Diruqyah Gus Ganteng

821 Words
"Ada apa ini? Pemandangan indah dalam sekejap berubah menjadi gelap dan menakutkan?" *** "Ada apa Zee? Apa antum kesambet setan yang lain lagi? Sampai melongo begitu?" Ustazah mengagetkan gue yang sedang memandangi Gus Fatih. "Em, ndak Ustazah. Hehe. Saya pikir dia tadi vokalis dari timur tengah. Heheh." Suara cekikikan terdengar dari beberapa santri, tapi tidak dari Ulfa dan Siti, keduanya memperlihatkan senyum masam ke gue. Mereka menyadari saingan caper ke Gus Fatih nambah satu lagi, 'maybe'. Pria itu tersenyum, membuat sesuatu di dalam d**a berdesir-desir. OMG ... kalau gitu kagak usah diruqyah abine gue udah sembuh. "Baiklah, kita bisa mulai. Em, kalian tolong siapkan plastik ya. Barangkali anak ini akan muntah begitu ayat-ayat dibacakan," titah abine pada beberapa santri. "Baik," jawab seorang di antaranya. Taawuz dan basmallah dibaca, gue diminta fokus sebelumnya. Baru saja beberapa surah pendek, gue merasa hanyut dan ... tertidur. Membuka mata, "Di mana ini?" Pemandangan indah terlihat sejauh mata  memandang,, seseorang menaiki kuda putih, Gus Fatih dengan pakaian serba putih menghampiri. "Ya Allah ... seindah ini? Hamba harap ini bukan mimpi." Saat pria itu mengulurkan tangan dan akan gue raih, semua hilang. Alam sekitar kosong! "Apa gue udah meninggal?!" Deg. Tersentak, dalam sekejap pemandangan indah berubah menjadi gelap, ada suara-suara aneh yang membuat sekujur tubuh merinding. "Arrg!" "Zee. Zee! Bangun!" Tubuh ini digucang-guncang seseorang. Lalu membuka mata, kembali ke ruangan asal. Terlihat santri-santri berbisik, entah apa? "Antum tidur?" ustazah bertanya heran. "Em, maaf Ustazah. Suara abine sangat merdu." "Apa?! Perbanyak lah istigfar biar ndak kesambet terus!" "Sudah-sudah. Cepat ambil air wudhu!" Abine tidak ingin banyak bicara dan membuang waktu. Rupanya bacaan ruqyah dihentikan dan akan diulang nanti. Segera bangkit, menuju tempat wudhu di samping asrama. Melihat sekilas pada Gus Fatih yang sibuk. 'Ck, mimpi apa gue tadi. Sungguh aneh.' Sedang asyik berwudhu, ada sosok aneh keluar dari dinding .... 'Aargh ....!' Berteriak sekencang gue bisa karena takut. Lalu semua gelap. DIRUQYAH GUS GANTENG () "Dosa itu katanya banyak berasal dari pandangan, dan seringkali itulah yang dimanfaatkan jin menanam buhul-buhulnya." *** Saat terbangun, mbak-mbak santri sudah mengerumuni gue Gaes. Ada yang ngoles-ngoles minyak kayu putih di bawah hidung dan tengkuk, memijit kaki dan tangan. Duh, berasa spa. 'Sering-sering aja kaya gini, gue bakal betah di pesantren. Wkwk.' ""Eh, dia sudah sadar." Siti berseru begitu melihat gue buka mata. "Alhamdulillah." Mbak-mbak mengucap kalimat toyyibah itu serentak, eh kalimat apa sih. Bener 'kan kalimat toyyibah? Pernah dengar dulu, guru agama nyebutnya gitu. "Ehm, gue kenapa nih Gaes." Gue kerjap-kerjapkan mata setelah menguceknya. "Ck, sampean kok kesurupan terus to Mbak Zee. Kakean duso menowo?" Zulfa menyahut. "Huss, Zulfa! Anti ndak boleh bilang gitu. Manusia itu kan tempatnya salah. Mbak Zee ada di sini berarti dia mau baik, walaupun baiknya dipaksa. Hihihi." Siti menimpali. Yang lain cekikikan. Yaelah, setelah membela gue dijatuhin juga. Makin bulat aja tekad gue menjadikan target utama kejahilan gue selepas ini, lumayan bisa menyalurkan hobby saat di SMP dulu. "Lagian sampean itu ya Mbak Zee. Jangan pakai gue-elo-gaes. Apa sih? Ini pondok Mbak. Pondok, bukan area geng motor. Jadi ngomongnya dikalemin, pake ana-anti-mbak gitu lho, 'kan enak didengar." Zulfa tidak terima dengan sapaan gue. Mendesah sebentar, sebelum gue kembali takut karena ingat kejadian di tempat wudhu tadi. "Gaes. Eh, Mbak-mbak. Tadi aku lihat hantu keluar dari dinding kamar mandi," ucap gue sembari menarik selimut karena takut. "Sudah, sudah. Mangkane banyakin istigfar biar gak diganggu jin. Di pesantren ini memang beberapa ruangan jadi rumah jin. Nanti setelah diruqyah juga sembuh." Siti menjeleaskan. "Oyo, kalau sudah sembuh jangan suka ngintipin ikhwan, apalagi Gus Fatih nanti ditempeli jin lagi!" Zulfa menambah. "Kenapa harus nyebut nama gus sih?!" Wajah Siti kembali garang. "Iyo, iyo. Ndak jadi, pokoknya semua ikhwan itu sumber malapetaka bagi pandanganmu Mbak Zee, karena sampean itu rentan ditempeli jin." OMG, begini amat ... masa iya, ngelihat cowok aja jadi malapetaka. Ckck. Gara-gara hantu itu sesaat gue lupa dengan Joo. Dia bagaimana kabarnya ya? Melihat kadar rindu yang gue rasa, sepertinya abine belum meruqyah gue. "Apa aku sudah diruqyah Mbak?" tanya gue memastikan. "Belumlah, lagian pingsannya kelamaan. Abine kan orang sibuk Mbak Zee ...." Berarti bakal panjang ini urusan, gue harus banyak ketakutan. "Sampean tenang aja, kami di sini nemeni Mbak Zee, kata abine bacaan Qur'an kami menjaga Mbak Zee dari jin usil itu, mereka kepanasan dengar surah albaqoroh ini." Zulfa mengangkat Quran yang dipegang. "Assalamualaikum." Suara datang dari arah pintu. Rupanya ustazah dan Gus Fatih. Sebisa mungkin gue tidak melihat ke arah gus Gaes, takut kesambet lagi. Secara nafsu gue ke laki-laki masih liar. "Waalaikumsalam." Kami menjawab serentak. "Ada apa Ustazah?" tanya Siti. "Abine kemungkinan lama kegiatannya. Jadi Gus Fatih yang akan menggantikan meruqyah Zee?" Gus Fatih tersenyum, astagaa ... manis banget, padahal gak pakai gula. Astagfirullah, buru-buru gue istigfar dalam hati, ingat pesan mbak-mbak tadi. "Apa? Enak banget Mabk Zee," lirih Zulfa padaku. "Huss!" Siti mendengar rupanya. Ya ampun Gaes, semoga gue beneran sembuh setelah ruqyah ini. Jangan sampai tambah kesambet karena yang ruqyah ganteng banget. Hiks. BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD