CHAPTER 02 : PENGUNTIT

1590 Words
Matahari mulai meninggi memancarkan sinarnya dari balik gedung apartemen lantai 50. Lantai kamar berwarna hitam tembok berwarna putih cerah dan langit-langit berwarna hitam terlihat elegan. Kecuali, Satya yang tidur serampangan di kasur magnet empuk yang mengambang dengan sprei hitam. Kring-Kring ... kring-kring ... Alarm jam berbunyi. Pukul 6 pagi Satya terbangun oleh bunyi Alarm, muka kusut usai bangun tidur terlihat jelas. Segera menuju kamar mandi dengan tubuh sempoyongan saat jalan. "Kamu udah bangun Satya?" tanya Anastasya saat berpapasan ketika hendak menuju dapur untuk membuat sarapan. Satya hanya menatap diam tidak menggubris pertanyaan kakak perempuannya itu. Kak anastasya selalu bangun lebih pagi dari kedua adik laki-lakinya ini. Untuk membuat sarapan. Tok-tok ... tok-tok ... "Satya, cepat keluar dari kamar mandi nanti aku telat!" jawab Kyle sambil menggedor pintu kamar mandi dengan suara keras. "Iya sebentar lagi aku keluar!" jawab Satya yang hanya memakai handuk. "Nah gitu dong," ujar Kyle sambil menepuk bahuku. Satya segera keluar dari kamar mandi sembari membawa pakaian tidur menuju mesin cuci. Selanjutnya menuju kamar untuk berganti pakaian. "Makan apa hari ini kak? Lagi-lagi daging tiruan," ujar kyle sedikit kecewa saat berjalan menuju ruang makan, hanya di balut Handuk di pinggangnya. "Daging asli saat ini sangat langka di pasar swalayan. Pemerintah sedang gencar-gencarnya menciptakan hewan hybird pedaging jenis baru yang tingkat berkembang biaknya cepat lalu dilepas liarkan," ucap Anstasya sibuk menyajikan makanan ke piring. "Karena hewan terus mengurang setiap tahunnya maka para ilmuan membuat jenis hewan baru dengan tingkat masa pertumbuhan cepat agar dapat kita konsumsi." tutur Anastasya, "Walaupun daging tiruan rasa dan gizinya sama tapi teksturenya kurang mirip daging karena tidak memiliki serat jaringan otot," sambung Anastasya. "Tapi hewan hybird saat ini, bukannya cukup untuk kita konsumsi?" tanya Kyle sembari menyender di tembok. "Hewan hybird sebelumnya hanya untuk dilepas liarkan agar rantai makanan tetap seimbang seperti dulu sebelum adanya peraturan ekstrim ini," jawab Anastasya. "Oh begitu, ya sudah aku ingin segera ganti baju lalu sarapan" ucap Kyle melenggang pergi menuju kamarnya. "Kak, Ayah sama Ibu belum pulang, dari tadi aku tidak melihatnya di kamar maupun disini, lembur lagi yaa?" tanya Satya sambil menarik kursi untuk duduk. "Iya, Ayah sama Ibu lembur. Mungkin sedang membuat alat kesehatan baru untuk F.K16 nanti" jawab Anastasya. "Kak, misal nih aku tidak masuk 100 besar walaupun nilai ujianku tipis 00.01. Apa yang ada di benak kakak?" tanya Satya masih memikirkan ucapan Asher. "Kakak ingin sekali membelamu. Sayangnya itu semua peraturan mutlak tak bisa diadili. Jadi kakak hanya bisa berdoa agar kamu selamat," jawab Anastasya sedikit pasrah. "Tumben kamu tanya seserius itu, apa ada sesuatu di sekolah?" tanya Anastasya sembari menyantap daging dibaluri saus pedas manis di piring. "Ini sudah 3 hari yang lalu kok, cuman ya ... masih terpikirkan jelas di kepalaku. Menurut kakak F.K16 itu program manusiawi atau tidak?" tanya Satya dengan pertanyaan berat dipagi hari. "Kalau ditanya seperti itu mungkin keduanya akan aku pilih. kelangsungan hidup umat manusia, hewan dan bumi harus seimbang. Mungkin itu saja yang bisa aku jawab, aku tidak mau ngada-ada," jawab Anastasya. "Ya sudahlah jangan dibahas terlalu serius. Dek Satya, inikan udah 3 hari apa belum ada cinta pandangan pertama gitu di sekolah?" tanya Anastasya mencairkan suasana. "Satya kamu udah punya pacar?! hebat banget," ucap kyle terkejut menyela pembicaraan lalu duduk sambil membaluri daging dengan saus. "Belum kok, walaupun ada satu gadis sih yang mendekat," ucap Satya sedikit malu. "Kapan-kapan ajak kesini dong, gadisnya yang sering deket sama kamu," rayu Anastasya. "ya sudah kapan-kapan aku ajak," ucap Satya sedikit ragu. Pukul 6.30 pagi, Satya segera berangkat menuju terminal pemberhentian bus. Kali ini Ia lebih santai karena tidak telat seperti waktu pertama kali masuk sekolah. Satya duduk di kursi barisan ke 5 dekat jendela sebelah kiri. Tetapi ada beberapa murid terlambat, Satya sempat menilik keatas melihat siswa yang terlambat tadi. Seperti biasa, Satya menghabiskan waktu selama perjalanan. Dengan mendengarkan lagu selama 20 menit sambil melihat lalu lintas kendaraan dari balik kaca mobil. Sesampainya di sekolah, semua penumpang. Kecuali, Satya dan gadis berambut pendek berbaris menunggu giliran keluar dari bus. Setelah keadaan mulai sepi, kami keluar Satya berada di belakang gadis berambut pendek. Sweater pink cerah dibarengi topi hitam dan celana jeans panjang selutut terkesan cute menurutku. Apa lagi, dia berbadan langsing dan pendek sebahuku, rambutnya juga harum seperti permen gula. Ketika, turun menuju pintu bus. Satya merasa seperti mengenal gadis itu. Satya memutuskan mengikuti langkahnya secara perlahan-lahan dari belakang. Sesampai di lorong kelas. Dia sedikit melirik ke belakang lalu melangkah cepat. Satya pun mengikuti langkahnya yang cepat. Tanpa Satya sadari ternyata Satya sudah mencapai kelas 10B. Saat hampir sampai di Kelas C dia berhenti lalu berbalik menghadap Satya, ia sempat tersenyum. "Plakk!" Suara tamparan keras menggema. "Dasar penguntit!" satu tamparan keras mendarat di pipi Satya. "Aku hanya terdiam melihat apa yang aku lihat dan rasakan. Kemudian, menjadi pusat perhatian siswa yang ada di lorong kelas. Seusai kejadian itu, aku di jadikan bahan pergunjingan satu kelas. Bukan! Mungkin seluruh sekolah," benak Satya dalam hati. Sekarang sudah istirahat kedua kami menuju kantin. Akan tetapi, sedikit berbeda dari sebelumnya mereka menaruh perhatian kepada Satya. Membuat kami menjadi lebih terkenal, sebelumnya hanya Naomi, Asher dan Arlo sekarang ditambah Satya terkenal karena tamparan dan sebutan penguntit melekat pada dirinya. "Apa kau baik-baik saja, Satya?" tanya Arlo sambil menyeruput sup kentang manis kesukaannya. "Aku tak apa, sedikit terbiasa karena 6 tahun lalu jadi pusat perhatian dan saat bersama kalian. Aku sedikit terbiasa," ucap Satya mengulangi perkataan sambil memakan nasi goreng. "Oh syukurlah," balas Arlo sambil melirik makanan Satya. "Apa nasi goreng disini enak?" tanya Arlo. "Enak kok, bumbunya terasa sekali apa lagi jika pedas. Ini makanan pertama khas indonesia yang ada di menu sekolah," jawab Satya memuji masakan ini. "Ohh, sepertinya enak aku jadi ingin mencoba," balas Arlo penasaran. Arlo memutuskan, menuju pelayan kantin untuk memesan nasi goreng. "Apa kamu sudah memutuskan masuk Ekstrakulikuler?" tanya Naomi kepada kami. "Wah, aku bingung mau memilih beladiri atau menembak," jawab Asher. "Kalau aku sudah memutuskan ikut klub menembak. Ya walaupun,senapan airsoft gun tapi paling tidak skill ini dapat di gunakan saat menembak menggunakan senapan asli," jawab Satya rinci sambil menyantap nasi goreng. Saat menengok ke arah belakang Arlo terlihat menyapa dari kejauhan menunggu nasi goreng disiapkan. Para murid satu persatu mulai keluar dari kantin membuat Kantin ini terasa sepi. Walaupun, kantin ini luas dengan langit-langit tinggi menjulang keatas. Tempat ini, sanggup menampung 1000 siswa lebih tapi murid di sini hanya 600 yang seharusnya 750 siswa. Karena program F.K16 maka setiap 6 bulan sekali jumlah porsi makanan sengaja dikurangi agar tidak rugi. "Fyuhh, jadi juga akhirnya," ucap Arlo mendekati kami. "Ehh, mau kemana?" tanya Arlo kepada kami. "Balik kelaslah ..." jawab kami serentak sambil melenggang pergi meninggalkan Arlo. "Aku belum selesai makan loh," rengek Arlo menyuruh menunggu dirinya. "belum selesai nambah maksudnya?!" seru kami berbarengan menjawab "Hehe, Loh kok ngomongnya barengan apa kalian janjian?" tanya Arlo sambil makan dengan lahapnya. "Bodo amat!" ucap kami berbarengan lagi. "Terus apa kalo enggak bareng?" tanya Arlo balik mengulur waktu agar mereka tidak pergi. "Udah ahh, enggak lucu," jawab Satya pergi disusul Naomi dan Asher. "Ehh, tunggu! Maaf buu piringnya tolong ambilkan," tutur Arlo menyusul ketiganya. "Badan aja besar mental penakut," ucap Naomi dengan mulut pedasnya. Kemudian kami mengikuti Jam pelajaran terakhir. Selanjutnya, Satya mengikuti kegiatan klub menembak sedangkan ketiganya memutuskan pulang. "GOOD MORNING PEOPLE!" seru Leader klub menembak. "GOOD MORNING LEADER!" jawab anggota serentak. "Hah, aku yang bingung atau mereka ya ... padahal ini siang hari?!" pikirku dalam hati mengikuti seruan mereka. "Hari ini kita kedatangan murid baru, kalian silahkan maju," ucap Leader mempersilahkan kami masuk. "Nama saya Satya Pranaditya. Panggil saya Satya!" serunya kepada mereka. "Nama Saya Ardolph Gilbert. Panggil saya Aldo," seru Ardolph. "Nama saya Robert Dawson. Panggil saja, Dawson!" seru Dawson "Terima kasih perkenalannya" balas Leader. "Mari kita perkenalkan lagi beberapa senjata yang akan kita gunakan latihan tempur kali ini." "Pertama adalah AK-47 Senjata ini sudah banyak seri, ini dirancang oleh mikhail kalashnikov pada tahun 1947. Senjata ini Efektif pada jarak 100m peluru akan menyebar jika jarak melebihinya. Saat perang dingin dan perang dunia dua. Senjata ini juga, sering dipakai para pemberontak terdahulu." "Selanjutnya Tipe Sniper Rifle M-16 seri senjata ini milik Amerika, senjata ini dibuat khusus untuk angkatan laut pembuatannya tahun 1960. Pernah di gunakan pada perang vietnam, irak dan teluk." "Terakhir ss2-v5 senjata ini memiliki tingkat akurasi baik karena recoil tembakan yang teredam sempurna. Senjata ini dibuat indonesia pada tahun 2008. Cukup sekian, sekarang kita latihan terlebih dahulu cara memegang senjata." tutur sang Leader menjelaskan masing-masing senjata. "Sekarang kita akan mempelajari cara menggunakan senjata tipe submachine dan rifle. Sebenarnya tak ada cara mutlak untuk memegang senjata. Akan tetapi kalian yang baru pertama kali memegangnya perlu tau tata caranya," "Pertama jika kalian dominan tangan kanan. Pegang foregrip dengan tangan kiri. Jari tangan kanan menyentuh trigger pelatuk dan tangan Kanan memegang handguard lurus kedepan sedangkan bahu kanan sebagai penahan hentakan peluru saat melesat," "Agar akurasi saat menembak tepat. Dekatkan senjata ke dagu dan kepala sedikit dimiringkan untuk lebih nyamannya," tutur sang Leader menjelaskan. "Silakan di coba!" sambung Leader mempersilahkan. Beberapa anggota baru mulai mencoba termasuk saya. "Apa seperti ini caranya?" tanya Aldo sambil memegang senjata. "Ya tepat, seperti itu tapi jangan terlalu tegang saat memegang senjata. Lemaskan bahu agar tidak ada nyeri saat menggunakan senjata dengan peluru tajam asli," jawab leader Sesudah itu kami mulai berlatih menembak. Menggunakan manekin atau boneka peraga manusia. "Cukup sekian hari ini, terima kasih telah datang di perkumpulan klub menembak," ucap Leader memberi hormat pada anggotanya . Satya memutuskan bergegas pulang ke rumah sebelum jam terakhir bus terlewati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD