif' lalu 'Perintah ubah nama' kemudian, sebut nama panggilan yang kamu inginkan," tutur bu Valerie memberi penjelasan. Semua murid kemudian mulai mencoba apa yang di ajarkan bu Valerie. "Selanjutnya kamu tinggal sebut map untuk melihat, tetapi map yang kamu lihat hanya dapat di lakukan jika kamu sudah pernah menjelajahi tempat tersebut." tuturnya. "Informasi map juga bisa di bagi ke sesama pengguna lensa. Kalian tinggal sebut 'Connect'. Kemudian, sebutkan tujuan pengiriman lewat nama pengaktifan lensa yang aku ajarkan tadi." "Seperti saat ini yang akan aku lakukan, kamu tolong maju sebutkan nama Ai lensamu." pinta bu valerie ke salah satu murid. Setelah itu mereka membagi informasi map sekolah ke semua murid. "Wahh map ini terlihat jelas sekali, dengan gambar 360° seperti berkeliling hanya dengan satu buah bola mata yang melayang," ucap salah satu pria didepan satya tersebut. "Oh iya lupa, tadi kalian ganti baju ini dimana?" tanya bu Valerie. "kami ganti baju di kelas bu. Karena, kami tidak tau letak tempat ganti baju," ucap salah satu gadis di belakang. terdengar suara sorak dari salah satu gadis, "Whuuu! ... ibu lupa sih jadi kami sempat ribut dengan teman pria satu kelas deh." "Maafkan ibu yaa, sekarang menu lainnya kalian bisa berbagi penglihatan dari jarak 1 km serta bisa berkomunikasi lewat daring dan pakaian yang kamu pakai terhubung oleh kapsul dan lensa yang ada pada tengkuk," tutur bu Valerie menjelaskan. "Pakaian ini dapat memperkuat fisikmu 25% selama 10 menit untuk batas amannya, jika lebih maka kematian akan datang kepada si pemakai cara penggunaannya sama seperti sebelumnya menggunakan perintah suara cukup kamu sebut 'Suitable aktif' maka akan aktif." sambung bu Valerie menjelaskan. "Penjelasan terakhir yaitu kemungkinan tak terbatas microchip transparan yang ada pada bagian Sklera mata," Lanjut bu Valerie Saat, ia ingin menjelaskan kembali bell telah berbunyi "Ting-ting ... ting-ting," usai sudah pelajaran hari ini, kemudian kami ke kelas berganti pakaian dan bergegas pulang ke rumah. "Yuk ke bioskop aku dengar ada film baru yang sedang rilis saat ini" ajak salah satu gadis di pojok depan sebelah kiri mengajak seorang pria di kelas E. "benarkah? Ahh, aku sangat capek. Aku sebenarnya ingin menonton," keluh pria sambil tersenyum. "Ayo ikut, nanti aku kasih hadiah deh. Pasti kamu suka?!" rayu gadis tersebut sambil memeluk lengan pria itu. Pria tersebut langsung terpancing berkata, "Benarkah?! hadiah seperti apa?" demikian tanya pria itu dengan sangat antusias. Gadis tersebut langsung berbisik-bisik pada sang pria itu. Entah apa itu, dari raut muka sang pria terlihat memerah seperti tomat yang sudah lama masak. Laki-laki itu meninggalkan kelas bersama gadis di sebelahnya. Kami hanya melirik di barengi rasa iri menyelimuti kami. "Bahagianya punya pacar. Bisa pergi kemana saja tanpa takut sendirian" ujar Arlo. "Emang kamu punya pacar Arlo?" ledek Naomi. "Pacar sih tidak punya kalau tunangan udah ada. Sayangnya kami tidak pernah bertemu dan hanya berkirim foto saja karena di jodohkan," balas Arlo sedikit menyombongkan diri lalu kecewa diakhir. "Ohh ... maafkan aku, seperti apa pacarmu?" tanya Naomi Arlo memperlihatkan foto tunangannya. "Cantik sekali, kelas berapa sekarang?" tanya Naomi. "Dia kelas 9 SMP, setahun lagi dia akan mendaftar disini. Namanya Aurelia Chayton," jawab Arlo tersenyum malu menyebut nama tunangannya. Setelah itu, Asher langsung menyela pembicaraan antara Arlo dan Naomi, "Apa enaknya punya pacar apalagi tunangan, kita disini selama 6 bulan setelah itu kita ujian. Ujian di SMA sangat berat, mereka yang tidak masuk peringkat 100 besar akan diikutkan F.K16 bayangkan saja jika selisih nilai kita hanya 00.01 saja." "Akan di ikutkan F.K16, Aku berniat mengikuti dalam ujian tersebut dengan nilai rendah untuk menyelamatkan orang yang tidak bisa melindungi dirinya" protes Asher mengerutkan dahinya. "Tenang pikirkan baik-baik, Kita pulang terlebih dahulu." tuturku kepada Asher Kemudian, kami pulang membawa beban pikiran yang diucapkan oleh Asher.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD